Para
Walisongo tidak hidup pada saat yang persis bersamaan, namun satu sama lain
mempunyai keterkaitan erat, baik dalam ikatan darah atau karena pernikahan,
maupun dalam hubungan guru-murid. Bila ada seorang anggota majelis WaliSongo
ada yang wafat, maka posisinya digantikan oleh tokoh lainnya. Pada tahun 808
Hijrah atau 1600-an Masehi para ulama itu berangkat ke Pulau Jawa. Mereka
adalah:
1.
Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik, berasal dari Turki ahli mengatur
negara. Berdakwah di Jawa bagian timur. Wafat di Gresik pada tahun 1419 M.
Makamnya terletak satu kilometer dari sebelah utara pabrik Semen Gresik.
2.
Maulana Ishaq berasal dari Samarkand
dekat Bukhara-uzbekistan/Rusia. Beliau ahli pengobatan. Setelah tugasnya di
Jawa selesai Maulana Ishak pindah ke Samudra Pasai dan wafat di sana.
3.
Syekh Jumadil Qubro, berasal dari Mesir. Beliau berdakwah keliling. Makamnya di
Troloyo Trowulan, Mojokerto Jawa Timur.
4.
Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko, beliau berdakwah keliling.
Wafat tahun 1465 M. Makamnya di Jatinom Klaten, Jawa Tengah.
5.
Maulana Malik Isroil berasal dari Turki, ahli mengatur negara. Wafat tahun 1435
M. Makamnya di Gunung Santri.
6.
Maulana Muhammad Ali Akbar, berasal dari Persia Iran. Ahli pengobatan. Wafat
1435 M. Makamnya di Gunung Santri.
7.
Maulana Hasanuddin berasal dari Palestina Berdakwah keliling. Wafat pada tahun
1462 M. Makamnya disamping masjid Banten Lama.
8.
Maulana Alayuddin berasal dari Palestina. Berdakwah keliling. Wafat pada tahun
1462 M. Makamnya disamping masjid Banten Lama.
9.
Syekh Subakir, atau juga disebut Syaikh Muhammad Al-Baqir, berasal dari Persia,
ahli menumbali (metode rukyah) tanah angker yang dihuni jin-jin jahat tukang
menyesatkan manusia. Setelah para Jin tadi menyingkir dan lalu tanah yang telah
netral dijadikan pesantren. Setelah banyak tempat yang ditumbali (dengan Rajah
Asma Suci) maka Syekh Subakir kembali ke Persia
pada tahun 1462 M dan wafat di sana.
Salah seorang pengikut atau sahabat Syekh Subakir tersebut ada di sebelah utara
Pemandian Blitar, Jawa Timur. Disana ada peninggalan Syekh Subakir berupa
sajadah yang terbuat dari batu kuno. WaliSongo
Walisongo Periode Kedua
Pada
periode kedua ini masuklah tiga orang wali menggantikan tiga anggota WaliSongo
yang wafat. Ketiganya adalah:
1.
Raden Ahmad Ali Rahmatullah, datang ke Jawa pada tahun 1421 M menggantikan
Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 M. Raden Rahmat atau Sunan Ampel
berasal dari Champa, Muangthai Selatan (Thailand Selatan). WaliSongo
2.
Sayyid Ja’far Shodiq berasal dari Palestina, datang di Jawa tahun 1436
menggantikan Malik Isro’il yang wafat pada tahun 1435 M. Beliau tinggal di
Kudus sehingga dikenal dengan Sunan Kudus.
3.
Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, berasal dari Palestina. Datang di
Jawa pada tahun 1436 M. Menggantikan Maulana Ali Akbar yang wafat tahun 1435 M.
Sidang walisongo yang kedua ini diadakan di Ampel Surabaya.
Para
WaliSongo kemudian membagi tugas. Sunan Ampel, Maulana Ishaq dan Maulana
Jumadil Kubro bertugas di Jawa Timur. Sunan Kudus, Syekh Subakir dan Maulana
Al-Maghrobi bertugas di Jawa Tengah. Syarif Hidayatullah, Maulana Hasanuddin
dan Maulana Aliyuddin di Jawa Barat. Dengan adanya pembagian tugas ini maka
masing-masing wali telah mempunyai wilayah dakwah sendiri-sendiri, mereka
bertugas sesuai keahlian masing-masing.
Walisongo Periode Ketiga
Pada
tahun 1463 M. Masuklah menjadi anggota Walisongo yaitu:
1.
Sunan Giri kelahiran Blambangan Jawa Timur. Putra dari Syekh Maulana Ishak
dengan putri Kerajaan Blambangan bernama Dewi Sekardadu atau Dewi Kasiyan.
Raden Paku ini menggantikan kedudukan ayahnya yang telah pindah ke negeri
Pasai. Karena Raden Paku tinggal di Giri maka beliau lebih terkenal dengan sebutan
Sunan Giri. Makamnya terletak di Gresik Jawa Timur.
2.
Raden Said, atau Sunan Kalijaga, kelahiran Tuban Jawa Timur. Beliau adalah
putra Adipati Wilatikta yang berkedudukan di Tuban. Sunan Kalijaga menggantikan
Syekh Subakir yang kembali ke Persia.
3.
Raden Makdum Ibrahim, atau Sunan Bonang, lahir di Ampel Surabaya. Beliau adalah putra Sunan Ampel,
Sunan Bonang menggantikan kedudukan Maulana Hasanuddin yang wafat pada tahun
1462. Sidang Walisongo yang ketiga ini juga berlangsung di Ampel Surabaya. WaliSongo
Walisongo Periode Keempat
Pada
tahun 1466 diangkat dua wali menggantikan dua yang telah wafat yaitu Maulana
Ahmad Jumadil Kubro dan Maulana Muhammad Maghrobi. Dua wali yang
menggantikannya ialah:
Raden
Patah adalah murid Sunan Ampel, beliau adalah putra Raja Brawijaya Majapahit.
Beliau diangkat sebagai Adipati Bintoro pada tahun 1462 M. Kemudian membangun
Masjid Demak pada tahun 1465 dan dinobatkan sebagai Raja atau Sultan Demak pada
tahun 1468.Setelah itu Fathullah Khan, putra Sunan Gunung Jati, beliau dipilih
sebagai anggota Walisongo menggantikan ayahnya yang telah berusia lanjut.
Walisongo Periode Kelima
Dapat
disimpulkan bahwa dalam periode ini masuk Sunan Muria atau Raden Umar
Said-putra Sunan Kalijaga menggantikan wali yang wafat.
Konon
Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang itu adalah salah satu anggota Walisongo
, namun karena Siti Jenar di kemudian hari mengajarkan ajaran yang menimbulkan
keresahan umat dan mengabaikan syariat agama maka Siti Jenar dihukum mati.
Selanjutnya kedudukan Siti Jenar digantikan oleh Sunan Bayat – bekas Adipati Semarang (Ki Pandanarang)
yang telah menjadi murid Sunan Kalijaga.
Walisongo Periode Ke Enam
Antara
1533 – 1546 M, terdiri dari Syekh Abdul Qahhar (Sunan Sedayu) yang pada tahun
1517 menggantikan ayahnya Syekh Siti Jenar, Raden Zainal Abidin Sunan Demak
yang tahun 1540 menggantikan kakaknya Raden Faqih Sunan Ampel II, Sultan
Trenggana yang tahun 1518 menggantikan ayahnya yaitu Raden Fattah, Fathullah
Khan (wafat 1573), Sayyid Amir Hasan yang tahun 1550 menggantikan ayahnya Sunan
Kudus, Sunan Gunung Jati (wafat 1569), Raden Husamuddin Sunan Lamongan yang
tahun 1525 menggantikan kakaknya Sunan Bonang, Sunan Pakuan yang tahun 1533
menggantikan ayahnya Sunan Derajat, dan Sunan Muria (wafat 1551). WaliSongo
Walisongo Periode Ke Tujuh
Antara
1546- 1591 M , terdiri dari Syaikh Abdul Qahhar (wafat 1599), Sunan Prapen yang
tahun 1570 menggantikan Raden Zainal Abidin Sunan Demak, Sunan Prawoto yang
tahun 1546 menggantikan ayahnya Sultan Trenggana, Maulana Yusuf cucu Sunan
Gunung Jati yang pada tahun 1573 menggantikan pamannya Fathullah Khan, Sayyid
Amir Hasan, Maulana Hasanuddin yang pada tahun 1569 menggantikan ayahnya Sunan
Gunung Jati, Sunan Mojoagung yang tahun 1570 menggantikan Sunan Lamongan, Sunan
Cendana yang tahun 1570 menggantikan kakeknya Sunan Pakuan, dan Sayyid Shaleh
(Panembahan Pekaos) anak Sayyid Amir Hasan yang tahun 1551 menggantikan kakek
dari pihak ibunya yaitu Sunan Muria.
Walisongo Periode Ke Delapan
Antara
1592- 1650 M, terdiri dari Syaikh Abdul Qadir (Sunan Magelang) yang
menggantikan Sunan Sedayu (wafat 1599), Baba Daud Ar-Rumi Al-Jawi yang tahun
1650 menggantikan gurunya Sunan Prapen, Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) yang
tahun 1549 menggantikan Sultan Prawoto, Maulana Yusuf, Sayyid Amir Hasan,
Maulana Hasanuddin, Syekh Syamsuddin Abdullah Al-Sumatrani yang tahun 1650
menggantikan Sunan Mojoagung, Syekh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri yang
tahun 1650 menggantikan Sunan Cendana, dan Sayyid Shaleh (Panembahan Pekaos).
Walisongo
atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke
14. WaliSongo tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu
Surabaya, Gresik, Lamongan di Jawa Timur, Demak, Kudus, Muria di Jawa Tengah,
dan Cirebon di Jawa Barat. Kisah WaliSongo ini di olah dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar