Setelah
beberapa waktu lamanya, Sang Dewi Kasiyan pun hamil. Ketika sudah tiba
sa’atnya, ia pun melahirkan seorang bayi laki-laki berwajah rupawan, bercahaya
cemerlang, tapi sayang, sang ibu pun (Dewi Kasiyan) kemudian mangkat (meninggal
dunia). Begitu sang Dewi meninggal dunia, Sang Prabu memerintahkan kepada patih
untuk membuang sang bayi, karna ternyata berpengaruh panas. Dan Patih di
perintahkan untuk membuang bayi itu ke laut, d Ketika itu ada seorang saudagar
berlayar dengan perahu berjalan sangat lamban tidak seperti biasanya dan
kebetulan lewat di tempat tersebut. Si saudagar berpikir dan berkata pada
rekan-rekannya yang berada di dalam perahu tersebut, mengapa hal itu bisa
terjadi ? Dan di antara mereka menjawab, bahwa hal itu tidak sewajarnya. Ki
saudagar pun naik ke tangga perahu, untuk melihat apa sesungguhnya yang sedang
terjadi. Di sebelah tenggara di atas air laut, Saudagar melihat sebuah sinar
terang, dan ia pun memerintahkan kepada anak buahnya untuk mendekati cahaya
itu, dan setelah cukup dekat, terlihat sebuah beranda, dan di angkatlah beranda
itu ke atas perahu, dan tidak di bukanya beranda tersebut. Dan karna kehendak Ki Saudagar, ia
dan perahunya akan kembali ke Tandes (Gersik). Tidak seberapa lama, perahu pun tiba di
pantai pelabuhan, kemudian memberi tanda, dengan membunyikan meriam tiga kali
itu sudah merupakan kebiasaan, sebagai tanda ada perahu yang berlabuh.
Terlihatlah Nyai Ageng Tandes sedang duduk-duduk bersama para
pembantunya, mendengar suara tanda itu (perahu berlabuh), tak lama kemudian
Saudagar itu pun tiba di hadapan Nyai Ageng Tandes, Nyai Ageng Tandes pun
bertanya, “ Kenapa kau datang lebih awal, tidak seperti biasanya ?” Saudagar
pun menjawab, “mohon ma’af Nyai, di tengah perjalanan, di tengah laut, perahu
yang kita tumpangi tidak bisa berjalan dengan cepat, dan ternyata, aku
menemukan beranda ini, mungkin inilah penyebabnya”.. jawab Saudagar, sambil
menyerahkan beranda itu ke pada Nyai Ageng Tandes. Nyai Ageng Tandes sangat
heran, lalu di ambil beranda tersebut dan di bukanya, dan ternyata isi beranda
itu adalah seorang bayi. Di ambillah bayi tersebut oleh Nyai Ageng Gersik dan
di rawatnya. Sang bayi berwajah tampan, sinar wajahnya berseri-seri. Bahkan
Nyai Ageng pun mengira, bahwa anak itu bukan keturunan orang biasa, boleh jadi
keturunan raja. Maka di rawatlah anak itu dengan sebaik-baiknya, dan di beri
nama Raden Paku. Setelah berumur 7 tahun, Raden
Paku kelihatan semakin rupawan, Nyai
Ageng Tandes pun sangat menyayanginya dan di akui seperti anak kandungnya
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar