Minggu, 07 Oktober 2012

4. Raden Paku Berguru Kepada Sunan Ampel


          Kehidupan di pura (istana) berlangsung terus. Pada suatu hari, Raden Paku minta izin kepada ibunya untuk pergi mengaji ke Ampel Delta. Sang Ibu setuju, bahkan bersedia mengantarkan dan menyerahkan anaknya itu, dan berangkatlah mereka dan di temani oleh Aburerah. Sampailah mereka ke Ampel Delta. Setelah berbasa-basi, Nyai Ageng meminta agar di izinkan untuk menitipkan  anaknya  mengaji di Ampel Delta. Setelah Sunan Ampel melihat anak itu (Raden Paku) diam-diam Sunan Ampel memuji di dalam hatinya dan bertanya dan katanya : “Anak siapa ini,?  Tampan, serta baik budi pekertinya !’ Nyai Ageng menjawab: ‘’Kanjeng  Sunan sudah mengetahuinya!” Kanjeng Sunan Apel tersenyum, dan berkata: “Ya, tinggalkan anak ini.” Nyai Ageng kemudian mohon pamit pulang dan meninggalkan Raden Paku di Ampel Delta.
            Mulailah Raden Paku mencari ilmu/mengaji di Ampel Delta, Pada suatu hari, Raden Paku sedang berkumpul mengaji dengan teman-temannya, dan ternyata Raden Paku-lah  yang lebih menonjol, segala yang di ajarkan, Dia cepat menangkap, dan menghafalnya, misalnya pelajaran Ilmu Fiqh, Al-Qur’an dan ilmu-ilmu yang lainnya, termasuk ilmu Syari’at, tarikat, hakikat dan ma’rifat. Dan kemudian dia di ajarkan ilmu kesempurnaan, hanya dalam waktu tujuh bulan, semua ilmu sudah tamat dan di kuasainya dengan baik.
           Pada suatu malam ketika para santri sedang tidur di surau, tampak sinar terang menyilaukan mata, dan Kanjeng Sunan Ampel melihat sinar terang itu dan bergegas menuju surau dan memeriksa apa yang sedang terjadi di dalam surau, jelaslah terlihat bahwa sinar itu adalah sinar yang keluar dari salah seorang santrinya, yang sedang tidur, untuk mengetahui badan siapa yang mengeluarkan sinar, maka Sunan Ampel memberi tanda anak tersebut dengan memberi tanda lipatan pada kainnya. Setelah itu Sunan Ampel-pun kembali kerumahnya.
           Setelah tiba shalat shubuh, Kanjeng Sunan-pun bertanya kepada santrinya: “kain siapa yang ada lipatannya?” dan salah satu santri menjawab, “Kanjeng Sunan, kain yang di gunakan Raden Paku, ada lipatannya !” Kanjeng Sunan Ampel-pun terdiam. Setelah tau hal itu, Raden Paku-pun di panggil menghadap Sunan Ampel, dan Kanjeng Sunan-pun berkata: “Nak, sudah sa’atnya engkau mendapat anugrah Allah, mari kita pergi ketempat sepi !” dengan hati bertanya-tanya, Raden Paku-pun pergi mengikuti ajakan sang guru  Kanjeng Sunan Ampel. Setelah tiba di tempat sepi, Kanjeng Sunan Ampel berkata: “Dalan firman Allah, apa maksud tempat sepi seperti ini?” Raden Paku menjawab dengan rendah hati: “saya belum tahu, Kanjeng Sunan lebih tahu.” Tapi Kanjeng Sunan Ampel mendesak Raden Paku untuk menjawabnya, dan akhirnya Raden Paku-pun menjawab: “ma’af Kanjeng Sunan Ampel, mungkin ini makna dari do’a, birusati lapusali.” Kanjeng Sunan Ampel meneruskan baca’an itu: “pankemanatuapasama, watullahu.” Kanjeng Sunan Ampel kembali bertanya: “ Apa artinya lafadz itu?” Raden Paku menjawab: “Pankabiran kamdulillahi kasirina.” Kebaikan Allah tercurah padamu Kanjeng Sunan Ampel.” Kanjeng Sunan mengucapkan lafadz lagi: “Bukratan Waasila inni Wajahtu,” Apa artinya itu”? kanjeng Sunan bertanya lagi, Raden Paku-pun menjawab: “Kanjeng Sunan lebih tahu artinya”. Kanjeng Sunan berkata lagi: “makna do’a itu, tetaplah dengan ilmu yang kau dapat, lahir maupun bathin.!” Kemudian Kanjeng Sunan Ampel kembali mengajarkan ilmu pengetahuan kepada Raden Paku secara mendalam, Merasa ilmu yang di dapat oleh Raden Paku sudah cukup, maka Kanjeng Sunan Ampel berkata kepada Raden Paku: “simpanlah baik-baik ilmu ini,” dan kanjeng Sunan berkata lagi: “Bagi orang yang belum cukup ilmu, tapi ia merasa sudah menguasai, kelak bila sampai ajalnya tentu orang itu masih suka ingkar janji, meskipun ia sudah banyak berguru, tetapi pada umumnya mereka belum faham pada kesempurnaan sejati, dan dia tidak akan bisa menangkap kesempurnaan sejati, lain dengan ajaran guru akan kesempurnaan sejati, perbuatan lahir, sejalan dengan  hatinya. Ia rajin sholat lima waktu, di dalannya terpusat pada satu tujuan, yakni membuktikan diri, bahwa dia orang mukmin, lahir dan batinnya akan sesuai dengan ajaran Allah Swt, sholat yang khusyu di situlah terdapat wahana terbukanya alam gho’ib sebagai gangguannya, dan haru di ketahui pula, jangan memanjakan hawa nafsu kemurkaan,  agar diri dapat petunjuk dari yang kuasa, teguhlah memegang tekad dan kemauan, jangan takut oleh pengaruh yang gho’ib, tiupan angin. Kilauan kenyataan sejati, bila tiba-tiba menjadi wali yang terhormat, anakku, sesungguhnya sudah terkumpul dalam dirimu, bila muncul wahyu sejati, menuruti segala kehendak, dansegala yang kau fikirkan terlaksana, jika tidak tahu apa itu daim, maka ibadahnya tidak di terima, karna itu hanya sekedar tahu saja, dan kemauannya masih simpang siur, dan menimbulkan keraguan besar, contohnya adalah mudah di pengaruhi oleh rasa iri hati itu akan menghalangi semua keinginan. Begitulah bila seseorang  belum faham tentang kebatinannya sendiri: “. Demikianlah nasihat Kanjeng Sunan  Ampel kepada muridnya (Raden Paku)

3 komentar: