Jumat, 23 November 2012

KISAH NABI ISA. AS

Matahari tampak akan tenggelam, angin pun bertiup sepoi-sepoi di sekitar
pepohonan. Harum semerbak mulai memenuhi mihrab Maryam. Bau itu
menembus jendela mihrab dan mengepakkan sayapnya di sekeliling gadis
perawan yang khusyuk dalam solat tanpa seorang pun mendengar suaranya.
Maryam merasa bahawa udara dipenuhi dengan bau harum yang mengagumkan.
Ia kembali melakukan solatnya dengan khusyuk dan mengungkapkan syukur
kepada Allah SWT.

Seekor burung hinggap di jendela mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke atas dan
mengarahkan ke matahari serta mengepakkan kedua sayapnya lalu ia terjun ke
air dan mandi di dalamnya. Kemudian ia terbang ringan di sekitamya. Maryam
ingat bahawa beliau lupa untuk menyirami pohon mawar yang tumbuh secara
tiba-tiba di tengah dua batu yang tumbuh di luar masjid. Maryam
menyelesaikan solatnya lalu ia keluar dari mihrab dan menuju pohon. Belum
selesai beliau siap-siap untuk keluar sehingga para malaikat memanggilnya:

"Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu
dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan
kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)

Maryam berhenti dan tampak wajahnya yang pucat dan semakin bertambah.
Mihrab itu dipenuhi dengan kalimat-kalimat para malaikat yang memancarkan
cahaya. Maryam merasa bahawa pada hari-hari terakhir terdapat perubahan
pada suasana rohaninya dan fiziknya. Di tempat itu tidak terdapat cermin
sehingga ia tidak dapat melihat perubahan itu. Tetapi ia merasa bahawa
darah, kekuatan dan masa mudanya mulai meninggalkan tempatnya dan
digantikan dengan kesucian dan kekuatan yang lebih banyak. Beliau menyedari
bahawa ia sedang gugup. Beliau merasakan kelemahan manusiawi dan adanya
kekuatan yang luar biasa. Setiap kali tubuhnya merasakan kelemahan, maka
bertambahlah kekuatan dalam rohnya. Perasaan yang demikian ini justru
membangkitkan kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahawa ia akan
memikul tanggung jawab besar.

"Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: 'Hai Maryam, sesungguhnya
Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas
segala wanita di dunia (yong semasa dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)

Dengan kalimat-kalimat yang sederhana ini Maryam memahami bahawa Allah
SWT telah memilihnya dan menyucikannya dan menjadikannya penghulu para
wanita dunia. Beliau adalah wanita terbesar di dunia. Para malaikat kembali
berkata kepada Maryam:

"Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama
orang-orang yang ruku." (QS. Ali 'Imran: 43)

Perintah tersebut ditetapkan setelah adanya berita gembira agar beliau
meningkatkan kekhusyukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah SWT.
Maryam lupa terhadap pohon mawar dan beliau kembali solat. Maryam
merasakan bahawa sesuatu yang besar akan terjadi padanya. Beliau merasakan
hal itu sejak beberapa hari, tetapi perasaan itu semakin menguat saat ini.

Matahari meninggalkan tempat tidurnya sementara malam telah bangkit
sedangkan bulan duduk di atas singgahsananya di langit dan di sekelilingnya
terdapat awan-awan yang indah dan putih. Kemudian datanglah pertengahan
malam dan Maryam masih sibuk dalam solatnya. Beliau menyelesaikan solatnya
dan teringat pohon mawar itu lalu beliau membawa air di suatu bejana dan
pergi untuk menyiramnya.

Pohon mawar itu tumbuh di antara dua batu di tempat yang tidak jauh dari
masjid yang hanya ditempuh beberapa langkah darinya. Tempat itu jauh dari
jangkauan manusia sehingga tak seorang pun mendekatinya. Tempat itu sudah
dijadikan tempat yang khusus bagi Maryam untuk melakukan solat di dalamnya
atau beribadah. Maryam mendekati pohon mawar itu dan menyiramnya. lalu
beliau meletakkan bejana, kemudian ia memikirkan pohon mawar itu di mana
tangkainya semakin panjang pada dua malam yang dilaluinya.

Tiba-tiba, Maryam mendengar suara derap kaki yang menggoncang bumi.
Beliau tidak mendengar suara kaki yang berjalan, tetapi beliau mendengar
suara kaki yang menetap di atas batu serta pasir. Maryam merasakan
ketakutan. Ia merasakan bahawa ia tidak sendirian. Ia menoleh ke sebelahnya
namun ia tidak mendapati sesuatu pun. Kemudian kedua matanya mulai
berputar-putar dan memperhatikan suatu cahaya yang berdiri di sana. Maryam
gementar ketakutan dan menundukkan kepalanya. Maryam berkata dalam
dirinya, siapa gerangan orang yang berdiri di sana. Maryam memandang kepada
wajah orang asing itu, dan menyebabkan ia gelisah. Wajah orang itu sangat
aneh, di mana dahinya bercahaya lebih daripada cahaya bulan. Meskipun
kedua matanya memancarkan kemuliaan dan kebesaran tetapi wajah orang itu
justru menggambarkan kerendahan hati yang mengagumkan.

Pandangan pertama yang di lihat oleh Maryam kepada orang itu
mengisyaratkan, bahawa orang itu memiliki kemuliaan yang diperoleh orang
yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Maryam bertanya kepada
dirinya, siapa gerangan orang ini? Kemudian seakan- akan orang asing itu
membaca fikiran Maryam dan berkata: "Salam kepadamu wahai Maryam."
Maryam dibuat terkejut mendengar adanya suara manusia di depannya.
Maryam berkata sebelum menjawab salamnya:

"Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa." (QS. Maryam: 18)

Maryam berlindung di bawah lindungan Allah SWT dan ia bertanya kepadanya,
"Apakah engkau manusia yang mengenal Allah SWT dan bertakwa kepadanya?"
Kemudian orang itu tersenyum dan berkata:

"Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu,
Untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci." (QS. Maryam: 19)

Orang asing itu belum selesai menyampaikan kalimatnya sehingga tempat itu
dipenuhi cahaya yang menakjubkan yang tidak menyerupai cahaya matahari,
cahaya bulan, cahaya lampu, cahaya lilin bahkan cahaya api. Di sana terdapat
cahaya yang sangat jernih. Kemudian terngianglah di kepala Maryam kalimat:
"Aku adalah seorang utusan Tuhanmu." Kalau begitu, dia adalah penghulu
para malaikat, Ruhul Amin (Jibril) yang telah berubah wujud menjadi manusia.

Maryam mengangkat kepalanya dengan gementar menahan luapan cinta. Jibril
berdiri di depannya dalam bentuk manusia. Maryam memperhatikan kejernihan
dahinya dan kesucian wajahnya. Benar apa yang diduganya bahawa Jibril
memiliki kemuliaan yang diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama
jutaan tahun. Kemudian Maryam mengingat kembali kalimat-kalimat yang
diucapkan Jibril. Malaikat itu telah mengatakan bahawa ia adalah utusan
Tuhannya, dan ia telah datang untuk memberi Maryam seorang anak laki-laki
yang suci. Maryam ingat bahawa dirinya adalah seorang perawan yang belum
tersentuh oleh seorang pun. Ia belum menikah dan belum dilamar oleh
seseorang pun, maka bagaimana ia melahirkan anak tanpa melalui pernikahan.

Fikiran- fikiran ini berputar-berputar di kepala Maryam lalu ia berkata kepada
Jibril:

"Maryam berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang
tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula)
seorang penzina!" (QS. Maryam: 20)

Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar
dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia sebagai rahmat dari
Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan."' (QS.
Maryam: 21)

Maryam menerima kalimat-kalimat Jibril. Tidakkah Jibril berkata kepadanya
bahawa ini adalah perintah Allah SWT dan segala sesuatu yang
diperintahkan-Nya pasti akan terlaksana. Kemudian, mengapa ia harus (ketika)
melahirkan tanpa disentuh oleh seorang manusia pun. Bukankah Allah SWT
menciptakan Nabi Adam tanpa seorang ayah dan seorang ibu? Sebelum
diciptakannya Nabi Adam tidak ada lelaki dan wanita. Hawa diciptakan dari
Nabi Adam dan ia pun diciptakan dari laki-laki, tanpa perempuan.
Biasanya manusia diciptakan melalui pasangan laki-laki dan perempuan;
biasanya ia memiliki ayah dan ibu, tetapi mukjizat terjadi ketika Allah SWT
menginginkannya untuk terjadi. Kemudian Jibril meneruskan pembicaraannya:

"Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang
putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari- Nya, namanya
al-Masih Isa putera Maryam, seorang yang terkemuka di dunia dan di akhirat
dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia
berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia
termasuk di antara orang-orang yang soleh." (QS. Ali 'Imran: 45-46)

Kehairanan Maryam semakin bertambah. Betapa tidak, sebelum mengandung
anak itu di perutnya ia telah mengetahui namanya. Bahkan ia mengetahui
bahawa anaknya itu akan berbicara dengan manusia saat ia masih kecil.
Sebelum Maryam menggerakkan lisannya untuk melontarkan pertanyaan lain,

Jibril mengangkat tangannya dan mengerahkan udara ke arah Maryam.
Kemudian datanglah hembusan udara yang bercahaya yang belum pernah di
lihat sebelumnya oleh Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam dan
memenuhinya. Tak sempat Maryam melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril
yang suci telah pergi tanpa meninggalkan suara.

Udara yang dingin telah bergerak dan Maryam pun tampak menggigil. Maryam
segera kembali ke mihrabnya. Ia menutup pintu mihrab dan ia tenggelam
dalam solat yang khusyuk dan ia pun menangis. Maryam merasakan
kegembiraan, kebingungan dan kegoncangan serta kedamaian yang dalam.
Kini, Maryam tidak lagi sendirian. Sejak Jibril meninggalkannya, ia merasakan
bahawa ia tidak lagi sendirian. Ia menggerakkan tangannya yang dipenuhi
dengan cahaya, kemudian cahaya ini berubah di dalam perutnya menjadi anak,
seorang anak yang akan menjadi kalimat Allah SWT dan roh-Nya yang
diletakkan pada Maryam. Ketika anak itu besar, ia akan menjadi seorang rasul
dan nabi yang ajarannya dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.

Maryam di malam itu tidur dengan nyenyak dan ia bangun di waktu Subuh.
Belum lama ia membuka kedua matanya sehingga ia dibuat terkejut ketika
melihat mihrab dipenuhi dengan buah-buahan yang sebenarnya tidak lagi
musim. Maryam heran melihat hal itu. Ia mulai mengingat apa yang telah
terjadi padanya kelmarin, yaitu bagaimana kejadian saat menyiram pohon
mawar, bagaimana pertemuannya dengan malaikat Jibril, bagaimana Allah
SWT meniupkan kalimat-Nya padanya, bagaimana ia kembali ke mihrab, dan
bagaimana tidurnya yang nyenyak. Maryam berkata kepada dirinya sambil
melihat buah-buahan yang banyak: Apakah aku akan memakan sendirian
buah-buahan ini. Kemudian ada suara dalam dirinya yang berkata: "Engkau
tidak lagi sendirian wahai Maryam. Kini, engkau bersama Isa. Engkau harus
makan dengan baik. Dan Maryam mulai makan.

Lalu berlalulah hari demi hari. Kandungan Maryam berbeza dengan kandungan
umumnya wanita. Ia tidak merasakan sakit dan tidak merasa berat; ia tidak
merasakan sesuatu telah bertambah padanya dan perutnya tidak membuncit
seperti umumnya wanita. Alhasil, kehamilan yang dialaminya dipenuhi dengan
nikmat yang baik. Datanglah bulan yang ke sembilan. Ada sebahagian ulama
yang mengatakan bahawa Maryam tidak mengandung Isa selama sembilan
bulan, tetapi ia melahirkannya secara langsung sebagai mukjizat.

Pada suatu hari, Maryam keluar ke suatu tempat yang jauh. Ia merasa bahawa
sesuatu akan terjadi hari itu. Tetapi ia tidak mengetahui hakikat sesuatu itu.
Kakinya membimbingnya untuk menuju tempat yang dipenuhi dengan pohon
kurma. Tempat itu tidak biasa dikunjungi oleh seseorang pun kerana saking
jauhnya; tempat yang tidak diketahui oleh seseorang pun kecuali Maryam.

Tak seorang pun yang mengetahui Maryam bahawa sedang hamil dan ia akan
melahirkan. Mihrab yang menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup.
Orang-orang mengetahui bahawa Maryam sedang sibuk beribadah dan tidak ada
seorang pun yang mendekatinya. Maryam duduk beristirahat di bawah pohon
kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai merasakan sakit pada dirinya, dan
rasa sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya, Maryam melahirkan:

"Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal
pohon kurma, ia berkata: 'Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini,
dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan." (QS. Maryam: 23)

Rasa sakit saat melahirkan anak yang dialami wanita suci ini menimbulkan
penderitaan-penderitaan lain yang segera menantinya. Bagaimana manusia
akan menyambut anaknya ini? Apa yang mereka katakan tentangnya? Bukankah
mereka mengetahui bahawa ia adalah wanita yang masih perawan? Bagaimana
seorang gadis perawan bisa melahirkan? Apakah manusia akan membenarkan
Maryam yang melahirkan anak itu tanpa ada seseorang pun yang
menyentuhnya?  Kemudian  pandangan-pandangan  keraguan  mulai
menyelimutinya. Maryam berfikir bagaimana reaksi manusia kepadanya dan
bagaimana perkataan mereka terhadapnya sehingga hatinya dipenuhi dengan
kesedihan. Belum lama Maryam membayangkan dan meminta agar ia dimatikan
dan dilupakan, tiba-tiba anak yang baru lahir itu memanggilnya:

"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan
anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke
arahmu, nescaya pohon itu akan mengugurkan buah kurma yang masak
kepadamu makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat
seorang manusia, maka katakanlah: 'Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara
dengan seorang manusia pun pada hari ini.'" (QS. Maryam: 24-26)

Maryam melihat al-Masih yang tampan wajahnya. Wajahnya tidak
kemerah-merahan dan rambutnya tidak keriting seperti anak-anak yang lahir di
saat itu, tetapi ia berkulit lembut dan putih. Anak itu diselimuti dengan
kesucian dan kasih sayang; anak itu berbicara kepada Maryam agar ia
menghilangkan kesedihannya dan meminta padanya agar menggoyangkan
batang-batang pohon kurma supaya jatuh darinya sebahagian buahnya yang
lazat dan Maryam dapat memakan dan meminum darinya sehingga hatinya pun
penuh dengan kedamaian serta kegembiraan dan tidak berfikir tentang sesuatu
pun. Jika Maryam melihat atau menemui manusia, maka hendaklah ia berkata
kepada mereka bahawa ia bernazar kepada Allah SWT untuk berpuasa dan
tidak berbicara kepada seseorang pun.

Maryam melihat al-Masih dengan penuh kecintaan. Anak itu baru dilahirkan
beberapa saat tetapi ia langsung memikul tanggung jawab ibunya di atas
pundaknya. Selanjutnya, ia akan memikul penderitaan orang-orang fakir.
Maryam melihat bahawa wajah anak itu menyiratkan tanda yang sangat aneh.
Yaitu tanda yang mengisyaratkan bahawa ia datang ke dunia bukan untuk
mengambil darinya sesuatu, tetapi untuk memberinya segala sesuatu. Maryam
menghulurkan tangannya ke pohon kurma yang besar. Belum lama ia
menyentuh batangnya hingga jatuhlah darinya buah kurma yang masih muda
dan lazat. Maryam makan dan minum dan kemudian ia memangku anaknya
dengan penuh kasih sayang.

Saat itu, Maryam merasakan kegoncangan yang hebat. Silih-berganti
ketenangan dan kegelisahan menghampirinya. Segala fikirannya tertuju pada
satu hal, yaitu Isa. Ia bertanya-tanya dalam dirinya: Bagaimana orang-orang
Yahudi akan menyambutnya, apa yang akan mereka katakan tentangnya, apa
yang akan mereka katakan terhadap Maryam, apakah para pendeta dan para
pembesar Yahudi percaya bahawa Maryam melahirkan seorang anak tanpa
disentuh oleh seseorang pun? Bukankah mereka terbiasa hidup dengan suasana
pencurian dan penipuan? Apakah seseorang di antara mereka akan percaya -
padahal ia jauh dari langit - bahawa langit telah memberinya seseorang anak.

Akhirnya, masa pengasingan Maryam telah berakhir dan Maryam harus kembali
ke kaumnya. Maryam kembali dan waktu menunjukkan Ashar. Pasar besar yang
terletak di jalan yang dilalui Maryam menuju masjid dipenuhi dengan manusia.
Mereka sibuk dengan jual-beli. Mereka duduk berbincang-bincang sambil
minum anggur. Belum lama Maryam melewati pasar itu sehingga manusia
melihatnya membawa seorang anak kecil yang didakapnya. Salah seorang
bertanya: "Bukankah ini Maryam yang masih perawan? Lalu, anak siapa yang
dibawanya itu?" Seorang yang mabuk berkata: "Itu adalah anaknya." Mari kita
dengar cerita apa yang akan disampaikannya. Akhirnya, orang-orang Yahudi
mulai "mengepung" dengan berbagai macam pertanyaan: "Anak siapa ini wahai
Maryam, mengapa engkau tidak mengembalikannya, apakah itu memang
anakmu, bagaimana engkau datang dengan membawa seorang anak sedangkan
engkau adalah gadis yang masih perawan?"
"Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang
jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang penzina." (QS. Maryam: 28)

Maryam dituduh melakukan pelacuran. Mereka menyerang Maryam tanpa
terlebih dahulu mendengarkan sanggahannya atau mengadakan penelitian atau
membuktikan bahawa perkataan mereka memang benar. Maryam dicerca
sana-sini dan ia diingatkan, bahawa bukankah ia seseorang yang tumbuh dari
rumah yang baik dan bukanlah ibunya seorang pelacur? Lalu mengapa semua ini
terjadi padanya? Menghadapi semua tuduhan itu, Maryam tampak tenang dan
tetap menunjukkan kebaikannya. Wajahnya dipenuhi dengan cahaya
keyakinan. Ketika pertanyaan semakin menjadi-jadi dan keadaan semakin
sulit, maka Maryam menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia menunjuk ke
arah anaknya dengan tangannya. Maryam menunjuk Isa.

Orang-orang yang ada di situ tampak kebingungan. Mereka memahami bahawa
Maryam berpuasa dari berbicara dan meminta kepada mereka agar bertanya
kepada anak itu. Para pembesar Yahudi bertanya: "Bagaimana mereka akan
melontarkan pertanyaan kepada seorang anak kecil yang baru lahir beberapa
hari? Apakah anak itu akan berbicara di buaiannya" Mereka berkata kepada
Maryam:

"Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam
ayunan?" (QS. Maryam: 29)

Berkata Isa:
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (injil) dan Dia
menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang
diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku
(mendirikan) solat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti
kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi
celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku
dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali. " (QS. Maryam: 30-33)

Belum sampai Isa menuntaskan pembicaraannya sehingga wajah-wajah para
pendeta dari kalangan Yahudi dan para uskup tampak pucat. Mereka
menyaksikan mukjizat terjadi di depan mereka secara langsung. Anak kecil itu
berbicara di buaiannya; anak kecil yang datang tanpa seorang ayah; anak kecil
yang mengatakan bahawa Allah SWT telah memberinya al-Kitab dan
menjadikannya seorang Nabi. Ini berarti bahawa kekuasaan mereka sebentar
lagi akan hancur. Setiap orang dari mereka akan menjadi tidak berarti ketika
anak kecil itu dewasa. Tak seorang pun di antara mereka yang dapat "menjual
pengampunan" kepada manusia atau menghakimi mereka melalui penyataan
bahawa ia adalah wakil dari langit yang turun di bumi. Atau pernyataan,
bahawa hanya dia yang mengetahui syariat.

Para pendeta Yahudi merasa akan terjadi suatu tragedi keperibadian yang akan
datang kepada mereka dengan kelahiran anak kecil ini. Kedatangan al-Masih
berarti mengembalikan manusia kepada penyembahan semata-mata kepada
Allah SWT. Ini berarti menghapus agama Yahudi yang sekarang mereka yakini.
Perbezaan antara ajaran- ajaran Musa dan tindakan-tindakan orang-orang
Yahudi menyerupai perbezaan antara bintang-bintang di langit dan
lumpur-lumpur di jalan. Para pendeta Yahudi menyembunyikan kisah kelahiran
Isa dan bagaimana ia berbicara di masa buaian. Mereka justru menuduh
Maryam yang masih perawan dengan kebohongan yang besar. Mereka menuduh
Maryam melakukan pelacuran, padahal mereka menyaksikan sendiri mukjizat
pembicaraan anaknya di masa buaian.

Mula-mula cerita tentang itu mereka sembunyikan untuk beberapa saat.
Meskipun demikian, berita tentang kelahiran Isa sampai ke Hakim Romawi,
yaitu Heradus. Ia memimpin orang-orang Palestina dan orang- orang Yahudi
dengan kekuatan pedang. Ia menakut-nakuti mereka dengan menumpahkan
darah serta banyaknya mata-mata yang dimilikinya. Pada suatu hari, ia duduk
di istananya dan meminum anggur. Lalu ia mendengar berita yang samar
tentang kelahiran seseorang anak tanpa ayah; seorang anak yang dikatakan ia
mampu berbicara saat masih di buaian, lalu ia menyampaikan pembicaraan
yang menjurus pada ancaman terhadap kekuasaan Romawi. Kemudian
bergetarlah kursi yang ada di bawah tubuh Heradus. Ia memerintahkan untuk
diadakan suatu pertemuan mendadak yang dihadiri oleh para pengawalnya dan
para mata-matanya. Pertemuan itu pun terlaksana. Heradus duduk dengan
wajahnya yang hitam mengkilat, lalu ia memutarkan pandangannya ke arah
mata-matanya dan bertanya: "Bagaimana berita anak kecil yang berbicara di
buaiannya?"

Salah seorang kepala mata-mata berkata: "Tampak bahawa masalahnya tidak
benar. Kami telah mendengar isu-isu sekitar anak kecil yang mereka katakan
bahawa ia membuat mukjizat dengan berbicara saat ia masih belia. Lalu saya
mengutus anak buahku untuk mencari kebenaran berita itu, tetapi mereka
tidak menemukannya. Jelas bagi kami, bahawa berita itu dilebih-lebihkan."
Kemudian salah satu anggota mata-mata raja berkata: "Aku telah mendapatkan
bukti yang terpercaya bahawa tiga orang dari orang-orang Majusi datang di
balik suatu bintang yang mereka lihat menyala di suatu langit dan bintang
tersebut mengisyaratkan kelahiran anak kecil yang membawa mukjizat, yaitu
anak kecil yang akan menyelamatkan kaumnya." Hakim berkata: "Bagaimana ia
dapat menyelamatkan kaumnya dan kaum siapa yang diselamatkannya?" Salah
seorang mata-mata berkata: "Anak buahku tidak mengetahuinya kerana
orang-orang pandai dari Majusi itu pergi dan tak seorang pun menemukan
mereka."

Hakim berkata: "Bagaimana mereka dapat pergi dan bersembunyi lalu
bagaimana cerita anak kecil ini? Apakah di sana ada persekongkolan untuk
menentang Romawi?" Hakim melompat dari tempat duduknya ketika ia
menyebut Romawi, dan ia mulai berbicara dengan keadaan emosi: "Aku
menginginkan kepala tiga orang yang cerdik itu dan aku juga menginginkan
kepala anak kecil itu. Dan aku menginginkan informasi yang lengkap. Sungguh
masalah ini semakin samar hai orang-orang yang bodoh." Lalu kepala
mata-mata berkata: "Barangkali ini hanya mimpi yang dibayangkan orang-orang
Yahudi bahawa mereka melihatnya." Hakim berkata: "Sungguh kepala-kepala
kalian semua akan terbang lebih cepat dari merpati jika kalian tidak
mendatangkan cerita secara lengkap tentang anak ini. Kebingungan dan
kekacauan apa yang aku rasakan! Pergilah kalian dari sini."

Anak buah Heradus dan para mata-mata pergi, sedangkan ia masih duduk
memikirkan masalah tersebut. Tampaknya masalah itu sangat
menggelisahkannya. Ia tidak peduli dengan kedatangan agama baru kepada
manusia tetapi yang difikirkannya adalah kekuasaan Romawi yang ia menjadi
simbolnya. Kemudian Heradus menetapkan untuk memanggil pemuka orang
Yahudi dan bertanya kepadanya tentang masalah ini. Para pengawalnya yang
khusus memanggil orang Yahudi itu. Tidak beberapa lama orang Yahudi itu ada
di depan hakim. Heradus berkata: "Aku ingin berbicara kepadamu tentang
suatu masalah yang sangat menggelisahkanku." Pendeta Yahudi itu berkata:
"Aku ingin mengabdi kepadamu."

Heradus berkata: "Aku mendengar berita-berita yang saling berlawanan
tentang anak kecil yang bisa berbicara di masa buaiannya dan ia mengatakan
bahawa ia akan menyelamatkan kaumnya. Maka bagaimana berita yang
sebenarnya tentang itu?" Pendeta itu berkata - dan ia merasa bahawa
pertanyaan itu sepertinya berupa jebakan yang tidak diketahuinya secara
pasti: "Apakah tuan yang mulia peduli dengan agama Yahudi?" Heradus berkata
dalam keadaan emosi: "Aku tidak peduli sedikit pun selain kekuasaan Romawi.
Jawablah pertanyaanku wahai pendeta." Pendeta Yahudi itu telah melihat Isa
berbicara di buaiannya. Ia memahami bahawa seandainya ia mengatakan itu,
maka ia akan mendapatkan penderitaan pada dirinya, maka ia lebih memilih
sedikit berbohong. Ia berkata kepada Heradus bahawa ia mendengar cerita itu
tetapi ia meragukannya.

Heradus berkata: "Apakah benar agama kalian berbicara tentang kedatangan
seorang penyelamat bagi rakyat kalian?" Pendeta berkata: "Ini benar wahai
tuan yang mulai." Heradus berkata: "Apakah kalian mengetahui ini adalah
persekongkolan menentang keamanan kerajaan Romawi? Apakah kalian
menyedari ini adalah bentuk pengkhianatan?" Pendeta berkata: "Aku harap
tuan membiarkan aku meluruskan suatu pemikiran yang sederhana. Berita
tentang hal itu adalah berita yang kuno. Berita ini diyakini ketika rakyat
menjadi tawanan di Bebel sejak ratusan tahun."

Heradus berkata: "Apakah memang di sana ada yang membenarkan berita ini?
Sekarang, apakah kamu secara peribadi membenarkannya? Apakah engkau
melihat anak kecil itu yang mereka katakan bahawa ia dilahirkan tanpa
seorang ayah?" Pendeta itu berkata: "Apakah ada seorang yang percaya wahai
tuan yang mulia jika dikatakan ada seorang anak yang lahir tanpa seorang
ayah. Ini adalah mimpi rakyat biasa."

Heradus berkata: "Tidak ada sesuatu yang mengusir tidur dari mata seorang
penguasa selain mimpi-mimpi rakyat. Pergilah wahai pendeta dan jika engkau
mendengar berita-berita, maka sampaikanlah kepadaku sebelum engkau
sampaikan kepada isterimu." Belum lama pendeta itu pergi sehingga Heradus
berfikir, bagaimana seandainya pendeta itu berbohong. Ia menangkap benang
kebohongan pada kedua matanya. Ia mengetahui kebohongan ini kerana ia
sendiri sangat pandai berbohong. Kemudian bagaimana cerita tiga orang cerdik
yang mereka mengikuti bintang? Apakah di sana terdapat persekongkolan
menentang Romawi yang tidak diketahuinya?

Heradus berteriak di tengah-tengah pengawalnya dan memerintahkan mereka
untuk menangkap semua orang yang mendengar cerita ini atau ia akan melihat
akibatnya. Mula-mula dia memerintahkan untuk mencari gadis perawan yang
melahirkan anak itu dan membunuh setiap anak yang lahir di saat itu.
Sementara itu, Maryam keluar dari Palestina menuju ke Mesir. Sebelumnya,
pada suatu malam, datanglah kepadanya seseorang yang belum pernah
dilihatnya dan orang itu menyampaikan salam kepadanya serta menyerukannya
dan sambil berkata: "Bawalah anakmu wahai Maryam dan keluarlah menuju
Mesir." Dengan nada ketakutan Maryam bertanya, "Mengapa? Bagaimana aku
keluar menuju ke Mesir; dan bagaimana aku bisa mengenali jalan?" Orang asing
itu menjawab, "Keluarlah engkau nescaya Allah SWT akan melindungimu.
Sesungguhnya Hakim Romawi mencari anakmu dan ingin membunuhmu."

Maryam bertanya: "Kapan aku keluar?" Orang asing itu menjawab: "Sekarang
juga. Janganlah engkau khawatir sedikit pun kerana engkau keluar bersama
seorang Nabi yang mulia. Semua nabi diusir oleh kaumnya dari negeri mereka
dan rumah mereka. Demikianlah hukum kehidupan. Kejahatan selalu berusaha
untuk menyingkirkan kebaikan tetapi pada akhirnya, kebaikan akan kembali
menduduki singgahsananya. Keluarlah wahai Maryam." Akhirnya, Maryam pun
pergi menuju ke Mesir. Maryam melalui gurun Saina' bersama suatu kafilah
yang menuju Mesir. Maryam berjalan membawa Isa di jalan yang sama yang
pernah dilalui Nabi Musa di mana ditampakkan kepada Nabi Musa api yang suci
dan beliau dipanggil dari sisi thur al-Aiman. Setelah melalui perjalanan yang
jauh dan melelahkan, Maryam sampai di Mesir. Mesir yang dipenuhi dengan
kebaikan, kemuliaan, kebudayaan klasik serta cuacanya yang stabil mempakan
tempat yang terbaik untuk pertumbuhan Isa as.

Al-Masih tumbuh dan berkembang serta menjalani masa kecilnya di Mesir.
Kemudian datanglah kepada Maryam orang asing yang telah memerintahkannya
untuk meninggalkan Palestina. Kali ini, ia memerintahkannya untuk kembali ke
Palestina. Orang asing itu berkata kepadanya: "Raja yang lalim telah mati,
maka kembalilah bersama anakmu wahai Maryam. Telah datang kesempatan
emas bagi Isa untuk menduduki singgahsananya. Isa akan menjadi penyayang
orang-orang fakir dan orang-orang yang benar. Kembalilah wahai Maryam."
Maryam pun kembali. Dalam perjalanan Maryam melalui banyak mata air di
sungai Jordania.

Isa pun tumbuh menjadi dewasa dan mencapai masa mudanya. Isa keluar dari
rumahnya dan menuju tempat penyembahan kaum Yahudi. Saat itu bertepatan
dengan hari Sabtu. Di sana tidak ada satu rumah pun dari rumah kaum Yahudi
yang dapat menyalakan api atau memadamkannya pada hari Sabtu, atau
mengambil buah di hari itu. Dilarang bagi seorang wanita untuk membikin
adunan roti atau seseorang anak kecil mencuci anjingnya. Nabi Musa telah
memerintahkan untuk menghormati hari Sabtu dan hanya mengkhususkanya
untuk beribadah kepada Allah SWT.

Terdapat hikmah di balik penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu
menjadi hari yang sangat disucikan di kalangan orang-orang Yahudi. Mereka
melaksanakannya dengan berbagai macam tradisi dan mereka mencurahkan
segala konsentrasi mereka untuk menjaga hari Sabtu dan tidak
meremehkannya. Sebab, mereka meyakini bahawa hari Sabtu adalah hari yang
dijaga dari langit sebelum Allah menciptakan manusia sebagaimana mereka
percaya bahawa Bani Israil telah diberikan pilihan kepada satu jalur saja, yaitu
menjaga hari Sabtu. Mereka bangga kerana mereka dapat menjaganya
meskipun hal itu menyebabkan mereka kalah di kancah peperangan atau
mereka tertawan di tangan musuh. Bahkan saking ketatnya mereka
mempertahankan kehormatan hari Sabtu sampai- sampai mereka
menambah-nambahi berbagai macam larangan di hari Sabtu. Majlis kaum
Yahudi menetapkan ratusan larangan yang tidak boleh dilakukan di hari Sabtu,
seseorang dilarang untuk memakai gigi palsu di hari Sabtu. Seorang yang sakit
dilarang untuk memakai perban atau memakai minyak di tempat yang sakit
pada hari Sabtu atau memanggil doktor. Dilarang pula di hari Sabtu untuk
menulis dua huruf abjad; dilarang juga untuk mempertahankan diri pada hari
Sabtu; dilarang untuk panen dan belajar di hari Sabtu. Kemudian, berpergian
di hari Sabtu diharuskan untuk tidak lebih dari dua ribu ela. Dilarang juga di
hari Sabtu untuk membawa sesuatu ke luar rumah.

Jadi, banyaknya syariat, hukum serta larangan-larangan biasanya diikuti
dengan banyaknya keburukan atau paling tidak membantu terciptanya
keburukan. Setiap timbul suatu larangan, maka timbul bersamanya cara untuk
menghindar darinya. Demikianlah, kehidupan kaum Yahudi dipenuhi dengan
kemunafikan yang luar biasa di mana secara lahiriah mereka menampakkan
penghormatan terhadap hari Sabtu, tetapi secara batiniah mereka berusaha
menodai kehormatan dengan berbagai macam cara.

Meskipun kelompok Farisiun bertanggungjawab terhadap tugas pelaksanaan
syariat dan mengawasinya dengan banyak mendapatkan jaminan-jaminan,
maka kita akan melihat bahawa mereka siap untuk menciptakan berbagai
rekayasa dan tipu daya yang memungkinkan mereka untuk menghindar dari
hukum-hukum syariat di saat yang tepat. Saat yang tepat adalah saat di mana
syariat-syariat tersebut bertentangan dengan kepentingan peribadi mereka
atau dapat menjadi penghalang bagi mereka untuk mendapatkan mata
pencarian yang haram yang sudah siap masuk pada kantung mereka. Misalnya,
terdapat kaedah syariat yang menetapkan perjalanan pada hari Sabtu tidak
boleh melebihi dua ribu ela. Namun orang-orang Farisiun mengadakan walimah
di mana mereka mengundang orang-orang untuk menghadiri acara tersebut
pada hari Sabtu, padahal tempat diadakannya acara itu berjarak lebih dari dua
ribu ela dari rumah mereka. Lalu, bagaimana mereka dapat melaksanakan hal
tersebut? Sangat mudah sekali. Mereka meletakkan pada sore hari Sabtu
sebahagian makanan yang berjarak dua ribu ela dari rumah mereka lalu setelah
itu mereka mendirikan suatu tempat tinggal di mana mereka dapat berjalan
setelahnya dan menempuh dua ribu ela yang lain. Dari sini mereka dapat
menambah jarak yang mereka inginkan. Begitu juga agar mereka menghindar
dari larangan membawa sesuatu ke luar rumah pada hari Sabtu, maka mereka
membuat tipu daya yang lain. Yaitu mereka mendirikan gerbang-gerbang pintu
dan jendela di berbagai jalan sehingga seluruh kota seperti rumah besar yang
dimungkinkan bagi mereka untuk membawa segala sesuatu dan bergerak di
dalamnya.

Contoh lain yang menunjukkan bagaimana orang-orang Yahudi mempermainkan
syariat sedangkan mereka mengklaim menjaganya adalah, bahawa syariat Musa
menetapkan agar seorang anak menginfaki kedua orang tuanya saat mereka
menginjak usia tua dan memerlukannya. Tetapi kaum Farisiun memberikan
kesempatan kepada anak-anak untuk lari dan menghindar dari tanggung jawab
ini dengan suatu tipu daya yang sederhana. Ketika seorang anak dituntut oleh
kedua orang tuanya untuk memberi nafkah, maka ia pergi ke para pendeta dan
bersepakat kepada mereka untuk mewakafkan semua hartanya dan
kekayaannya kepada haikal, yaitu tempat sembahan kaum Yahudi. Saat itu
kedua orang tuanya tidak mampu mengambil sesuatu pun darinya. Ketika
mereka berdua telah putus asa dan tidak lagi menuntut padanya untuk
memberi nafkah, maka semua harta kekayaannya akan dikembalikan
kepadanya oleh para pendeta, dengan catatan hendaklah ia memberikan
bahagian tertentu dari hartanya kepada para pendeta itu. Demikianlah yang
terdapat dalam Injil Mata.


Di tengah-tengah suasana kebodohan pemikiran yang luar biasa ini, juga
terdapat sikap keras kepala dan kejumudan berfikir yang mengelilingi kaum
Yahudi. Terdapat tujuh tingkat kesucian dan dua puluh enam solat yang harus
mereka lakukan saat mereka membasuh tangan sebelum memakan makanan,
namun mereka menganggap bahawa meniadakan pembacaan solat-solat
sebagai bentuk pembunuhan terhadap jiwa dengan cara bunuh diri dan
tercegah dari kehidupan abadi. Demikianlah kekerasan sikap masyarakat
Yahudi yang menunjukkan bahawa moral mereka telah rosak dan dipenuhi
dengan kemunafikan yang tiada taranya.

Sementara itu, Isa berjalan menuju tempat beribadah. Orang-orang berjalan di
sekelilingnya. Mereka tampak membanggakan pakaian- pakaian yang berwarna
dan berharga sedangkan Isa berjalan dengan memakai baju putih dan
menampakkan kezuhudannya. Rambut Isa tampak lembut yang mencapai kedua
bahunya dan tampak ia basah terkena air awan yang menurunkan gerimis.
Kemudian kedua kakinya berjalan di atas tanah sehingga tanah itu dipenuhi
dengan bau harum yang tidak diketahui sumbernya. Baju yang dipakai oleh Isa
terbuat dari bulu domba yang sangat sederhana dan kasar. Meskipun hari itu
hari Sabtu, Isa memetik buah di suatu kebun dan mengambil dua buah yang
beliau berikan kepada anak kecil yang fakir dan lapar. Tindakan semacam ini
menurut kepercayaan Yahudi dianggap sebagai tindakan yang menentang
agama Yahudi.

Isa mengetahui bahawa menjalankan agama yang hakiki bukan terletak pada
ketaatan luaran sementara hati jauh dari sikap rendah diri. Oleh kerana itu,
Isa mencabut buah dan memberikan makan kepada manusia pada hari Sabtu.
Beliau menyalakan api untuk wanita-wanita tua sehingga mereka tidak mati
kedinginan.

Isa sering mengunjungi tempat sesembahan orang Yahudi. Isa berdiri di
dalamnya dan mengamati para pendeta dan manusia yang hilir mudik di
sekitarnya. Sesampainya Isa di tempat sembahan, ia berdiri di dalamnya. Isa
mengamat-amati apa yang ada di dalamnya. Dinding-dinding tempat beribadah
itu terbuat dari kayu gaharu yang memiliki bau yang harum. Di samping itu,
terdapat kelambu-kelambu yang terbuat dari kain-kain yang mengagumkan
yang dicampur dengan emas. Juga terdapat lampu-lampu yang terhulur dari
atap dan juga ada lilin-lilin yang memenuhi ruangan dengan cahaya. Meskipun
demikian, kegelapan menyelimuti hati orang- orang yang ada di situ.

Nabi Isa berdiri cukup lama di tempat penyembahan itu. Setiap kali ia
memutarkan wajahnya, ia mendapati para pendeta di sana. Terdapat dua
puluh ribu pendeta. Nama-nama mereka tercatat dalam haikal. Mereka adalah
kaum Waliyun yang memakai saku-saku yang besar yang di dalamnya ada
kitab-kitab syariat. Sedangkan kaum Farisiun, mereka memakai pakaian yang
lebar yang sisi-sisinya tertenun dengan emas. Mereka adalah pembantu haikal
yang resmi dengan memakai baju-baju mereka yang putih. Adapun kaum
Shaduqiyun adalah kelompok para pendeta aristokrat yang bersekutu dengan
penguasa di mana mereka memperoleh kekayaan melalui persekutuan ini. Nabi
Isa memperhatikan bahawa jumlah pengunjung haikalita lebih sedikit daripada
jumlah para pendeta dan para tokoh agama. Tempat penyembahan itu
dipenuhi dengan kambing dan merpati yang dibeli oleh para pengunjung
tempat penyembahan itu. Mereka menyerahkannya sebagai korban kepada
Allah. Yaitu korban yang disembelih di dalam tempat persembahan di atas
tempat penyembelihan. Alhasil setiap langkah yang diayunkan oleh para
pejalan di tempat penyembahan itu akan menghasilkan wang.

Di tempat penyembahan Yahudi itulah tersingkap hakikat kehidupan kaum
Yahudi. Nilai satu-satunya yang disembah oleh manusia di zaman itu adalah
wang. Jadi, kemewahan materi atau kekayaan adalah nilai satu-satunya yang
kerananya manusia akan bergulat satu sama lain. Dalam hal itu, tidak ada
perbezaan antara tokoh-tokoh pembawa ajaran syariat dengan
manusia-manusia biasa. Kaum Shaduqiyun dan kaum Farisiun bekerja sama di
antara mereka di dalam haikal itu seakan-akan mereka di dalam suatu pasar di
mana mereka memanfaatkannya untuk diri mereka dengan terus mencari
korban-korban di dalamnya. Sering kali kaum Shaduqiyun dan Farisiun
berseteru dalam persoalan syariat dan hukum. Demikian juga, mereka
berseteru dalam menentukan korban yang harus mereka raih di haikal itu.
Kaum Farisiun berpendapat bahawa haiwan-haiwan korban itu harus dibeli dari
harta haikal sedangkan kaum Shaduqiyun menganggap bahawa harta dari haikal
adalah hak mereka. Oleh kerana itu, mereka menganggap bahawa haiwan
korban itu harus dibeli dengan jumlah tersendiri. Begitu juga kaum Farisiun
mewajibkan untuk membakar haiwan yang disembelih di atas tempat
penyembahan, sedangkan kaum Shaduqiyun mereka mengambil haiwan
sembelihan ini untuk diri mereka sendiri.

Di dalam Talmud disebutkan bahawa kaum Shaduqiyun menjual merpati di
toko-toko mereka yang mereka miliki. Mereka sengaja memperbanyak
kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya untuk mengorbankan
burung-burung merpati sehingga harga seekor burung merpati saja mencapai
beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu tokoh Farisiun yaitu Sam'an bin
Amlail mengeluarkan fatwa yang intinya mengurangi kesempatan-kesempatan
yang diharuskan di dalamnya seseorang menyerahkan merpati sebagai korban.
Setelah itu, harga burung cuma mencapai seperempat Dinar. Pergelutan antara
kedua kelompok itu mendatangkan pukulan berat bagi pemilik toko yang
menyimpan burung merpati terutama anak-anak dari kepala pendeta.

Nabi Isa memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya; Nabi Isa melihat
kaum fakir yang tidak mampu membeli haiwan korban sehingga mereka tidak
mampu berkorban; Nabi Isa melihat bagaimana para pendeta memperlakukan
mereka dan memangsa mereka seperti serigala yang buas. Nabi Isa berfikir di
dalam dirinya, mengapa binatang-binatang itu mereka bakar lalu dagingnya
menjadi asap di udara, padahal di sana terdapat ribuan kaum fakir yang mati
kelaparan? Mengapa mereka mengira bahawa Allah SWT redha ketika tempat
penyembelihan dilumuri dengan darah, lalu haiwan korban itu dibawa ke
rumah-rumah para pendeta dan toko-toko mereka untuk dijual? Mengapa
orang-orang fakir banyak berhutang dan mengeluarkan banyak wang untuk
membeli binatang-binatang korban? Mengapa binatang-binatang korban itu
harus dimiliki dan hanya dirawat oleh para pendeta lalu apa yang mereka
lakukan dengan wang-wang ini? Lalu, di manakah tempat orang-orang fakir di
haikal itu? Bukankah hal yang aneh ketika seseorang memasuki rumah dengan
keharusan membawa wang?

Nabi Isa pergi dari tempat penyembahan itu dan ia meninggalkan kota menuju
gunung. Dada Nabi Isa dipenuhi dengan kecemburuan yang suci terhadap yang
Maha Benar. Wajahnya tampak semakin pucat ketika melihat berbagai macam
kejahatan memenuhi dunia. Nabi Isa berdiri di atas sebuah bukit dan beliau
mulai melakukan solat. Titisan-titisan air mata mulai berlinang dari pipinya
dan jatuh ke bumi. Nabi Isa mulai merenung dan menangis. Di sana terdapat
bunga yang nyaris mati kerana kehausan lalu ketika ia mendapatkan titisan air
mata al-Masih, maka bunga itu mekar kembali dan mendapatkan kehidupan.
Titisan air mata al-Masih menyelamatkannya, sebagaimana beliau akan
menyelamatkan manusia dengan dakwahnya. Di malam yang penuh berkah ini
pula, dua orang Nabi yang mulia meninggalkan bumi, yaitu Nabi Yahya dan
Nabi Zakaria. Kedua Nabi itu dibunuh oleh penguasa. Sejak kepergian mereka
berdua, bumi kehilangan banyak dari kebaikan. Pada malam itu juga, turunlah
wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah SWT memutuskan perintah- Nya agar ia
memulai dakwahnya.

Nabi Isa menutup lembaran halus dari kehidupannya yaitu lembaran yang
penuh dengan tafakur dan ibadah. Beliau memulai perjalanannya yang berat
dan penuh tantangan serta penderitaan: beliau mulai berdakwah di jalan Allah
SWT; beliau mulai membangun kerajaan yang tegak berdasarkan kerendahan
hati dan cinta. Kerajaan yang penguasanya bertujuan untuk membebaskan dan
menyucikan roh. Kerajaan yang memancarkan sikap rendah diri dan cinta. Nabi
Isa ingin menyelamatkan rohani. Ajaran Nabi Isa berdasarkan keimanan
terhadap hari kiamat dan kebangkitan. Nilai-nilai dan pemikiran tersebut tidak
ditemukan dalam kehidupan orang-orang Yahudi.

Syariat Musa menetapkan pemberlakuan hukum qisas: barang siapa yang
memukulmu di pipi sebelah kananmu, maka pukullah pipi sebelah kanannya.
Lalu bagaimanakah orang-orang Yahudi menerapkan hukum qisas tersebut? Jika
yang dipukul mampu untuk menghancurkan rumah orang yang memukul, maka
ia tidak perlu merasa puas hanya sekadar memukul pipi sebelah kanannya,
mamun jika ia tidak mampu, maka hendaklah ia memukul pipi sebelah
kanannya. Namun boleh jadi hatinya dipenuhi dengan dendam kerana ia tidak
dapat menghancurkan rumahnya.

Jadi, kebencian adalah pelabuhan tempat bersinggahnya syariat Musa.
Meskipun beliau adalah seorang Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi yang
besar namun syariatnya kini berada di bawah kekuasaan hati-hati yang mati,
yaitu hati-hati yang penuh dengan dendam dan kebencian. Lalu, apa yang
dilakukan Nabi Isa terhadap semua ini? Allah SWT telah mengutusnya dan
memperkuat Taurat yang dibawa oleh Musa sebagaimana Allah SWT
menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang nabi tidak menghancurkan tugas
nabi sebelumnya. Para nabi bagaikan satu mata rantai yang tujuannya adalah
satu, yaitu menciptakan kesucian dan mempertahankan kebenaran serta
mengesakan Allah SWT.

Kemudian apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap syariat qisas tersebut? Yang
jelas, tindakan yang dilakukan oleh Nabi Isa murni dari ilham yang didapatinya
dari Allah SWT. Nabi Isa mengembalikan kaum kepada tujuan asli dari syariat.
Nabi Isa mengembalikan mereka kepada hikmah syariat yang asli. Nabi Isa
mengembalikan mereka kepada cinta. Nabi Isa tidak mengatakan sesuatu pun
kepada orang yang memukul pipi sebelah kanannya. Nabi Isa tidak berusaha
untuk memukul pipi sebelah kanannya. Al-Masih justru akan membalikkan pipi
sebelah kirinya. Inilah syariat Nabi Isa yang tidak berbeza sedikit pun dengan
syariat Nabi Musa. Ia merupakan kedalaman yang mengagumkan dari
kedalaman syariat Nabi Musa. Nabi Isa ingin menetapkan kepada kaum di
sekelilinginya tentang sesuatu yang penting. Nabi Isa ingin memberitahu
mereka bahawa syariat bukan mengajari kalian untuk meletakkan dendam
pada diri kalian lalu kalian memukul lawan kalian. Syariat yang hakiki adalah,
hendaklah kalian menebar kasih sayang, pemaaf, dan cinta.

Terdapat banyak binatang-binatang buas di hutan. Binatang-binatang itu
mencintai diri mereka sendiri. Mereka bermusuhan dan saling membunuh demi
makanan dan minuman. Mereka memberikan makan kepada anak- anaknya.
Perbezaan antara manusia dan binatang adalah perbezaan pada tingkat cinta.
Haiwan tidak akan mampu melampaui darjat cintanya kepada makhluk yang
lain. Atau dengan kata lain, haiwan tidak dapat membagi cintanya kepada
jenis yang lain. Sedangkan manusia mampu melakukan hal itu. Di situlah
manusia mampu dapat mencapai kemuliaannya dan kemanusiaannya. Al-Masih
memberitahu kaumnya bahawa manusia tidak akan menjadi manusia sempurna
kecuali setelah ia mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.

"Aku mendengar bahawa dikatakan, hendaklah engkau mencintai orang yang
dekat denganmu dan membenci musuhmu, sedangkan aku berkata kepada
kalian, cintailah musuh kalian dan doakanlah orang yang melaknati kalian.
Berbuat baiklah kepada pembenci kalian dan solatlah untuk orang-orang
berbuat buruk kepada kalian." (Injil Mata).

Dakwah Nabi Isa datang dan menghapus syariat Nabi Musa dalam bentuk
luaran. Jika kita berusaha membandingkan dua syariat tersebut dalam bentuk
yang sederhana, maka pada hakikat-nya dakwah Nabi Isa bertujuan untuk
menghapus bidaah yang dilakukan oleh kaum Farisiun dan Shaduqiun terhadap
syariat Nabi Musa dan menunjukkan hakikat syariat ini dan tujuan-tujuannya
yang tinggi. Di tengah-tengah masa materialisme yang sangat luar biasa dan
dunia dipenuhi dengan penyembahan terhadap emas dan tersebarnya berbagai
macam kejahatan, muncullah dakwah al-Masih sebagai reaksi ideal yang
menunjukkan ketinggian dan kesucian. Al-Masih mengetahui bahawa ia
mengajak manusia untuk menciptakan perilaku ideal dalam kehidupan;
Al-Masih menyedari bahawa dakwahnya penuh dengan idealisme tetapi
idealisme ini sendiri pada saat yang sama merupakan solusi satu-satunya untuk
mengubati kehidupan dari kesengsaraan dan penyakit-penyakit menular;
Al-Masih mengetahui bahawa tidak semua manusia tidak mampu untuk
mencapai puncak yang diisyaratkannya. Tetapi paling tidak, hendaklah setiap
orang berusaha sedikit mendaki sehingga ia selamat.

Dakwah Nabi Isa terdiri dari kesudian yang mengagumkan; dakwah Nabi Isa
bertujuan untuk menyelamatkan roh atau dakwah yang dapat dianggap sebagai
pedoman perilaku individu, bukan suatu sistem perincian-perincian tersebut
dan hanya memfokuskan kepada sumber utama, yaitu roh. Isa ingin
menghidupkan rohani manusia dan membimbingnya untuk mencapai cahaya
Sang Pencipta. Oleh kerana itu, Isa datang dengan didukung oleh Ruhul kudus.

Ruhul kudus adalah Jibril. Kita tidak mengetahui bagaimana Allah SWT
memperkuat Isa dengan Roh Kudus: apakah Jibril menemaninya dan
menyertainya sepanjang pengutusannya? Jibril turun kepada nabi untuk
menyampaikan risalah atau membawa mukjizat atau justru mendatangkan
hukuman atas kaumnya, tetapi ia tidak bersama mereka sepanjang waktu. Oleh
kerana itu, apakah memang Jibril menemani Isa sehingga beliau diangkat ke
langit?

Hampir saja hati menjadi tenang dengan tafsiran ini kerana dalam kehidupan
Nabi Isa terdapat sisi-sisi malaikat di mana beliau mempunyai kemampuan yang
luar biasa yang berupa mukjizat-mukjizat. Bahkan kemampuan beliau sampai
pada batas menghidupkan orang-orang mati dengan izin Allah SWT. Begitu
juga, beliau memiliki kemampuan yang luar biasa di mana beliau dengan hanya
meniupkan pada suatu tanah, maka tanah itu terbentuk menjadi burung dan ia
terbang dengan izin Allah SWT. Selain itu, Nabi Isa sama sekali tidak mendekati
wanita sepanjang hidupnya sehingga beliau diangkat oleh Allah SWT. Beliau
tidak menikah. Ini juga sifat malaikat di mana kita saksikan bahawa sebahagian
para nabi yang diutus oleh Allah SWT dan memiliki beberapa wanita bahkan
kitab-kitab Yahudi menyebutkan bahawa jumlah isteri- isteri nabi mereka
Sulaiman misalnya, mencapai seribu wanita.

Isa hidup dalam keadaan tenggelam dalam ibadah seperti anak dari bibinya,
yaitu Yahya. Jika Yahya khusyuk beribadah dan tinggal di gunung dan gurun
bahkan dia menginap di gua, maka hal itu adalah hal yang alami baginya,
sedangkan Isa hidup justru di tengah-tengah masyarakat kota. Persoalannya
adalah, bukan hanya Isa tidak terkait hubungan dengan seorang wanita dan
bukan hanya mukjizat-mukjizat yang diperolehnya yang luar biasa yang
berhubungan dengan roh, tetapi yang lebih dari itu adalah, bahawa beliau
didukung oleh Ruhul kudus sepanjang masa dakwahnya. Tentu itu adalah
nikmat yang tak seorang pun dari para nabi sebelumnya diberi. Allah SWT
berfirman:

"(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: 'Hai Isa putera Maryam, ingatlah
nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu
dengan roh kudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih
dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar
kamu menulis, hikmah, Taurat, dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu
membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku,
kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang
sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan
orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit
sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang
mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu
Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di
kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan- keterangan yang
nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: 'Ini tidak lain hanya
sihir yang nyata.' Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa
yang setia: 'Berimanlah kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab:
'Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahawa sesungguhnya
kami adalah orang- orang yang patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah:
110-111)

Ayat-ayat tersebut menyebutkan lima mukjizat Nabi Isa. Pertama, bahawa
beliau mampu berbicara dengan manusia saat beliau masih di buaian. Kedua,
beliau diajari Taurat dan Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa telah
tersembunyi dan telah mengalami perubahan yang dilakukan oleh orang-orang
cerdik dari kaum Yahudi. Ketiga, beliau membentuk tanah seperti burung
kemudian meniupkannya lalu tanah itu menjadi burung. Keempat, beliau
mampu menghidupkan orang-orang yang mati. Kelima, beliau mampu
menyembuhkan orang yang buta dan orang yang belang. Terdapat mukjizat
yang keenam yang disebutkan dalam Al-Quran al-Karim:

"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putera Maryam,
bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa
menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul- betul kamu orang yang
beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya
tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata
benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan
hidangan itu.' Isa putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah
kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan
menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan
yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri
rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah
berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu,
barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka
sesungguhnya Aku akan menyeksanya dengan seksaan yang tidak pernah
Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah:
112-115)

Mukjizat yang keenam itu adalah turunnya makanan dari langit kerana
permintaan Hawariyin. Juga terdapat mukjizat yang ke tujuh yang terdapat
surah Ali 'Imran yaitu beliau diberi kemampuan melihat hal-hal yang ghaib
melalui panca inderanya meskipun beliau tidak menyaksikannya secara
langsung. Oleh kerana itu, beliau memberitahu kepada sahabat-sahabatnya
dan murid-muridnya apa yang mereka makan dan apa yang mereka simpan di
rumah-rumah mereka:

"Dan aku khabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu
simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu
tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu benar-benar beriman. "
(QS. Ali 'Imran:: 49)

Inilah mukjizat Nabi Isa yang ke tujuh yang didahului oleh mukjizat
kelahirannya yang sangat mengagumkan. Beliau lahir tanpa seorang ayah, lalu
diikuti mukjizat berikutnya di mana beliau diangkat dari bumi ke langit ketika
penguasa yang lalim berusaha menyalibnya. Barangkali pembaca akan
bertanya-tanya: mengapa mukjizat-mukjizat seperti ini diperoleh oleh Nabi
Isa? Kita mengetahui bahawa mukjizat adalah hal yang luar biasa yang Allah
SWT berikan kepada nabi-Nya. Tetapi pemberian itu menjadi sempurna jika
mukjizat itu disesuaikan dengan keadaan zaman diutusnya nabi tersebut
sehingga mukjizat itu sangat berpengaruh dalam jiwa kaum dan mampu
menggoncangkan hati mereka dan menjadikan mereka beriman kepada pemilik
mukjizat ini. Jadi, mukjizat menjadi suatu hal yang luar biasa. Oleh kerana itu,
Allah SWT berkehendak agar mukjizat ini sesuai dengan zaman diutusnya nabi
tersebut.

Jadi, setiap mukjizat yang dibawa oleh rasul selalu berlain-lainan. Nabi Saleh
diutus di tengah-tengah kaum yang melihat bagaimana seekor unta yang
melahirkan dari gunung atau mampu membelah batu-batuan gunung.
Sedangkan Nabi Musa diutus di tengah-tengah kaum yang gemar memainkan
sihir sehingga sihir mendapat tempat istimewa. Oleh kerana itu, mukjizat yang
dibawa oleh Nabi Musa bentuk lahirnya seakan-akan menyerupai sihir, tetapi
pada hakikatnya ia justru menjatuhkan sihir. Mukjizat itu berupa tongkat yang
menjadi ular dan kemudian ular itu memakan tongkat-tongkat para tukang
sihir.

Lain halnya dengan Nabi Isa, beliau diutus di tengah-tengah kaum materialis
yang mengingkari roh dan hari kebangkitan. Mereka menduga bahawa manusia
hanya sekadar tubuh tanpa roh. Mereka adalah kaum yang meyakini bahawa
darah makhluk adalah rohnya atau jiwanya. Taurat yang ada di tangan Yahudi
menyebutkan bahawa tafsir an-Nafst adalah darah. Disebutkan di dalamnya:
"Janganlah engkau memakan darah dari tubuh manusia kerana jiwa setiap
tubuh adalah darahnya. "

Nabi Isa diutus di tengah-tengah kaum yang mereka disesatkan oleh falsafah
yang dasarnya mengatakan bahawa penciptaan alam memiliki sumber pertama,
seperti sebab dari akibat. Jadi, alam memiliki wujud yang mendahuluinya. Di
tengah-tengah masa yang materialis ini, di mana roh diingkari, maka secara
logik mukjizat Nabi Isa terkait dengan usaha menunjukkan alam rohani.
Demikianlah Isa dilahirkan tanpa seorang ayah. Mukjizat ini cukup untuk
membungkam kaum yang mengatakan bahawa alam memiliki sumber pertama.
Jelas bahawa alam tidak memiliki wujud yang mendahuluinya. Kita berada di
hadapan Sang Pencipta yang mengadakan sistem bagi segala sesuatu dan
menjadikan sebab bagi segala sesuatu. Dia menjadikan proses kelahiran anak
berasal dari hubungan laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini sendiri
menciptakan sebab-sebab dan sebab-sebab itu tunduk kepadanya sedangkan
Dia tidak tunduk kepada sebab-sebab itu. Dengan kehendak- Nya yang bebas,
Dia mampu memerintahkan kelahiran anak tanpa melalui ayah sehingga anak
itu lahir. Dan, kelahiran Isa pun terjadi tanpa seorang ayah. Cukup ditiupkan
roh kepadanya:

"Lalu Kami tiupkan ke dalamnya (tubuhnya) roh dari Kami dan Kami jadikan
dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. "
(QS. al-Anbiya': 91)

Kelahiran Isa membawa mukjizat yang luar biasa yang menegaskan dua hal:
pertama, kebebasan kehendak Ilahi dan ketidak terkaitannya dengan sebab
kerana Dia adalah Pencipta sebab-sebab, kedua pentingnya roh dan
menjelaskan kedudukannya serta nilainya di antara kaum yang hanya
mementingkan fizik sehingga mereka mengingkari roh. Seandainya kita
mengamati sebahagian besar mukjizat Nabi Isa, maka kita akan melihatnya dan
mendukung pandangan tersebut. Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang mampu
membentuk tanah seperti burung lalu beliau meniupkannya sehingga tanah itu
menjadi burung. Mukjizat ini pun menguatkan adanya roh. Semula ia berupa
tanah yang bersifat fizik yang tidak dapat disifati dengan kehidupan tetapi
ketika Nabi Isa meniupnya, maka segenggam tanah itu menjadi burung yang
memiliki kehidupan, Sungguh sesuatu yang bukan fizik masuk ke dalamnya.
Sesuatu itu adalah roh. Roh itu masuk ke dalam tanah sehingga ia menjadi
burung. Jadi, roh adalah nilai yang hakiki, bukan jasad atau fizik. Di samping
itu, juga ada mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati. Bukankah ini juga
menunjukkan adanya roh dan adanya hari akhir atau hari kebangkitan. Orang
yang mati telah ditelan oleh bumi di mana anggota tubuhnya telah hancur
berantakan sehingga ia hampir menjadi tulang-belulang yang hancur lalu
al-Masih memanggilnya dan tiba-tiba dia hidup kembali dan bangkit dari
kematiannya.

Seandainya orang yang mati hanya berupa fizik sebagaimana dikatakan
orang-orang Yahudi, maka ia tidak akan mampu bangkit dari kematiannya
kerana fiziknya telah hancur tetapi mayat itu mampu bangkit dari kematian.
Jayanya kembali hidup dan ia bangkit dari kuburannya serta berbicara. Jadi,
roh adalah nilai yang hakiki. bukan fizik atau jasad. Kalau begitu, di sana
terdapat hari kebangkitan dan hari kiamat. Hal ini bukanlah mustahil
sebagaimana yang dikatakan orang-orang Yahudi, kerana setelah kematian
jasad menjadi tanah yang berterbangan di udara. Itu bukan mustahil tetapi
mungkin-mungkin saja. Dalil dari hal itu adalah, kebangkitan orang-orang yang
telah mati di hadapan mata kepala mereka sendiri. Nabi Isa telah
menghidupkan mereka agar kaumnya yakin bahawa kiamat fizik akan terjadi
dari kematian dan itu adalah benar dan bahawa hari akhir adalah benar.

Juga terdapat mukjizat yang lain, yaitu beliau mampu memberi tahu kaumnya
tentang apa yang mereka simpan di rumah-rumah mereka, tanpa terlebih
dahulu beliau masuk ke rumah mereka atau dapat bocoran dari seseorang.
Mukjizat ini menetapkan bahawa panca indera bukanlah nilai yang hakiki. Nabi
Isa tidak melihat apa yang ada di rumah mereka tetapi rohnya mampu untuk
melihat dan berbicara atau memberitahu mereka. Jadi, rohani adalah nilai
yang hakiki, bukan fizik. Demikianlah mukjizat-mukjizat Isa datang untuk
memberitahukan pentingnya roh dan kebebasan kehendak Ilahi.
Mukjizat-mukjizat Nabi Isa - sebagaimana dikatakan oleh guru kami Muhammad
Abu Zahra' - termasuk dari jenis propagandanya dan sesuai dengan tujuan
risalahnya, yaitu dakwah untuk mendidik rohani dan keimanan kepada hari
kebangkitan dan hari kemudian, dan di sana ada kehidupan lain di mana
seseorang yang berbuat baik akan dibalas kebaikannya dan orang yang berbuat
buruk akan dibalas keburukannya.

Lalu, apakah mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati masih
memberikan celah kepada para pengingkaran akhirat untuk terus
mengingkarinya atau memberikan ruangan kepada penentang hari kebangkitan
untuk meneruskan penentangannya? Kami telah mengatakan bahawa
orang-orang Yahudi telah diracuni dengan fikiran ketidakpercayaan atau
penentangan pada hari akhirat serta tidak beriman kepada hari akhir, maka
menghidupkan orang-orang yang mati yang dibawa atau dikuasai oleh Isa
menjadi suatu pukulan telak bagi mereka yang membuat mereka beriman,
tetapi mereka masih menentang tanda-tanda kebesaran Allah.

Nabi Isa menutup lembaran kehidupannya yang lembut dan ia mulai berdakwah
di jalan Allah. Beliau didukung oleh Ruhul kudus dan mukjizat-mukjizat yang
luar biasa. Al-Quran al-Karim menceritakan kepada kita bahawa esensi dakwah
al-Masih tidak banyak berubah dari esensi dakwah para nabi sebelumnya, yaitu
menyuarakan Islam yang intinya adalah menebarkan tauhid yang sempurna
hanya serta menyerahkan diri kepada Allah: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan
Tuhan kalian."

Al-Quran memberitahu kita bahawa yang mengatakan kalimat tersebut adalah
Isa. Kalimat tersebut adalah kalimat yang sama yang pernah disampaikan
seluruh nabi, meskipun nama mereka, sifat mereka, mukjizat mereka, baju
mereka, bahasa mereka, usia mereka, bentuk mereka, dan warna kulit mereka
tidak sama. Mereka semua bersepakat untuk menyuarakan Islam dan hanya
menyerahkan diri kepada Allah SWT serta beriman bahawa Allah SWT adalah
Tuhan mereka dan Tuhan alam semesta. Tiada sekutu bagi-Nya dan tiada yang
setara dengan-Nya. Dia Maha Esa yang tidak beranak dan tidak diperanakkan
dan tiada sesuatu pun yang menyerupai-Nya.

Isa tidak mengatakan persoalan tauhid lebih banyak atau lebih sedikit dari apa
yang pernah disampaikan oleh para nabi. Al-Quran datang kira- kira setelah
lima ratus tahun dari pengangkatan Nabi Isa. Allah SWT, melalui ilmu-Nya yang
azali mengetahui apa yang terjadi di tengah- tengah kaum Masehi di mana
mereka berselisih tentang hakikat Isa. Oleh kerana itu, Al-Quran al-Karim
berusaha menyingkap dialog mereka yang belum terjadi. Allah SWT berfirman:

"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putera Maryam, adakah kamu
mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan
selain Allah?' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku
mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau
mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang
ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang
ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang
Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah,
Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama
aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah
yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala
sesuatu.'" (QS. al-Maidah: 116-117)

Al-Quran secara tegas mengatakan bahawa dakwah al-Masih adalah dakwah
tauhid. Al-Quran ingin mengatakan bahawa al-Masih terlepas dari segala
tuduhan yang dialamatkan kepadanya, yaitu tuduhan bahawa ia anak Tuhan
atau ia justru tuhan itu sendiri. "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka
kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu:
'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu."

Nabi Isa pergi berdakwah di jalan Allah SMT. Inti dakwahnya adalah, bahawa
tidak ada perantara antara Pencipta dan makhluk; tidak ada perantara antara
seorang penyembah dan yang disembah. Allah SWT menurunkan kitab Injil
kepada Nabi Isa. Ia adalah kitab suci yang datang untuk membenarkan Taurat
dan berusaha menghidupkan syariatnya yang pertama. Injil adalah cahaya,
petunjuk, dan peringatan bagi orang-orang yang bertakwa. Nabi Isa ingin
meluruskan tafsiran orang-orang Yahudi terhadap syariat di mana mereka
menyampaikan tafsir dari syariat itu secara harfiah dan sesuai dengan
kepentingan mereka. Nabi Isa menenangkan orang-orang yang menjaga syariat
bahawa ia tidak datang untuk menghilangkan syariat, tetapi ia datang untuk
menyempurnakannya dan menyelesaikan tugas para nabi. Namun Isa lebih
menekankan pada penafsiran esensinya, bukan kepada bentuk lahiriahnya.

Nabi Isa memberi pengertian kepada orang-orang Yahudi bahawa sepuluh
wasiat yang dibawa oleh Isa mengandung makna-makna yang lebih dalam dari
apa yang mereka bayangkan. Wasiat yang keenam bukan hanya melarang
pembunuhan materi, sebagaimana yang mereka fahami tetapi juga
menyangkut penindasan dan usaha mencelakakan orang lain. Sedangkan wasiat
yang ke tujuh bukan hanya melarang zina (dalam pengertian terjadinya
hubungan antara laki-laki dengan perempuan melalui cara-cara yang tidak
sah), tetapi zina berarti segala bentuk perbuatan yang menjurus kepada dosa.
Misalnya, ketika mata diarahkan kepada lawan jenis disertai syahwat dan
hasrat seksual, maka itu pun berarti zina. Nabi Isa berkata: "Sesungguhnya
lebih baik bagi manusia untuk menghindarkan matanya dari sesuatu yang dapat
menghancurkannya daripada ia harus hancur dengan mata itu sendiri. Syariat
yang dibawa oleh Isa melarang untuk melanggar sumpah dan janji Nabi Isa
memberi pengertian kepada kaumnya bahawa hendaklah mereka tidak
melakukan sumpah palsu kerana merupakan
"kesalahan besar jika nama Allah dibuat main-main di atas mulut-mulut
manusia." (Injil Mata 21 sampai 48).

Dakwah Nabi Isa juga berbenturan dengan arus materialisme yang sangat
mendominasi masyarakat saat itu. Oleh kerana itu, beliau mengingatkan
manusia dari perbuatan munafik, pamrih, tamak, dan gila pujian. Begitu juga
beliau mengingatkan mereka dari sifat rakus terhadap kekayaan dunia; beliau
mengingatkan agar jangan sampai mereka menimbun harta di dunia. Yakni,
hendak lah mereka tidak memfokuskan perhatian mereka pada urusan-urusan
duniawi semata yang sifatnya tidak abadi. Tetapi hendaklah mereka
memfokuskan perhatian mereka pada hal-hal yang bersifat samawi (ukhrawi)
kerana itu bersifat abadi.

Nabi Isa memberitahu kepada masyarakatnya agar mereka menjadi
orang-orang yang teliti saat memilih gaya hidup mereka kerana pada gilirannya
akal mereka akan menjadi cermin darinya. Kecenderungan manusia itu terkait
kuat dengan hatinya. Jika hati tertuju kepada cahaya langit, maka kehidupan
manusia akan tampak bersinar tetapi jika hati tertuju pada kegelapan dunia,
maka kehidupannya pun tampak gelap. Nabi Isa mengingatkan kaumnya dari
sikap pamrih dan cinta dunia. Beliau mengajak mereka untuk teliti dalam
memilih majikan yang mereka mengabdi kepadanya kerana manusia tidak
dapat mengabdi kepada dua majikan dalam satu waktu. Boleh jadi ia akan
menjadikan harta sebagai majikannya, atau boleh jadi ia akan menjadikan
Allah SWT sebagai tuannya. Jika ia menyembah harta, maka berarti ia jauh
dari penyembahan terhadap Tuhannya. Oleh kerana itu, hendaklah manusia
menjauhi dunia, seperti makanan dan pakaian di mana mereka akan dikuasai
oleh kegelisahan dan ketidaktenangan serta keraguan tentang penjagaan Allah
SWT kepada mereka. Allah SWT telah berjanji untuk memenuhi kebutuhan
hamba-hamba-Nya dalam kehidupan. Ketika timbul kegelisahan dan keraguan
pada diri mereka, maka itu dikeranakan keraguan mereka terhadap penjagaan
Allah SWT dan ketidakpercayaan mereka kepada janji-janjinya dan rahmat-Nya
serta bimbingan-Nya. Allah SWT lah yang menciptakan mereka dan Dia pula
yang menjamin kehidupan mereka dan melindungi mereka. Bahkan Dia juga
melindungi makhluk yang paling kecil urusannya seperti burung di langit dan
kumbang-kumbang di kebun.

Nabi Isa memberitahu kaumnya bahawa hanya memperhatikan dunia adalah hal
yang salah, yang tidak pantas dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Itu
adalah sikap para penyembah berhala kerana penyembah berhala tidak
mengetahui apa yang lebih baik darinya, sedangkan orang- orang yang
beragama mengetahui bahawa di sana terdapat bimbingan Ilahi yang mengajak
mereka untuk percaya kepada Allah SWT dan tidak begitu peduli dengan dunia.
Allah SWT mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka lebih daripada apa yang
mereka ketahui; Allah SWT akan melindungi mereka dan akan menjamin
kehidupan mereka. kerana itu, yang layak bagi mereka adalah, hendaklah
mereka memohon agar diberi kekuasaan Allah SWT dan kebaikan dari-Nya.
Yakni kehidupan rohani dan apa yang dikandungnya dari kebahagiaan abadi.

Di samping itu, Nabi Isa menasihati mereka agar jangan terlalu pusing dengan
kejadian-kejadian yang akan datang dan persoalan-persoalan esok hari kerana
esok hari sudah berjalan sebagaimana mestinya. Jika kebutuhan dan
penderitaan datang silih berganti, maka bantuan dan perlindungan Ilahi pun
terus datang silih berganti. Dakwah Nabi Isa juga berbenturan dengan dualisme
yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Kita saksikan sebagaimana mereka
suka mendapatkan kebaikan yang ditujukan kepada diri mereka, maka mereka
pun biasa untuk melakukan kejahatan kepada orang-orang lain. Demikianlah,
kehidupan orang-orang Yahudi dicemari sikap dualisme ini. Nabi Isa
mewasiatkan kepada manusia agar mereka memperlakukan sesama mereka
sesuai dengan akidah yang mengatakan: "Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau memperlakukan dirimu sendiri"

Nabi Isa terus melangsungkan dakwahnya dan mengajak manusia untuk
menyembah Allah SWT serta tidak menyekutukan-Nya, sebagaimana beliau
juga mengajak manusia untuk membersihkan rohani serta hati dan berusaha
memasuki kerajaan langit. Dakwah Nabi Isa itu sangat memukul kalangan para
pendeta Yahudi. Kalimat-kalimat yang dilontarkan Nabi Isa bagaikan senjata
yang siap menerpa wajah mereka dan menyatakan peperangan terhadap
mereka serta menyingkap kedok kemunafikan mereka. Mula-mula
pemerintahan Romawi tidak turut campur dalam masalah tersebut kerana
mereka melihat bahawa itu hanya sekadar perselisihan dalaman antara
kelompok-kelompok Yahudi. Bagi mereka, selama orang-orang Yahudi sibuk
dengan masalah mereka sendiri dan tidak peduli dengan kekuasaan, mereka
pun tidak turut campur.

Kemudian para pendeta Yahudi mulai merancang suatu persekongkolan untuk
menyingkirkan Isa. Mereka ingin mengusir Isa dan membuktikan bahawa Isa
datang untuk menghancurkan syariat Musa. Syariat Musa memutuskan untuk
merejam wanita yang berzina. Para pendeta Yahudi menghadirkan wanita yang
salah yang berhak direjam. Mereka berkumpul di sekeliling Isa dan bertanya
kepadanya: "Tidakkah syariat menetapkan untuk merejam wanita yang
bersalah?" Isa menjawab: "Benar," Mereka berkata: "Ini adalah wanita yang
bersalah." Isa memandang wanita itu dan ia pun melihat para pendeta Yahudi.
Isa mengetahui bahawa para pendeta Yahudi lebih banyak kesalahannya
daripada wanita tersebut. Para pendeta itu menunggu jawapan Isa. Jika ia
mengatakan bahawa wanita itu tidak berhak dibunuh, maka berarti ia
menentang syariat Musa, dan jika ia mengatakan bahawa ia berhak dibunuh,
maka ia justru menghancurkan dirinya sendiri yang membawa syariat cinta dan
toleransi. Nabi Isa memahami bahawa ini adalah persekongkolan. Beliau
tersenyum dan wajahnya tampak bercahaya. Kemudian beliau melihat para
pendeta Yahudi dan wanita itu sambil berkata: "Barang siapa di antara kalian
yang tidak memiliki kesalahan, maka hendaklah ia merejam wanita itu."

Suara beliau yang keras itu memecahkan keheningan tempat penyembahan.
Beliau menetapkan peraturan baru yang berhubungan dengan hukum yang
dijatuhkan kepada orang yang berbuat salah. Hendaklah orang yang tidak
berbuat salah menghukum orang yang salah dan tidak berhak seseorang pun
dari kalangan manusia untuk menghukum orang yang bersalah jika ia sendiri
bersalah, tetapi yang menghukumnya adalah Allah SWT yang Maha Suci dan
Maha Tinggi dan Allah SWT adalah Maha Pengasih di antara yang mengasihi.

Nabi Isa keluar dari tempat penyembahan itu. Tiba-tiba, wanita itu mengejar
dari belakangnya. Lalu wanita itu mengeluarkan dari pakaiannya satu botol
dari minyak yang berharga. Ia berdiri di depan Isa dan menjatuhkan dirinya di
atas kedua kaki Isa lalu menciumnya dan membasuhnya dengan minyak wangi
dan air mata. Setelah itu, ia mengeringkan kedua kakinya dengan rambutnya.
Bagi wanita itu, al- Masih mempakan harapan terakhir yang dapat
menyelamatkannya. Lalu keluarlah dari belakang Isa seorang tokoh pendeta
Yahudi. Ia berdiri menyaksikan pemandangan tersebut dan ia merasa kagum
terhadap kasih sayang Isa. Isa melihat kepadanya dan bertanya; "Seorang
kreditor yang memiliki dua orang debitor, salah satunya berhutang lima ratus
dinar dan yang lain lima puluh dinar." Pendeta itu berkata: "Ya." Isa berkata:
"Tak seorang pun dari mereka berdua yang memiliki wang yang cukup untuk
melunasi wangnya. Lalu si kreditor memaafkan mereka dan membebaskan
mereka dari hutang." Pendeta berkata: "Ya." Kemudian Isa bertanya: "Siapa di
antara mereka yang paling senang kepada kreditor itu?" Pendeta menjawab:
"Tentu yang berhutang lebih besar.'' Isa berkata: "Benar apa yang engkau
ucapkan. Lihatlah wanita ini. Aku telah masuk ke rumahmu tetapi engkau tidak
memberikan kepadaku air agar aku dapat membasuh wajahku, tetapi wanita
itu membasuh kedua kakiku dengan air mata lalu ia mengusapnya dengan
rambut kepalanya. Begitu juga engkau tidak memberikan ciuman kepadaku
tetapi wanita ini tidak merasa puas dengan hanya mencium kedua kakiku. Jadi,
hatimu sungguh sangat keras tetapi hati wanita itu dipenuhi dengan rasa cinta.
Maka barang siapa yang banyak mencintai nescaya kesalahan-kesalahannya
akan diampun." Kemudian Isa menoleh ke wanita itu dan memerintahkannya
untuk bangkit dari tanah sambil berkata: "Ya Allah, ampunilah wanita ini dan
hilangkanlah kesalahan-kesalahannya."

Nabi Isa berusaha menyedarkan para pendeta Yahudi bahawa para dai yang
menyeru di jalan Allah SWT bukanlah algojo yang bengis yang menerapkan
hukum syariat tanpa melihat keadaan masyarakat yang bersalah, tetapi mereka
datang dan membawa ajaran Allah SWT yang merupakan ajaran yang penuh
dengan rahmat kepada manusia. Jadi, rahmat adalah tujuan semua dakwah
Ilahi ini. Bahkan diutusnya para nabi itu sendiri mengandung rahmat Allah SWT
terhadap kaum mereka.

Isa terus berdoa kepada Allah SWT agar merahmati kaumnya. Beliau menyuruh
kaumnya agar menyayangi diri mereka sendiri dan beriman kepada Allah SWT.
Kehidupan Nabi Isa menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam ibadah.
Mu'tamar bin Sulaiman berkata, sebagaimana diriwayatkan Ibnu 'Asakir: "Nabi
Isa menemui kaumnya dengan memakai pakaian dari wol. Beliau keluar dalam
keadaan tidak beralas kaki sambil menangis serta wajahnya tampak pucat
kerana kelaparan dan bibimya tampak kering kerana kehausan. Nabi Isa
berkata, "salam kepada kalian wahai Bani Israil. Aku adalah seseorang yang
meletakkan dunia di tempatnya sesuai dengan izin Allah SWT, tanpa
bermaksud membanggakan diri. Apakah kalian mengetahui di mana rumahku?"
Mereka menjawab: "Di mana rumahmu wahai Ruhullah?"

Nabi Isa menjawab: "Rumahku adalah masjid, wewangianku adalah air
makananku adalah rasa lapar, pelitaku adalah bulan di waktu malam dan
solatku di waktu musim dingin di saat matahari terletak di timur, bungaku
adalah tanaman-tanaman bumi, pakaianku terbuat dari wol, syiarku adalah
takut kepada Tuhan Yang Maha Mulia, teman-temanku adalah orang-orang yang
fakir, orang-orang yang sakit, dan orang-orang yang miskin. Aku memasuki
waktu pagi dan aku tidak mendapati sesuatu pun di rumahku begitu juga aku
memasuki waktu sore dan aku tidak menemukan sesuatu pun di rumahku. Aku
adalah seseorang yang jiwanya bersih dan tidak tercemar. Maka siapakah yang
lebih kaya daripada aku?"

Isa terus melakukan dakwahnya. Ia didukung oleh mukjizat dari Allah SWT.
Nabi Isa mampu membuat bentuk burung dari tanah kemudian ia meniupnya,
maka tanah itu menjadi burung dengan izin Allah SWT. Selain itu, hujung
bajunya yang sederhana jika tersentuh orang yang sakit, maka orang itu akan
sembuh. Bahkan jika Isa meletakkan tangannya di atas mata orang yang buta
atau orang yang terkena sakit belang nescaya ia akan sembuh. Jadi, Nabi Isa
didukung oleh mukjizat yang luar biasa. Bahkan beliau mampu menghidupkan
orang-orang yang mati dari kuburan mereka sehingga mereka keluar dalam
keadaan hidup dengan izin Allah SWT.

Para ahli tafsir mengatakan bahawa Nabi Isa menghidupkan empat orang.
Pertama, al-Azir yaitu temannya. Kemudian dua orang anak laki-laki dari
seorang tua, dan seorang anak perempuan satu-satunya dari seorang ibu.
Mereka adalah tiga orang yang mati di zaman Nabi Isa. Ketika orang- orang
Yahudi melihat hal tersebut, mereka berkata: "Engkau menghidupkan
orang-orang yang mati dan kematian mereka tidak lama .Barangkali mereka
tidak mati tapi mereka sekadar mengalami keadaan tidak sedarkan diri atau
mati suri. Lalu mereka meminta kepada Nabi Isa untuk membangkitkan Sam bin
Nuh dari kematiannya.

Para ahli tafsir mengatakan bahawa Nabi Isa bertanya kepada mereka, "Di
manakah kaum kuburan Sam bin Nuh?" Mereka keluar bersama Isa sehingga
mereka mencapai kuburan. Lalu Nabi Isa berdoa kepada Allah SWT agar
menghidupkan orang yang mati di situ. Sam bin Nuh keluar dari kuburannya,
dan rambut dikepala-nya tampak beruban. Isa berkata kepadanya: "Bagaimana
rambut di kepalamu bisa beruban, sementara di zamanmu kau tidak. ada
uban," Sam berkata: "Ya Ruhullah, aku mendengar engkau berdoa untukku lalu
aku mendengar suara yang mengatakan, aku akan mengabulkan wahai
Ruhullah. Aku mengira bahawa kiamat telah tiba. kerana takutnya kepada hal
itu sehingga rambut di kepalaku beruban."

Apa pun yang dikatakan berkaitan dengan cerita itu yang menyebutkan tentang
bagaimana Nabi Isa menghidupkan orang-orang yang mati, namun kita tidak
mengetahui konteks Al-Qu'ran serta perincian-perincian yang menjelaskan hal
tersebut. Allah SWT hanya menyebutkan bahawa Isa menghidupkan
orang-orang yang mati dengan izin-Nya. Kita percaya bahawa Nabi Isa mampu
menghidupkan mereka tetapi kita tidak mengetahui apakah mereka mati
kembali setelah dihidupkan atau mereka sempat menjalani kehidupan selama
beberapa saat. Nabi Isa terus berjalan di jalan Allah SWT. Beliau membuat bagi
mereka apa yang disebut dengan hukum roh. Beliau menaiki gunung dan para
sahabat- sahabatnya berdiri di sekitarnya. Nabi Isa melihat orang-orang yang
beriman kepadanya yang terdiri dari orang-orang yang fakir, orang-orang yang
menderita, dan orang- orang yang sedih. Jumlah mereka sedikit sebagaimana
lazimnya jumlah para pengikut nabi.

Gunung diliputi dengan awan tipis dan turunlah hujan gerimis. Isa mulai
berbicara: "Sungguh beruntung bagi orang-orang miskin kerana mereka
memiliki kerajaan langit. Beruntunglah orang-orang yang sedih kerana mereka
akan menjadi orang-orang yang mulia. Beruntunglah yang diserahi amanat
kerana mereka akan mewarisi bumi. Beruntunglah orang- orang yang lapar dan
haus kerana mereka akan dikenyangkan. Beruntunglah orang-orang yang
menyayangi kerana mereka akan disayangi. Beruntunglah orang-orang yang
bersih hatinya kerana mereka akan melihat Allah SWT. Beruntunglah
orang-orang yang tertindas demi mempertahankan kebenaran kerana mereka
akan mendapatkan kerajaan langit. Kalian adalah garam bumi jika garam telah
rosak, maka siapa gerangan yang dapat mengembalikannya menjadi garam
kembali." Renungkanlah kedalaman ungkapan dari Nabi Isa, "kalian adalah
garam bumi."

Garam adalah sesuatu yang memberikan rasa yang khusus dan tanpa garam
makanan akan menjadi hambar. Yakni, tanpa orang-orang mukmin, maka cita
rasa kehidupan terasa tidak bermakna; tanpa kehadiran orang-orang Muslim
dan perbuatan mereka yang ikhlas terhadap Allah SWT akan tampak kehidupan
sangat berat dan tidak berarti. Di samping itu, kehadiran manusia sebagai
khalifah Allah SWT di muka bumi pun sia-sia, dan keagungan manusia sebagai
hamba Allah SWT pun tidak bermakna, dan pada gilirannya kehidupan akan
dipenuhi dengan kejahatan dan keburukan.

Allah SWT teiah mewahyukan kepada "garam bumi" agar mereka beriman
kepada Nabi Isa. Allah SWT berfirman:

"Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa yang
setia: 'Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka
menjawab: 'Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahawa
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).'"
(QS. al-Maidah: 111)

Al-Hawariyin mengakui kebenaran ajaran Nabi Isa dan mereka menyatakan
keislaman kepadanya, sebagaimana ratu Saba' mengakui kebenaran ajaran Nabi Sulaiman dan menyatakan keislaman padanya, dan sebagaimana semua para nabi menyatakan keislaman. Hakikat ajaran para nabi terbatas kepada
pernyataan keislaman dan semua nabi menyeru kepada jalan tauhid dan jalan
Islam. Islam dalam pandangan kami memiliki makna yang lebih dalam daripada
tauhid. Pengakuan seseorang terhadap Allah SWT dan keimanan akan
keesaan-Nya dalam menciptakan makhluk tidak mencegah orang itu untuk
berbuat dosa, sedangkan keislaman atau penyerahan hati dan anggota badan
serta pemikiran kepada Allah SWT merupakan suatu tingkatan sedikit lebih
tinggi. Ini adalah tingkat kepatuhan orang-orang yang patuh dan puncak
ketauhidan orang-orang yang bertauhid. Itu adalah keserasian antara tindakan
dengan fikiran, yaitu usaha manusia untuk menghindari kesalahan dan
memurnikan amal hanya untuk Allah SWT. Al-Quran al- Karim memberitahu
kita bahawa Allah SWT menyampaikan wahyu kepada al-Hawariyin agar mereka
beriman kepadanya dan kepada Rasul-Nya Isa.

Marilah kita renungkanlah sejenak tentang wahyu Allah SWT terhadap
Hawariyin. Kita mengetahui bahawa Allah SWT mewahyukan kepada manusia
dan kepada makhluk-makhluk lainnya. Allah SWT berfirman:

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada lebah..." (QS. an-Nahl:68)

Yang dimaksud dengan wahyu di sini adalah memberikan ilham kepada makhluk
agar mereka menuju ke jalan fitrahnya yang telah Allah SWT gariskan di
atasnya sehingga mereka mencapai jalan kesempurnaan. Tidakkah Anda ingat
tentang jawapan Nabi Musa terhadap pertanyaan Fira'un:

"Fir'aun berkata: 'Siapakah Tuhan kamu berdua wahai Musa. " (QS. Thaha:49)

"Musa berkata: 'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada
tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya kemudian memberinya petunjuk. "
(QS. Thaha: 50)

Makna di sana dan di sini sama. Makna yang sama tersebut diterapkan kepada
kaum Hawariyin di mana wahyu Allah SWT terhadap mereka berupa pemberian
ilham kepada mereka demi kebaikan mereka dan kebahagiaan mereka, dan
wahyu ini tidak bertentangan dengan ikhtiar mereka dan usaha mereka serta
keinginan mereka, bahkan tidak bertentangan dengan kebebasan mereka. Allah
SWT telah melihat hati mereka yang dipenuhi dengan kebaikan. Dia melihat
mereka sebagai garam bumi, maka Allah SWT mewahyukan kepada mereka
agar beriman kepadanya dan rasul-Nya sehingga mereka pun beriman dan
mereka pun bersaksi bahawa mereka orang-orang yang berserah diri atau
Muslim.

Tampaknya kaum Hawariyin menyembunyikan keimanan mereka sehingga Isa
merasakan kekufuran kaumnya semakin menjadi-jadi lalu Isa memanggil
mereka: "Siapakah di antara kalian yang menolong aku menuju jalan Allah
SWT?" Allah SWT berfirman:

"Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkatalah
dia: 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan
(agama) Allah?' Para Hawariyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: 'Kamilah
penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan
saksikanlah bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
menyerahkan diri. Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang
telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, kerana itu masukkanlah
kami ke dalam golongan orang- orang yang menjadi saksi.'" (QS. Ali 'Imran:
52-53)

Nas Al-Quran menunjukkan bahawa Nabi Isa mengajak mereka untuk mengikuti
Islam sehingga mereka pun berserah diri; nas Al-Quran menegaskan bahawa
Nabi Isa menyampaikan khabar gembira dengan kedatangan seorang rasul yang
datang setelahnya yang bernama Ahmad. Dikatakan dalam Al-Quran:

"Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: 'Hai Bani Israil,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab yang
turun sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan
(datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya
Ahmad (Muhammad).' Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan
membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'Ini adalah sihir yang
nyata.'" (QS. Shaff: 6)

Kita tidak mengetahui secara pasti kapan Nabi Isa menyampaikan khabar berita
tentang kedatangan seorang rasul ini yang datang setelah masanya, yaitu
Ahmad saw. Apakah khabar berita itu beliau sampaikan dipermulaan
pengutusannya kepada manusia, atau apakah beliau menyampaikan khabar itu
pada akhir masa dakwahnya dan sebelum beliau diangkat ke langit? Tetapi
melihat konteks Al-Quran tampaknya khabar berita tersebut itu disampaikan di
permulaan dakwahnya, sebagaimana firman-Nya: "Maka tatkala rasul itu datang
kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'lni
adalah sihir yang nyata.'"

Kata ganti (dhamir) dalam ayat tersebut kembali kepada Nabi Isa. Ayat
tersebut menunjukkan bahawa Nabi Isa menyampaikan khabar gembira dengan
datangnya Muhammad atau Ahmad ketika Allah SWT mengutus kepada
kaumnya. Kemudian terjadilah di hadapan Nabi Isa berbagai macam mukjizat
yang luar biasa seperti penghidupan orang yang mati, peniupan tanah, dan
sebagainya. Ketika Nabi Isa datang membawa bukti- bukti yang jelas ini, maka
mereka menuduhnya bahawa ia membawa sihir. Nabi Isa mengetahui bahawa
tuduhan semacam ini telah dialamatkan kepada sebahagian besar para nabi
sebelumnya. Beliau juga mengetahui bahawa nabi yang terakhir pun akan
mendapatkan tuduhan yang sama. Oleh kerana itu, nabi yang mulia itu tetap
berdakwah di jalan Allah SWT dan tidak peduli dengan tuduhan kaumnya yang
mengatakan bahawa beliau membawa sihir.

Kemudian pertentangan antara Nabi Isa dan Bani Israil semakin meningkat.
Mereka adalah orang-orang yang hatinya keras, yang membeku di hadapan
kebenaran. Isa datang kepada mereka dan menghancurkan segala pemikiran
mereka dan kehidupan mereka serta sistem mereka. Sesungguhnya dakwah
Nabi Isa terfokus kepada kebenaran, kedamaian dan keadilan dan pada saat
yang sama mengumumkan peperangan terhadap kehidupan orang-orang yang
lalim yang telah menjauhi kebenaran. keadilan, dan kedamaian. Injil Mata
menyebutkan melalui lisan Isa: "Janganlah kalian mengira bahawa aku
membawa kedamaian ke muka bumi. Aku tidak datang hanya membawa
kedamaian tetapi aku datang membawa pedang."

Kalimat tersebut menyiratkan hakikat yang penting dari hakikat dakwah para
nabi. Para nabi adalah pejuang sejati di mana senjata yang mereka gunakan di
medan peperangan beraneka ragam. tetapi mereka pada hakikatnya adalah
pejuang. Mereka memulai peperangan mereka dengan satu pemikiran yaitu
suatu tekad mengatakan bahawa tiada Tuhan selain Allah SWT. Pemikiran itu
tentu berbenturan dengan kepercayaan akan tuhan-tuhan yang diyakini oleh
manusia, baik tuhan-tuhan yang terbuat dari emas atau batu. Pemikiran itu
sangat mengganggu ketenangan orang-orang yang lalim atau penguasa yang
bengis serta sangat melawan kepentingan mereka, sehingga para raja dan para
penguasa seperti biasanya bergerak menentang nabi kecuali orang yang
mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Para pembesar dari kalangan kaum nabi
menentang nabi. Al-Mala' adalah para pembesar sebagaimana telah kami
jelaskan dalam kisah Nabi Nuh dan sesudahnya. Kemudian Nabi terus
melangsungkan peperangan mewujudkan tekadnya: Nabi meletakkan dasar
peperangannya dengan menyampaikan ketuhanan Allah SWT.

Setelah meneguhkan dasar yang kuat ini, Nabi menetapkan keadilan. Tak
seorang pun berhak untuk menghinakan seseorang atau menjadikannya sebagai
budak kerana penghambaan hanya pantas ditujukan kepada Allah SWT. Manusia adalah sama di antara mereka sehingga tidak berhak seseorang untuk
memanfaatkan kekuatan manusia untuk membangun kejayaan peribadinya
atau untuk memperkaya dirinya dengan merugikan orang lain, atau
menghancurkan hak-hak mereka atau berbuat buruk terhadap mereka dalam
berbagai bentuknya. Jadi, inti dakwah para nabi berarti mengganti dan
mengubah sistem yang rosak yang didirikan oleh para pembesar kaumnya.
Kalau begitu, ia adalah dakwah yang menyatakan peperangan dan kerana itu
seseorang nabi harus membawa senjata. Setelah meneguhkan pemikiran
tersebut, dimulailah peperangan. Seorang nabi menggunakan pedang. Ia
berlindung di balik senjata dan senjata yang dimiliki oleh setiap nabi
berbeza-beza.

Mula-mula seorang nabi tidak menggunakan senjata apa pun dalam
peperangannya selain berusaha untuk membangkitkan akal. Lalu peperangan
semakin meningkat sehingga nabi terpaksa untuk menggunakan senjata. Para
musuh memaksanya untuk menggunakan senjata sehingga para nabi pun
menggunakan senjata. Di sini setiap nabi mempunyai senjata yang
berbeza-beza. Terkadang senjata seorang nabi berupa mukjizat yang dapat
menghentikan langkah dan menghancurkan mereka seperti taufan (kisah Nabi
Nuh) atau angin (kisah Nabi Hud), dan terkadang senjata para nabi adalah
mukjizat yang membantunya untuk mengalahkan musuh-musuhnya secara pasti
seperti ditundukkannya jin dan burung baginya (kisah Nabi Sulaiman) dan
senjata nabi berupa mukjizat yang menyelamatkannya dari tipu daya musuh
seperti berubahnya api menjadi sesuatu yang dingin dan membawa
keselamatan (kisah Nabi Ibrahim) dan terkadang senjata nabi yang luar biasa
yang memperkuat dakwahnya seperti menghidupkan orang-orang yang mati
(kisah Nabi Isa) dan terkadang senjata nabi berupa pedang yang dipegang di
tangannya saat ia melangsungkan peperangan dan mempertahankan
dakwahnya (kisah Nabi Muhammad saw).

Jadi, senjata para nabi berbeza-beza, baik dalam bentuk kualiti mahupun
kapasitinya. Allah SWT mengetahui kondisi mereka lebih dari apa yang kita
ketahui sehingga Allah SWT sangat tepat ketika memilihkan senjata untuk
setiap nabi. Dan tak seorang nabi pun yang tinggal di suatu tempat sementara
ia tidak berjuang dan tidak bergerak dan tidak mengalami penderitaan dari
kaumnya. Oleh kerana itu, sesuai dengan kadar kesabaran para nabi dan
perjuangan mereka dalam menyampaikan dakwah di jalan Allah SWT, mereka
layak untuk mendapatkan tempat yang istimewa di sisi Allah SWT.

Isa bin Maryam telah menyampaikan bahawa beliau adalah seorang pejuang
yang membawa senjata. Kata-katanya sendiri berusaha menghancurkan
masyarakat yang keras, masyarakat yang bodoh. Masyarakat di zaman Nabi Isa
berdiri di atas kesalahan, kesyirikan, kebohongan, kemunafikan, meterialisme,
pamrih, kelaliman dan tidak ada kebebasan. Maka melalui kalimat-kalimatnya,
Nabi Isa menghancurkan semua ini. Nabi Isa memberitahu kaumnya bahawa
dakwahnya di jalan Allah SWT bukan terfokus pada dakwah kedamaian tetapi
dalam hal-hal tertentu dakwahnya pun berisi pernyataan perang. Sesuatu
menjadi tidak bernilai ketika tidak berusaha dipertahankan oleh yang
bersangkutan sampai titis darah penghabisan. Timbulnya pemikiran- pemikiran,
nilai-nilai dan prinsip-prinsip tidak hanya bersandar kepada idealismenya
tetapi nilainya justru bersandar kepada usaha keras yang dikerahkan oleh para
pembawanya dalam rangka mempertahankannya. Tanpa peperangan dan
mengangkat senjata dakwah para nabi akan menjadi pemikiran-pemikiran yang
sekadar idealisme yang tidak akan menghentikan seseorang pun dan tidak akan
membangkitkan seseorang pun.

Kita mengetahui bahawa sebahagian besar nabi berhadapan dengan kelompok
besar dari masyarakat yang menentangnya dan berusaha memeranginya.
Mula-mula mereka mengejeknya dan pada akhirnya mereka berusaha untuk
membunuhnya. Kita mengetahui bahawa para nabi berusaha mati-matian
untuk memperjuangkan kebenaran yang dibawanya. Melalui kisah para nabi,
kita mengetahui bahawa bagaimana serangan masyarakat, para pembesar, dan
para penguasa terhadap para nabi tetapi pada saat yang sama kita seakan-akan
tidak melihat bagaimana serangan para nabi terhadap mereka. Penjelasan dari
hal itu sangat mudah. Peperangan yang dibangkitkan oleh kebatilan atas para
nabi didukung oleh alat-alat yang canggih dan sangat kuat di mana mereka
memiliki berbagai macam sarana untuk menjatuhkan para nabi, sedangkan
para nabi hanya menyandarkan kekuatan dari yang Maha Benar, yaitu Allah
SWT; kekuatan yang tidak berdasarkan pada sebab- sebab tertentu atau tidak
peduli dengan tuduhan-tuduhan atau kegaduhan.

Para nabi hanya terus melangsungkan dakwahnya yang berdasarkan kepada usaha membangkitkan akal dan hati serta menyucikan roh. Keteguhan sikappara nabi ini bagi musuh-musuh mereka merupakan masalah yang besar.
Dakwah nabi juga menjamah suatu keluarga di mana seorang ayah dapat
beriman sementara seorang anak dapat menentang atau seorang anak dapat
beriman sementara si ayah dapat menentang atau seorang isteri beriman atau
seorang suami kafir atau seorang suami beriman sementara si isteri kafir.
Perbezaan anak laki-laki dengan ayahnya dan seorang isteri dengan suaminya
menimbulkan permusuhan di dalam rumah-rumah. Dengan terjadinya hal ini,
masyarakat bergerak untuk menentang nabi dan semakin meningkatkan
tekanan-tekanan mereka kepadanya sehingga permusuhan dan kebencian
mereka kepada nabi semakin meruncing. Mereka pun berusaha untuk melawan
nabi itu yang bagi mereka telah memisahkan antara ayah dan anaknya atau ia
datang untuk memisahkan seorang anak perempuan dari ibunya.

Kemudian seorang nabi meletakkan suatu undang-undang bagi orang yang
mengikutinya, yaitu undang-undang pokok yang membatalkan undang- undang
yang tidak sesuai dengannya. Undang-undang ini tampak dalam kalimat nabi:
"pertama-tama cinta kepada Allah dan kemudian cinta kepada nabi dan setelah
itu cinta kepada sesama manusia." Makna-makna yang demikian ini tercermin
secara jelas dari kalimat-kalimat Isa yang disampaikan oleh Injil Mata pada
pasal ke-10.

Al-Masih berkata: "Janganlah engkau mengira bahawa aku datang membawa
kedamaian di bumi, aku datang bukan hanya membawa kedamaian tetapi
pedang. Aku datang untuk menjadikan seorang anak berbeza dengan ayahnya
dan seorang anak perempuan berbeza dengan ibunya sehingga musuh
seseorang justru terdapat pada keluarganya. Maka barang siapa yang mencintai
ibunya dan ayahnya lebih dari kecintaannya kepadaku, maka ia tidak berhak
mencintaiku, dan barang siapa yang mencintai anak laki-lakinya dan
perempuannya lebih dariku, maka ia tidak berhak mengikutiku. Meskipun
kehidupannya tampak beruntung sebenarnya ia telah rugi, dan barang siapa
yang kehidupannya merugi kerana aku, maka sebenarnya ia telah beruntung."

Penjelas Injil mengatakan: "Pemikiran orang-orang Yahudi tentang al- Masih
adalah, ketika al-Masih datang, maka semua pengikutnya akan merampas
kekayaan dan kejayaan di dunia ini lalu ia hanya memberi mereka ketenangan
dan kedamaian. Ketika al-Masih datang, ia menjelaskan kepada para muridnya
bahawa hal tersebut tidak benar, kerana jika ia datang untuk memberikan
kedamaian kepada para pengikutnya, maka mereka akan terancam kelaliman
dan mereka akan mati kerana tajamnya pedang. Maka hendaklah mereka tidak
mengharapkan kedamaian tetapi peperangan; hendaklah mereka tidak
mengharapkan keserasian tetapi perpecahan." Demikianlah masyarakat Yahudi
terbagi menjadi dua kelompok: kelompok orang-orang yang fakir, orang-orang
yang lemah dan orang-orang yang bersih hatinya bersama Isa, sedangkan
kelompok majoriti menentang Isa. Bahkan kelompok majoriti kafir itu sering
menyakiti Isa.
Injil Mata menceritakan penderitaan al-Masih pada pasal ke-11. Ia
menceritakan bagaimana kemarahan al-Masih terhadap orang-orang yang tidak
mengabdi kepada Yuhana (Yahya) dengan baik atau mengabdi kepadanya
secara peribadi dengan baik. Injil Mata mengutip pernyataan Isa sebagai
berikut: "Dengan apa aku menyerupakan generasi ini, Sesungguhnya mereka
menyerupai anak-anak kecil yang duduk di pasar yang berteriak-teriak
memanggil teman-teman mereka sambil berkata: "Kami telah meniup seruling
tetapi kalian tidak menari. Kami mengasihi kalian tetapi kalian tidak
menangis." Yuhana telah datang dan tidak makan dan minum tetapi mereka
mengatakan, sesungguhnya ia terkena syaitan. lalu datanglah seorang anak
manusia yang makan dan minum lalu mereka mengatakan, ia adalah seorang
yang ahli makan dan ahli minum khamer."

Dokumen itu menunjukkan penderitaan al-Masih dan menyingkap peperangan
yang akan dihadapinya. Penderitaan yang dialami oleh hati suci al-Masih
adalah sebagai tindakan generasi tersebut di mana beliau diutus di dalamnya
sebagai orang yang memberi petunjuk dan menyampaikan berita gembira
tentang kerajaan langit. Beliau menyerupakan generasi Yahudi itu dengan
anak-anak kecil yang duduk- duduk di pasar sambil berteriak-teriak memanggil
teman-teman mereka sambil berkata: "kami telah meniup seruling tetapi
kalian tidak menari. Kami berbelas kasih kepada kalian tetapi kalian tidak
menangis." Al-Masih mengisyaratkan dengan pernyataan itu tentang apa yang
diperbuat anak- anak kecil saat mereka bermain-main, di mana biasanya
mereka meniru orang-orang yang besar saat mereka bergembira dengan
menari-nari dan saat mereka sedih mereka menangis. Demikianlah mereka
sangat cepat berubah antara bergembira dan sedih tanpa melalui
pertimbangan dan kesedaran. Demikianlah keadaan orang-orang Yahudi saat
mereka mengabdi kepada Yahya, kemudian saat mereka mengabdi kepada al-
Masih. Yahya telah datang kepada mereka dalam keadaan menangis, tidak
makan dan tidak minum dari apa yang mereka makan dan yang mereka minum.
Ia tidak bergaul dengan sembarangan manusia. Telah datang kepada mereka
seorang nabi yang ahli ibadah tetapi kebanyakan mereka menolaknya dan
mereka mengatakan bahawa ia terkena syaitan. Kemudian datang kepada
mereka al-Masih di mana ia makan dan minum bersama pada acara walimah
dan hari raya lalu mereka pun menolaknya dan mengatakan bahawa ia suka
makan dan minum khamer padahal beliau adalah cermin terbesar dalam
menghilangkan syahwat dan kesucian yang sempurna.

Alhasil, generasi itu adalah generasi yang main-main Iayaknya anak kecil. Tidak
ada sesuatu pun yang dapat mempengaruhi mereka dan mereka tidak mau
bertaubat. Meskipun demikian, di sana terdapat kelompok kecil dari manusia
yang terpengaruh dan bertaubat. Dokumen tersebut menunjukkan betapa
beratnya penderitaan Isa di tengah-tengah generasi yang sezaman dengannya.
Isa mengalami banyak penderitaan dalam menyampaikan dakwahnya. Isa
banyak menderita di tengah-tengah kaum yang fikiran mereka belum matang.
Mereka tak ubahnya seperti anak- anak kecil yang suka bermain-main. Kaum
yang tak tergugah oleh kalimat-kalimat yang baik dan mereka tidak bergerak
atau tersentuh ketika menyaksikan mukjizat-mukjizat yang luar biasa.

Allah SWT kembali memperkuat Isa dengan mukjizat-mukjizat yang
mengagumkan. Mukjizat di sini adalah senjata yang diberikan Allah SWT
kepada nabi-Nya agar nabi tersebut menjadi tenteram dan agar menambah
keyakinan orang-orang yang beriman kepadanya, sedangkan bagi orang-orang
kafir mukjizat tersebut justru menambah kekufuran mereka sehingga Allah
SWT memberikan pembalasan yang setimpal kepada kedua kelompok tersebut.
Mukjizat yang Allah SWT berikan kepada Isa bin Maryam yang lain adalah, Allah
SWT mengabulkan doa Hawariyin dengan menurunkan makanan dari langit.
Allah SWT berfirman:

"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putera Maryam,
bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa
menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul- betul kamu orang yang
beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya
tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata
benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan
hidangan itu.' Isa putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah
kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan
menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan
yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri
rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah
berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu,
barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka
sesungguhnya Aku akan menyeksanya dengan seksaan yang tidak pernah
Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah:
112-115)

Barangkali kita terhairan-hairan ketika memperhatikan perkataan Hawariyin,
"wahai Isa bin Maryam, apakah Tuhanmu mampu?" Mungkin pertama-tama yang
terlintas dalam fikiran kita berkenaan dalam ayat tersebut adalah, keraguan
Hawariyin terhadap kekuatan atau kekuasaan Allah SWT. Bagaimana hal itu
mampu mereka laku-kan sedangkan mereka adalah murid-murid Isa yang
beriman dan berserah diri kepada Allah SWT? Berkaitan dengan tafsir ayat
tersebut, para ulama berbeza pendapat. Sebahagian ulama mengatakan,
bahawa pertanyaan mereka 'apakah Tuhanmu mampu?' Yakni, berarti apakah
Tuhanmu bisa? Kemudian mereka mencarikan alasan yang membenarkan
perkataan Hawariyin itu dengan mengatakan bahawa pertanyaan itu
dilontarkan saat mereka baru saja mengikuti Isa, sebelum mereka banyak
mengetahui Allah SWT. Oleh kerana itu, Isa berkata dalam jawapannya
terhadap pertanyaan mereka, bertakwalah kepada Allah SWT jika kamu
benar-benar orang mukmin. Yakni, janganlah kalian meragukan kekuasaan atau
kekuatan Allah SWT.

Qurthubi menampik tafsir ini. Hawariyin adalah para penolong Allah SWT,
sesuai dengan nas Al-Quran dan tentu tidak boleh bagi penolong Allah SWT
untuk tidak mengetahui kekuatan-Nya, apalagi meragukan kekuasaan-Nya.
Sebahagian ulama mengatakan bahawa perkataan tersebut dikeluarkan
orang-orang yang bersama Hawariyin yang berasal dari Bani Israil dan tidak
seorang pun dari Hawariyin yang mengatakan demikian kecuali mereka hanya
sekadar menukil perkataan tersebut. Ada pendapat lain lagi yang mengatakan
bahawa ayat tersebut tidak dibaca 'hal yastathi' rabbuka' tetapi dibaca 'hal
tastathi' rabbaka' sebagaimana bacaan Aisyah dan sebagaimana dibaca oleh
Nabi. Maknanya, "apakah engkau mampu menghadirkan kekuatan Tuhanmu
terhadap apa yang engkau minta." Ada pendapat yang lain mengatakan ia
dibaca 'hal tastathi' rabbaka', yakni "apakah engkau mampu untuk berdoa
kepada Tuhanmu atau meminta-Nya."

Sebahagian kaum sufi berpendapat bahawa kaum Hawariyin bukan tidak
mengetahui kekuasaan Allah SWT tetapi pertanyaan itu justru bersumber dari
cinta kepada Allah SWT dan keinginan menyaksikan kekuasaan Allah SWT. Sikap
mereka ini menyerupai dengan perbezaan tingkatan sikap Nabi Ibrahim as
ketika beliau mengatakan:

"Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan
orang-orang mati?' Allah berfirman: 'Apakah kamu belum percaya?' Ibrahim
menjawab: 'Saya telah percaya, tetapi agar bertambah mantap hatiku.'" (QS.
al-Baqarah: 260)

Oleh kerana itu, kaum Hawariyin berkata: "Dan hati kami menjadi mantap,"
sebagaimana Nabi Ibrahim berkata: "Agar bertambah mantap hatiku." Inilah
tafsir yang membuat kita puas dan membuat hati kita tenang. Nabi Isa
menjawab pertanyaan mereka: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul
kamu orang yang beriman.' Yakni, hati-hatilah kalian dengan banyak bertanya
dan menguji Allah SWT kerana kalian tidak mengetahui apa yang boleh kalian
minta untuk didatangkan bukti- bukti kekuasaan Allah SWT. Perkataan Nabi
Isa, jika kalian benar-benar beriman terfokus kepada apa yang dibawanya yang
berupa mukjizat- mukjizat atau tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Nabi Isa
bermaksud untuk mengatakan, sesungguhnya apa yang telah aku bawa dari
mukjizat- mukjizat bagi kalian seharusnya sudah cukup membuat hati kalian
mantap. "Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya
tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar
kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.'"

Kaum Hawariyin menjelaskan kepada Isa sebab pertanyaan mereka ketika
beliau melarangnya. Jika Nabi Isa keluar, maka beliau diikuti lima ribu orang
atau lebih. Sebahagian mereka dari kalangan Hawariyin dan sebahagian yang
lain campuran di antara pengikutnya dan musuhnya. Dikatakan bahawa mereka
berpuasa dan mereka tidak mempunyai makanan, lalu para pengikut berkata
kepada kaum Hawariyin, "Tanyalah kepada Isa apakah ia mampu berdoa
kepada Tuhannya sehingga diturunkan kepada kita makanan dari langit."
Kemudian kaum Hawariyin pergi dengan membawa surat kaum itu kepada Isa.
Ketika Isa meminta mereka untuk merasa cukup dengan mukjizat-mukjizat
sebelumnya, mereka kembali melontarkan kebenaran permintaan mereka:
'Kami ingin memakan hidangan itu. Mereka adalah orang-orang yang lapar
sementara mereka tidak mempunyai makanan. Dan supaya tenteram hati kami.

Hati kaum Hawariyin menjadi tenang seperti tenangnya hati Ibrahim. Dan para
pengikut pun merasa hatinya tenang dan mengakui bahawa Isa adalah Nabi
yang diutus untuk mereka. Dan hati musuh juga menjadi tenang kerana mereka
menyaksikan kebatilan mereka sehingga pilihan mereka untuk tidak mengikuti
Isa berakibat pada suatu saat mereka akan diminta pertanggungjawaban.

"Dan supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami. Yakni
kami mengetahui bahawa engkau utusan Allah. Dan kami menjadi orang-orang
yang menyaksikan hidangan itu. Yakni, kami menyaksikan keesaan Allah dan
risalah dan kenabianmu. Dan bagi orang lain yang tidak menyaksikannya, maka
kami akan menceritakan kepada mereka peristiwa yang terjadi."

Isa putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami
suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi
kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami,
dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah
Pemberi rezeki Yang Paling Utama.'

Ketika kaum Hawariyin bertanya kepada Isa bin M aram agar diturunkan
makanan dari langit, maka Nabi Isa berdiri dan meletakkan pakaian dari kulit
wol kemudian beliau melangkahkan kakinya dan meletakkan tangan kanannya
di atas tangan kirinya, lalu beliau menundukkan kepalanya dalam keadaan
khusyuk dan tunduk kepada Ala SWT. Kemudian beliau membuka matanya dan
menangis sehingga air matanya membasahi janggutnya bahkan mencapai
dadanya dan berkata: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu
hidangan dari langit... Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan
hidangan itu kepadamu.

Lalu turunlah makanan besar dari celah dua awan: satu awan di atasnya satu
awan di bawahnya. Saat itu manusia melihatnya. Nabi Isa berkata, "Ya Allah
jadikanlah makanan ini sebagai rahmat dan jangan menjadi fitnah." Lalu
turunlah di depan Nabi Isa sapu tangan yang menutupinya kemudian Nabi Isa
tersungkur dalam keadaan sujud yang diikuti oleh kaum Hawariyin. Mereka
mendapati suatu bau yang harum yang belum pernah mereka temukan
sebelumnya.

Nabi Isa berkata, "Siapakah di antara kalian yang paling ikhlas dan paling
percaya kepada Allah SWT agar ia membuka makanan itu sehingga kita bisa
makan darinya serta berzikir kepada Allah SWT atasnya serta bersyukur
kepadanya." Kaum Hawariyin berkata: "Wahai Ruhullah sesungguhnya engkau
lebih berhak daripada kami dalam hal itu.", maka Nabi Isa berdiri lalu beliau
mengambil wuduk dan solat. Kemudian beliau banyak berdoa sambil duduk di
sisi makanan itu dan membukanya. Tiba- tiba di atas makanan itu terdapat
ikan yang lazat yang tidak ada durinya. Nabi Isa ditanya: "Wahai Ruhullah,
apakah ini makanan dari dunia atau dari syurga?" Nabi Isa menjawab:
"Bukankah Tuhan kalian melarang kalian untuk bertanya pertanyaan semacam
ini. Ia turun dari langit dan tidak ada makanan sepertinya di dunia dan ia
bukan berasal dari syurga tetapi ia adalah sesuatu yang Allah SWT ciptakan
dengan kekuasaan yang luar biasa di mana Dia cukup mengatakan "jadilah,
maka jadilah."

Para mufasir berbeza pendapat sekitar bentuk makanan yang diturunkan
kepada Isa, apakah itu ikan atau daging? Apakah roti atau buah-buahan? Kami
memandang bahawa pembahasan-pembahasan ini kurang penting. Sesuatu
yang paling penting yang perlu kita perhatikan adalah apa yang dikatakan oleh
Nabi Isa, Sesungguhnya ia diciptakan oleh Allah SWT dengan kekuasaan yang
mengagumkan di mana Dia cukup mengatakan "Jadilah, maka jadilah ia."

Inilah hakikat makanan tersebut. Ia merupakan tanda-tanda kebesaran Allah
SWT yaitu suatu tanda yang Allah SWT mengancam bagi siapa yang
menentangnya Dia akan menyeksanya dengan azab yang belum pernah
diterima oleh seseorang pun di dunia. Para ulama berbeza pendapat apakah
makanan tersebut memang diturunkan atau tidak, tetapi menurut pendapat
majoriti dan ini yang benar makanan tersebut memang diturunkan, sesuai
dengan firman Allah SWT: "Aku akan menurunkan hidangan itu bagimu. "

Dikatakan bahawa ribuan pengikut Nabi Isa memakannya dan makanan
tersebut tidak habis. Setiap orang yang buta ia sembuh dari butanya dan setiap
orang yang belang ia sembuh dari belangnya akibat memakan hidangan itu.
Alhasil, setelah menyantap makanan itu, orang yang sakit sembuh dari
penyakitnya. Maka hari turunnya makan itu dijadikan hari raya dari hari
raya-hari raya kaum Hawariyin dan para pengikut Nabi Isa. Kemudian berita
dan peristiwa turunnya makanan itu mulai hilang dan mulai dilupakan sehingga
kita tidak menemukan beritanya hari ini di Injil- Injil yang mereka akui.
Setelah peristiwa makanan yang Allah SWT ceritakan dalam surah al-Maidah,
Allah SWT menunjukkan kepada kita sikap lain dari Nabi Isa bin Maryam. Allah
SWT berkata setelah menceritakan kepada kita tentang turunnya mukjizat
makanan dari langit:

"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putera Maryam, adakah kamu
mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan
selain Allah!' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku
mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau
mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang
ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang
ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang
Engkau beri padaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan

Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di
antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang
mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala
sesuatu. Jika Engkau menyeksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah
hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.' Allah
berfirman: 'lni adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang
benar kebenaran mereka. Bagi mereka syurga yang di bawahnya mengalir
sungai- sungai; mereka kekal di dalamnya selama-selamanya; Allah redha
terhadap mereka dan mereka pun redha terhadap-Nya. Itulah
keberuntungan yang paling besar.' Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan
bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. " (QS. al-Maidah: 116-120)

Dengan ayat-ayat tersebut, Al-Quran menutup surah al-Maidah. Demikianlah
konteks Al-Quran berpindah secara mengejutkan dari turunnya makanan
kepada sikap atau dialog antara Allah SWT dan Isa bin Maryam pada hari
kiamat. Allah SWT bertanya pada hari kiamat: 'Hai Isa putera Maryam, adakah
kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan
selain Allah?'

Para ahli ilmu sepakat bahawa pertanyaan tersebut bukan bersifat pertanyaan
murni meskipun tampak dalam bentuk pertanyaan kerana Allah SWT
mengetahui apa yang dikatakan oleh Isa. Tentu yang dimaksud dengan
pertanyaan itu adalah sesuatu yang lain. Ada yang mengatakan bahawa Allah
SWT bermaksud memberitahu Isa bahawa kaumnya telah mengubah ajarannya
sepeninggalannya. Dan mereka telah mendapatkan fitnah. Ada lagi yang
mengatakan bahawa Allah SWT bermaksud dari pertanyaan itu untuk mencela
orang-orang yang mengubah akidah Nabi Isa setelah beliau tidak ada. Kami kira
pertanyaan tersebut memuat dua makna dan mencakup makna yang lain.

Allah SWT ingin menyingkap dan memberitahu manusia dalam Kitab-Nya yang
terakhir bahawa Nabi Isa terlepas dari berbagai macam tuduhan, dan apa saja
yang dilakukan kaumnya sepeninggalannya. Konteks Al- Quran menunjukkan
tentang peristiwa ghaib yang belum terjadi meskipun akan terjadi pada hari
kiamat. Oleh kerana itu, Al-Quran menyampaikannya dalam bentuk fi'il madhi
(kata kerja bentuk lampau). Al-Quran menyampaikan berita ghaib ini kepada
penduduk dunia agar mereka mengetahui hakikat Isa bin Maryam.


Allah SWT bertanya kepadanya dan Isa bin Maryam menjawab. Sebagai nabi
besar, Isa tidak menjawab kecuali setelah ia mengatakan: 'Maha Suci Engkau ya
Allah.' Sebelum menjawab, Isa memulai dengan tasbih dan menyucikan Allah
SWT. Nabi Isa menampakkan kepatuhan dan ketundukan kepada kemuliaan
Allah SWT dan rasa takut terhadap azab- Nya. Qurthubi menyampaikan dalam
tafsirnya:

"Ketika Allah SWT berkata kepada Isa, apakah engkau berkata kepada manusia
jadikanlah aku dan ibuku tuhan selain Allah, maka Isa tampak gementar
terhadap perkataan itu sehingga ia mendengar rintihan dari tulang-tulangnya
di dalam jasadnya lalu ia berkata: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku
mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Tidak mungkin aku
memutuskan sesuatu yang tidak aku miliki, yang diriku tidak dapat
melakukannya. Aku hanya seorang hamba, bukan seorang yang disembah: Jika
aku pernah mengatakannya maha tentulah Engkau telah mengetahuinya.

Demikianlah Nabi Isa menyampaikan jawapannya kepada Allah SWT dan ia
mengembalikan sesuatu kepada Allah SWT. Dan Allah SWT Maha Mengetahui
terhadap apa yang dikatakannya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku
dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Yakni, Engkau
mengetahui apa yang aku sembunyikan sedangkan aku tidak mengetahui apa
yang engkau sembunyikan. Engkau mengetahui rahsiaku dan apa yang terlintas
dalam hatiku dan aku tidak mengetahui apa yang Engkau sembunyikan dari
ilmu ghaib-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib.
Hanya Engkau yang tahu terhadap hal-hal yang ghaib. Hanya Engkau yang tahu
terhadap apa yang terjadi di tengah-tengah mereka setelah Engkau angkat aku
dari bumi: 'Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang
Engkau kepadaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan
Tuhanmu.'

Demikianlah kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Isa bin Maryam. Dia hanya
mengajak manusia untuk hanya menyembah Allah SWT dan tidak
menyekutukan-Nya: Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku
berada di antara mereka.

Sesungguhnya Engkau mengawasi mereka saat aku tinggal di tengah- tengah
mereka dan mengajak mereka ke jalan yang benar. Maka setelah Engkau
wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Al-Wafat dalam Kitab Allah
mempunyai tiga bentuk:

Pertama, wafat dalam pengertian kematian,
sebagaimana firman Allah SWT:

"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya." (QS. az-Zumar: 42)
 Yakni ketika tercabutnya ajal.

Kedua, bahawa wafat adalah tidur, sebagaimana  firman Allah SWT:

"Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari. " (QS. al-An'am: 60)
 Yakni yang menidurkan kalian.

Ketiga, wafat berarti pengangkatan,
 sebagaimana firman Allah SWT:

"Hai Isa, sesungguhnya Aku yang menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu
dan mengangkat kamu kepada-Ku. " (QS. Ali 'Imran: 55)

Demikianlah Isa terbebas dari apa yang mereka katakan dan apa yang mereka
nisbatkan kepadanya. Isa mengumumkan bahawa dakwahnya tidak lebih dari
sekadar ajakan untuk bertauhid dan tidak keluar dari kerangka Islam yang
diakui oleh pengikutnya. Kemudian Isa kembali menyampaikan pembicaraannya
dan meminta belas kasihan kepada Allah SWT: Jika Engkau menyeksa mereka,
maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Tidak seorang pun dari
makhluk yang mempunyai kekuasaan di atas-Mu dan tidak ada Pencipta
selain-Mu. Maha Suci Engkau dan tiada sekutu bagi-Mu dalam kerajaan dan
kekuasaan. Pada akhirnya, mereka adalah hamba-Mu dan seorang hamba tidak
memiliki apa-apa di hadapan tuannya kecuali kepatuhan: Dan jika Engkau
mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.'

Isa tidak mengatakan jika Engkau mengampuni mereka, maka Engkau Maha
Pengampun dan Maha Pengasih. Jadi, jawapan Isa terfokus pada penyerahan
diri dan kepatuhan serta tunduk kepada kemuliaan Allah SWT dan
kebesaran-Nya. Para pengikut Nabi Isa adalah hamba-hamba Allah SWT yang
patuh. Jika Allah SWT berkehendak, maka Dia akan menyeksa mereka sesuai
dengan seksaan yang layak mereka terima, dan jika Dia berkehendak, maka Dia
akan mengampuni mereka kerana Dia mengetahui kerana mereka memang
layak untuk mendapatkan ampunan. Dengan penyerahan yang mutlak ini, Isa
menyampaikan jawapan atas pertanyaan Allah SWT dan beliau berlepas diri
dari apa yang dikatakan oleh kaumnya sepeninggalannya. Isa menyampaikan -
pada awal pembicaraannya - bahawa hanya Allah SWT yang patut disembah,
dan pada akhir pembicaraannya Isa menyampaikan penyerahan dirinya kepada
Allah SWT. Allah berfirman: 'Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi
orang-orang yang benar kebenaran mereka.

Allah SWT memuji ketulusan Isa, dan kerana dialog tersebut terjadi pada hari
kiamat, Allah SWT berfirman: "Hari ini adalah hari kiamat di mana orang-orang
yang benar akan dapat mengambil manfaat dari kebenaran mereka di dunia.
Kebenaran mereka di sana akan mereka temukan balasannya yang berupa
rahmat di sini. "Bagi mereka syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai;
mereka kekal di dalamnya selama- selamanya; Allah redha terhadap mereka
dan mereka pun redha terhadap-Nya. "

Demikianlah balasan orang-orang yang benar, syurga. Dan ada balasan yang
lebih baik dari syurga, yaitu kepuasan (redha) seorang hamba terhadap Allah
SWT dan keredhaan Allah SWT terhadap hamba. Pengertian kepuasan seorang
hamba adalah kegembiraannya terhadap penyembahan kepada Allah SWT
sedangkan pengertian keredhaan Allah SWT terhadap hamba-Nya adalah
rahmat yang diberikan-Nya kepada mereka: Itulah keberuntungan yang paling
besar.' Setelah itu Allah SWT, memberitahukan hakikat Isa dan seluruh
nabi-Nya: "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." Allah SWT adalah
Penguasa satu-satunya dan Dia Pencipta satu-satunya. Selain-Nya adalah
hamba.

Isa terus melangsungkan dakwahnya sehingga kejahatan dan keburukan
mengetahui bahawa singgasana mereka terancam hancur. Lalu pasukan
keburukan bergerak untuk menangkapnya. Orang-orang Yahudi menyakitinya
dan menuduhnya dengan berbagai macam tuduhan. Isa dikatakan sebagai
penyihir dan sebagai orang yang mengubah syariat dan mereka menisbatkan
kekuatannya yang luar biasa kepada kekuatan syaitan. Ketika mereka tidak lagi
memiliki tipu daya yang dapat melumpuhkan Nabi Isa dan mereka melihat
orang-orang yang lemah dan orang-orang fakir berkumpul di sekitarnya, maka
mereka mulai membikin suatu, makar. Mereka mempengaruhi orang-orang
Romawi.

Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur kerana menganggap
bahawa perselisihan-perselisihan antara orang-orang Yahudi adalah
perselisihan yang terjadi demi memperebutkan kepentingan sesama mereka.
Lalu diadakanlah majlis Sanhadurim (yaitu majlis undang-undang tertinggi dari
kalangan Yahudi). Mereka berkumpul untuk membuat persekongkolan demi
menyingkirkan Isa. Persekongkolan itu mengambil bentuk yang baru.

Ketika orang-orang Yahudi tidak mampu memerangi Nabi Isa, mereka berfikir
untuk membunuhnya. Mulailah para ketua pendeta Yahudi bermusyawarah
untuk membuat suatu kesimpulan tentang cara yang mereka lakukan untuk
menangkap Nabi Isa yang tidak menimbulkan kegaduhan di tengah-tengah
masyarakat.

Ketika para kepala Yahudi bermusyawarah, maka salah seorang dari murid
al-Masih yang dua belas pergi kepada mereka, yaitu Yahuda al- Iskhriyutha. Ia
berkata kepada mereka, "Apa yang kalian berikan jika aku berhasil
menyerahkannya kepada kalian."

"Meja pengkhianatan telah digelar di antara mereka dan dimulailah
perundingan. Orang-orang Yahudi berusaha mencari titik temu dan mereka
sepakat untuk memberinya tiga puluh lempeng dari perak. Ini adalah harga
yang biasa mereka lakukan untuk membeli seorang budak sesuai dengan syariat
Yahudi." (penjelasan Injil Mata)

Selesailah konspirasi yang menetapkan untuk menangkap al-Masih dan
kemudian membunuhnya. Dikatakan bahawa kepala pendeta Yahudi
merobek-robek bajunya secara dramatis di suatu pertemuan agama dan ia
berteriak, "sungguh Isa telah kafir." Pero bukan baju dalam tradisi orang-orang
Yahudi dilakukan ketika mereka mendengar atau melihat sesuatu yang
mengandung penghinaan terhadap Allah. Para pendeta Yahudi tidak memiliki
kekuasaan untuk menetapkan hukum bunuh pada saat itu. Semua itu dilakukan
oleh kekuasaan penguasa Romawi. Tetapi tampaknya mereka berhasil
meyakinkan kekuasaan Romawi bahawa Isa telah membuat rencana untuk
melengserkan kekuasaan Romawi atau mereka berhasil meyakinkan penguasa
Romawi bahawa masalah yang mereka hadapi murni berkaitan dengan tradisi
mereka dan keyakinan mereka. Kemudian mereka menyarankan agar penguasa
tidak turut campur atas apa yang mereka tetapkan. Demikianlah konspirasi itu
telah ditetapkan dan telah diputuskan bahawa Isa harus ditangkap dan
kemudian disalib.

Empat Injil yang diakui oleh kalangan Masehi saat ini membicarakan tentang
proses pembunuhan Isa di mana beliau disalib kemudian beliau bangkit dari
kematiannya dan naik ke langit. Semua Injil ini sepakat tentang proses

penyaliban Isa dan kematiannya, sebagaimana mereka sepakat tentang tabiat
Isa yang mengandung ketuhanan yang bercampur dengan tabiatnya sebagai
manusia. Kami akan menyampaikan keyakinan orang-orang Masehi berkaitan
dengan Isa sebagaimana diyakini oleh majoriti kaum Nasrani saat ini, kemudian
kami akan mengemukakan keyakinan Islam tentang Isa sebagaimana
diceritakan oleh Al-Quran al- Karim dan disampaikan oleh para ulama dan
disebutkan dalam hadis. Setelah itu, kita akan membicarakan hal-hal yang
perlu dibicarakan berkaitan hubungan antara kaum Muslim dan kaum Masehi
serta kaitannya dengan akidah mereka.

Injil Mata mengatakan, "Isa ditangkap dan majlis Sanhadirum memutuskan
bahawa ia harus dibunuh. Kemudian para anggota majlis itu dari kepala-kepala
para pendeta dan para tokoh mereka menghinanya dan mengejeknya serta
berbuat aniaya terhadapnya bahkan mereka meludahi wajahnya dan
menempelengnya. Sambil mengejek mereka berkata, "beritahukanlah wahai
al-Masih siapa yang memukulmu." Setelah itu al-Masih ditangkap dan ia
ditetapkan untuk dibunuh.

Adalah sudah menjadi tradisi di kalangan orang-orang Romawi untuk
mencambuk orang yang ditetapkan untuk dibunuh sebelum pelaksanaan hukum
tersebut. Oleh kerana itu, para penguasa Romawi menetapkan agar al-Masih
dicambuk terlebih dahulu. Sedangkan syariat Musa menetapkan agar cambukan
itu tidak melebihi empat puluh kali, namun orang-orang Romawi tidak berhenti
pada batasan ini bahkan mereka terus mencambuk korban dengan cambukan
yang kejam dan terus- menerus sehingga punggung yang bersangkutan hampir
saja patah dan nafasnya nyaris tinggal sedikit. Setelah itu, mereka mulai
melaksanakan hukum bunuh kepadanya. Demikianlah yang dilakukan oleh
tentera terhadap penyelamat kita. (Injil Mata 26)

Selesailah proses pecambukan, lalu penguasa Romawi menyerahkan Isa kepada
tentera agar mereka menyalibnya. Kemudian para tentera membuat sesuatu
hal yang bermaksud untuk menghibur. Mereka mencabut pakaian Isa yang
dilumuri dengan darah yang ada luka di tubuhnya setelah proses pencabukan,
lalu mereka memakaikan pakaian merah dengan maksud untuk mengejeknya.
Para raja biasanya memakai pakaian merah. Mereka terus menghinanya.
Mereka memakaikannya mahkota dari duri dan meletakkannya di atas
kepalanya. (Injil Mata 26)

Akhirnya, mereka sampai pada suatu tempat yang bernama Jaljatsah, yaitu
suatu tempat di luar pagar Ursyilim. Tradisi Yahudi menetapkan untuk

memberi satu gelas khamer yang bercampur dengan minyak wangi bagi orang
yang ditetapkan untuk dihukum mati sebelum pelaksanaan hukum. Ini
dimaksudkan sebagai alat pembius untuk meringankan penderitaannya. Tetapi
para tentera menentang tradisi ini dan mereka memberi al-Masih satu gelas
dari cuka yang bercampur dengan sesuatu yang pahit." (Injil Mata 26)

Teks Injil mata mengatakan (cetakan tahun 1972) pada pasal kedua puluh
tujuh: "Sehingga mereka sampai ke suatu tempat yang bernama Jaljatsah lalu
mereka memberinya minuman keras yang bercampur dengan empedu agar ia
meminumnya. Ketika ia merasakannya, ia enggan untuk meminumnya.
Kemudian mereka menyalibnya. Kemudian mereka duduk di sana menjaganya
dan meletakkan di atas kepalanya suatu tuduhan yang tertulis: Ini adalah
Yasu', penguasa Yahudi. Mereka benar-benar menyalibnya bersama Yasim.
Salah seorang dari keduanya di sebelah kanannya dan yang lain di sebelah
kirinya. Lalu orang-orang yang lewat di tempat itu mencelanya dan berkata,
"wahai yang menghancurkan tempat sembahan dan yang membangunnya pada
tiga hari, selamatkanlah dirimu dan jika engkau adalah anak Allah, maka
turunlah dari tempat penyaliban itu."

Demikianlah sebahagian riwayat kaum Masehi tentang proses penyaliban serta
penafsiran mereka berkaitan dengannya. Kami telah menukilnya tanpa
memperhatikan tentang catatan yang terdapat dalam Injil Mata yang terbaru,
yaitu ia merupakan catatan yang paling baik dalam bentuknya yang terkumpul
dari ulama-ulama mereka dan tokoh-tokoh agama Masehi sehingga ia lebih
mudah untuk difahami dan lebih sederhana. Kami telah mengemukakan
sebahagiannya kepada Anda dalam halaman-halaman ini.

Sementara itu, dalam akidah Islam disebutkan suatu riwayat yang berbeza
dengan riwayat yang ada dalam Injil-Injil yang terdapat sekarang, baik yang
berhubungan dengan kehidupan akhir yang dialami oleh Isa mahupun tabiat Isa
yang merupakan sumber perselisihan setelah pengangkatannya. Al-Quran
al-Karim menceritakan bahawa Allah SWT tidak menghendaki Bani Israil untuk
membunuh Isa atau menyalibnya tetapi Allah SWT menyelamatkannya dari
kekufuran mereka lalu mengangkatnya di sisi-Nya. Mereka tidak berhasil
membunuhnya dan tidak berhasil menyalibnya tetapi ia diserupakan seperti
orang-orang di antara mereka. Allah SWT berfirman:

"Dan kerana ucapan mereka: 'Sesungguhnya kami telah membunuh al- Masih,
Isa putera Maryam, Rasul Allah,' padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak
pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh ialah orang yang diserupakan

dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham
tentang (pembunuhan) Isa, benar- benar dalam keraguan tentang yang dibunuh
itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu,
kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahawa yang
mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah
mengangkat Isa kepadanya." (QS. an-Nisa': 157-158)

Dan Allah SWT juga berfirman:

"(Ingatlah), ketika Allah berfirman: 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan
menyampaikan kamu pada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku
serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir. " (QS. Ali 'Imran: 55)

Para ulama-ulama Islam sepakat atas hal itu dan mereka berselisih pendapat
tentang cara beragumentasi terhadap apa yang mereka yakini sebagai
kebenaran. Sebahagian mereka meyakini nas-nas Al-Quran saja yang menyebut
tentang Isa al-Masih dan mereka tidak mendukungnya atau memperkuatnya
dengan kitab-kitab lain selain Al-Quran. Kedua metode tersebut memiliki titik
kekuatan tersendiri. Orang yang berpegangan dengan pendapat yang pertama
mengatakan bahawa Nabi melarang untuk membahas kitab-kitab pegangan
kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Bagi kaum itu agama mereka dan bagi kita
agama kita dan hanya Allah SWT yang akan memutuskan segala perselisihan di
antara kita pada hari kiamat.

Sedangkan orang-orang yang berpegangan dengan cara yang kedua mengatakan bahawa larangan Nabi tersebut terjadi pada permulaan masa Islam di mana kaum Muslim sangat dekat dengan masa jahiliah. Nabi memerintahkan mereka agar tidak disibukkan dengan kitab-kitab lain selain kitab mereka, yakni
Al-Quran. Yang demikian ini dimaksudkan agar mereka memiliki akidah yang
kuat dan keyakinan mereka benar- benar tertanam dalam diri mereka, Tetapi
ilmu dan pandangan ilmiah menetapkan bahawa seorang yang alim harus
banyak menggali kitab- kitab kuno dalam rangka mengetahui kebenaran dan
jika ia mendapati sesuatu yang sesuai dengan apa yang didapatinya dengan
kebenaran, maka hatinya akan lebih merasa tenang dan damai. Berkaitan
dengan kelompok yang pertama yang merasa cukup dengan Al-Quran, kita
tidak menemukan perincian-perincian yang mendalam berkenaan dengan usaha
penangkapan Isa, bagaimana proses pengangkatannya ke langit, di mana Isa
diserupakan dengan salah seorang di antara mereka, bagaimana dia
diserupakan dengan salah seorang di antara mereka. Allah SWT telah

menyerupakannya dengan salah seorang di antara mereka sedangkan Nabi Isa
diangkat ke langit. Demikianlah penjelasan singkat mereka, tidak ada
penambahan lagi. Sedangkan kelompok yang kedua, mereka melontarkan kisah
secara lengkap. Mereka mengatakan bahawa Allah SWT menyerupakan Isa
dengan Yahuda. Yahuda ini adalah Yahuda al- Askhariyutha yang menurut Injil
ia menjualnya kepada musuh-musuhnya dan menunjukkan kepada mereka
tentang keberadaannya. Ia adalah seorang muridnya yang terpilih. Demikian ini
sesuai dengan Injil Barnabas di mana disebutkan di dalamnya: "Ketika para
tentera mendekat bersama Yahuda di tempat yang di situ terdapat Yasu', maka
Yasu' mendengar kedatangan segerombolan orang yang menuju tempatnya.
Oleh kerana itu, ia segera pergi ke rumah dalam keadaan takut. Di dalam
rumah itu terdapat sebelas orang yang tidur. Ketika Allah melihat bahaya akan
mengancam hamba-Nya, maka Dia memerintahkan Jibril, Mikail, dan Rafail
(Israfil), serta Idril (Izrail) yang mereka semua adalah para utusan- Nya untuk
mengambil Yasu' dari dunia. Lalu datanglah malaikat-malaikat yang suci di
mana mereka mengambil Yasu' dari pintu yang dekat dengan arah selatan.
Mereka membawanya dan meletakkannya di langit yang ketiga dengan disertai
para malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah selama-lamanya. Yahuda
masuk secara paksa ke kamar yang di situlah Yasu' diangkat ke langit. Saat itu
murid-murid sedang tidur semuanya, lalu Allah mendatangkan keajaiban yang
luar biasa di mana Yahuda berubah cara berbicaranya dan juga wajahnya. Ia
sangat mirip sekali dengan Yasu' sehingga kami mengiranya Yasu'. Adapun ia
(Yahuda) setelah membangunkan kami, ia mencari-cari di mana si guru berada.
Oleh kerana itu, kami merasa heran dan kami menjawab, "bukankah engkau
wahai tuanku guru kami, apakah sekarang engkau telah melupakan kami?"
Demikianlah kisah yang terdapat dalam Injil Barnabas. Allah SWT berfirman:

"Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang rasul yang Sesungguhnya
telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat
benar, kedua-duanya biasa memakan makanan." (QS. al-Maidah: 75)

Para ulama berkata, "Al-Masih dinamakan al-Masih kerana ia mengusap bumi
dan membersihkannya serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari fitnah
di zaman itu kerana saking hebatnya kebohongan orang-orang Yahudi
kepadanya dan bagaimana usaha mereka untuk menciptakan dusta padanya
dan kepada ibunya as." Banyak ulama yang meriwayatkan tentang kesucian
spirituil dari Nabi Isa. Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi bahawa beliau
menceritakan tentang al-Masih sebagai berikut: "Isa melihat seorang lelaki
yang mencuri lalu ia berkata: "Wahai si fulan apakah engkau mencuri?" Orang
itu berkata: "Tidak, demi Allah aku tidak mencuri," Isa berkata: "Aku beriman
kepada Allah SWT dan penglihatanku telah berbohong." Ini menunjukkan

kesucian rohani Isa di mana ia lebih memilih sumpah orang itu atas apa yang
disaksikannya. Ia membayangkan bahawa orang tersebut tidak akan bersumpah
dan membawa nama Allah SWT yang Maha Besar lalu ia berdusta sehingga ia
menerima penyataannya dan ia kembali kepada dirinya sendiri sambil berkata:
"Aku beriman kepada Allah SWT, yakni aku mempercayaimu dan mataku telah
berbohong kerana engkau telah bersumpah." Ada riwayat lagi yang mengatakan
bahawa suatu hari Nabi Isa berjalan bersama sahabatnya dan mereka melewati
bangkai anjing yang busuk baunya, lalu sahabat-sahabat Isa sangat terpukul
dan sangat menderita dengan bau anjing itu. Melihat sikap mereka, Isa
berkata: "Lihatlah betapa putih giginya."

Isa ingin mengajari manusia bagaimana mereka menghadapi keburukan di mana
Nabi Isa menekankan agar mereka lebih melihat kepada keindahan dan
kebaikan. Dakwah Nabi Isa merupakan puncak dari ketinggian rohani dan
idealisme yang mengagumkan di mana Beliau lebih menekankan kebaikan
daripada keburukan. Rasulullah berkata: "Semua para nabi adalah saudara,
agama mereka satu sedangkan mereka dilahirkan dari berbagai macam ibu dan
aku adalah manusia yang utama begitu juga Isa bin Maryam di mana tidak ada
nabi setelahku dan sesudahnya." Dalam berbagai riwayat disebutkan bahawa
Nabi Isa akan turun pada akhir zaman. Islam sangat memberikan penghormatan
kepada Isa yang sesuai dengan kedudukannya sebagai salah satu nabi ulul azmi
yang besar. Islam menamakannya Rasulullah dan Kalimatullah yang telah
diberikan kepada Maryam. Allah SWT berfirman:

"Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan
janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya al-Masih Isa putera Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang
terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan
(dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: '(Tuhan itu) tiga.'
Berhentilah dari ucapan itu. (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah
Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci dari mempunyai anak, segala yang di langit
dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah untuk menjadi
Pemelihara. Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan
tidak (pula enggan) malaikat malaikat yang terdekat (kepada Alah). Barang
siapa yang enggan dari menyembah-Nya dan menyombongkan diri, nanti
Allah akan mengumpulkan mereka semua kepadanya. Adapun orang-orang
yang beriman dan berbuat amal soleh, maka Allah akan menyempurnakan
pahala mereka dan menambah untuk mereka sebahagian dari kurnia- Nya.
Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan
menyeksa mereka dengan seksaan yang pedih, dan mereka tidak akan
memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari Allah. "
(QS. an-Nisa': 171- 173)

Ibnu Katsir berkata dalam Qhisasul Anbiya': Para pengikut Nabi Isa berselisih
pendapat setelah Nabi Isa diangkat ke langit. Sebahagian mereka mengatakan,
di tengah-tengah kita ada hamba Allah SWT dan rasul-Nya (Ariyus). Sebahagian
lagi mengatakan, dia adalah Allah. Yang lain lagi mengatakan, dia adalah anak
Allah. Mereka berselisih pendapat tentang Injil yang menyebutkan berbagai
kebohongan di mana terdapat di dalamnya penambahan, pengurangan, dan
pergantian. Al-Quran al- Karim telah membahas persoalan ketuhanan. Ia
menjelaskan bahawa Allah SWT Maha Suci dari segala sekutu dan anak dan
segala hal yang menyerupai-Nya serta segala bentuk ingkarnasi, kejauhan,
kedekatan dan pencapaian pandangan mata. Allah SWT berfirman:

"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.'Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. " (QS.
al-Ikhlash: 1-4)

Dan tentang Isa as Allah berfirman: "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di
sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari
tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: 'Jadilah' (seorang manusia),
maka jadilah ia." (QS. Ali 'Imran: 59)

"Mereka (orang-orang kafir) berkata: Allah mempunyai anak.' Maha Suci
Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah;
semua tunduk kepadanya. Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia
berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia
mengatakan kepadanya: 'Jadilah', lalu jadilah ia." (QS. al-Baqarah: 116-117)

"Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair itu putera Allah' dan orang-orang
Nasrani berkata: Al-Masih itu putera Allah.' Demikian itulah ucapan mereka
dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir
terdahulu. Mereka di laknat oleh Allah; bagaimana mereka sampai
berpaling?" (QS. Al-Aubah: 30)

Nas tersebut mengisyaratkan akidah orang-orang Mesir dan orang-orang seperti
mereka dari umat-umat yang terdahulu di mana akidah mereka terfokus pada

keyakinan penyaliban Isa, tentang tebusan dan kebangkitan Tuhan yang
disembelih serta penentangannya terhadap para pengikutnya setelah
kematiannya.

Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya telah kafilah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya Allah
itu ialah al-Masih putera Maryam.' Katakanlah: 'Maka siapakah (gerangan)
yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak
membinasakan al-Masih putera Maryam itu berserta ibunya dan seluruh
orang-orang yang berada di bumi semuanya?' Kepunyaan Allahlah kerajaan
langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Dia menciptakan apa
yang dihehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS.
al-Maidah: 17)

"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Allah salah seorang
dari yang tiga,' padahal sekali-kali tidak ada selain dari Tuhan Yang Esa."
(QS. al-Maidah: 73)

Demikianlah Al-Quran al-Karim menyebutkan sikap berbagai aliran yang saling
berlawanan yang tumbuh setelah pengangkatan al-Masih. Al-Quran
menjelaskan bahawa al-Masih adalah hamba Allah SWT dan seorang rasul yang
diutus kepada Bani Israil. Kata hamba dan rasul adalah kata yang sangat jelas
ertinya, adapun yang dimaksud dengan al-Kalimah dan ar- Roh, maka kedua
kata tersebut perlu dijelaskan. Kaum Muslim memahami bahawa al-Kalimah
adalah petunjuk Allah SWT yang diberikan-Nya kepada Maryam sedangkan
ar-Roh adalah menunjukkan atau mengisyaratkan kepada Roh Kudus, yaitu
Jibril as. Allah SWT telah menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa dengan roh
yakni Jibril:

"Dan (ingatlah) ketika Aku dukung kamu dengan Ruhul Kudus." (QS.
al-Maidah: 110)

Setelah mengemukakan keyakinan kaum Masehi tentang karakter Nabi Isa dan
akhir dari kehidupannya dan setelah menjelaskan kebenaran yang Allah SWT
ceritakan kepada kita tentang karakter tersebut dan akhir dari kehidupan yang
dialami oleh Nabi Isa, kita ingin mengetahui apa yang harus dilakukan oleh

kaum Muslim dalam hubungan mereka dengan orang-orang Masehi serta
keyakinan mereka. Islam menetapkan atau menyampaikan nas-nas yang jelas
yang mengkhususkan agama Masehi - di antara agama-agama yang lain -
dengan kecintaan. Al-Qu'ran mengingkari ketuhanan al-Masih; ia juga
mengingkari penyaliban dan tebusan dosa yang dilakukannya. Namun Al-Quran
menegaskan dalam nasnya bahawa agama Nasrani merupakan agama yang lebih
dekat kecintaannya kepada Islam. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya
terhadap orang-orang yang beriman ialah orang- orang Yahudi dan
orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang
berkata: 'Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.' Yang demikian itu
disebabkan kerana di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat
pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) kerana sesungguhnya mereka tidak
menyombongkan diri." (QS. al-Maidah: 82)

Allah SWT memuji para pengikut al-Masih yang berjalan di atas petunjuknya.
Allah SWT berfirman:

"Dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun
dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah (keadaan tidak
menikah dan mengurung diri di biara) padahal kami tidak mewajibkannya
kepada mereka tetapi mereka sendirilah yang mengada-adakannya untuk
mencari keredhaan Allah." (QS. al-Hadid: 27)

Tidak terdapat kontradiksi dari dua sikap tersebut. Pengingkaran Al- Quran
terhadap ketuhanan al-Masih dan pengakuannya terhadap kecintaan kaum
Nasrani serta pujiannya terhadap orang-orang yang mengikuti Nabi Isa
mengandung makna lebih dari satu: Pertama, bahawa Masehi berdasarkan pada
agama Tauhid dan sangat sulit bagi para pengikutnya untuk meninggalkan
tauhid, dan hanya Allah SWT yang mengakui hakikat apa yang terpendam
dalam hati; kedua, dalam kalangan orang-orang Nasrani terdapat para pendeta
dan para rahib yang tidak bersikap congkak di hadapan Allah SWT tetapi
mereka sangat patuh dan tunduk kepadanya; ketiga, sebahagian pengikut Nabi
Isa memiliki hati yang dipenuhi dengan kasih sayang dan rahmat. Tentu rahmat
dan kasih sayang tersebut tidak tumbuh kecuali dari keimanan terhadap hari
akhir. Allah SWT telah menetapkan perintah-Nya kepada kaum Muslim agar
mereka memperlakukan ahlul kitab dengan perlakuan yang mulia dan baik,
sebagaimana Islam menjamin kebebasan untuk menentukan keyakinan pada
setiap manusia. Allah SWT berfirman:

"Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di
muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" (QS. Yunus:
99)

"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah." (QS. al- Baqarah: 256)

"Katakanlah: 'Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahawa
tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan
sesuatu pun dan tidak (pula) sebahagian kita menjadikan sebahagian yang
lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah
kepada mereka: 'Saksikanlah, bahawa kami adalah orang-orang yang
menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. Ali 'Imran: 64)

Kita perhatikan bahawa ayat-ayat tersebut berbicara tentang cara
memperlakukan kaum Masehi sebagai individu sebagaimana ia berbicara
tentang bagaimana kita memperlakukan keyakinan mereka. Sehubungan
dengan kaum Masehi sebagai individu, kita menyaksikan ayat-ayat tersebut
memerintahkan untuk membalas kecintaan yang mereka perlihatkan di mana
nas tersebut dengan tegas mengatakan bahawa mereka lebih dekat
kecintaannya kepada orang-orang yang beriman. Jika Allah SWT yang
menegaskan hal tersebut, maka orang-orang Muslim harus membalas kebaikan
dan kecintaan yang ditunjukkan oleh kaum Nasrani. Adapun sehubungan
dengan keyakinan mereka, di dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang
melarang untuk memaksa manusia dalam bentuk apa pun. Allah SWT
berfirman:

"Dan katakanlah: 'Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Maka barang siapa
yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir
biarlah ia kafir." (QS. al-Kahfi: 29)

Yang demikian itu, kerana keimanan yang didahului dengan paksaan adalah
bukan keimanan kerana ia berarti mencabut ikhtiar atau kebebasan manusia,
padahal itu adalah syarat dari keimanan. Dan barangkali inilah yang

menunjukkan kesempurnaan Islam di lihat dari sikapnya yang demikian indah.
Kami kira tanpa kita harus memaksakan tafsiran kita kepada ayat-ayat tersebut
dan memohon kepada Allah SWT dari kesalahan dan kebodohan bahawa Islam
dengan sikapnya itu ingin menjauhkan para pengikutnya dari kalangan awam
dari perdebatan yang panjang dan melelahkan seputar keyakinan orang lain.
Tentu perdebatan tersebut tidak akan berhujung dan akan menjadi seperti
debat kusir saja. Namun tugas tersebut hanya di emban oleh para ulama, di
mana mereka membahas sebagaimana mereka kehendaki berbagai
keyakinan-keyakinan keberagamaan, sedangkan orang-orang awam tidak diberi
tanggung jawab dalam hal itu. Lagi pula, perselisihan antara keyakinan dan
aliran- aliran di kalangan Masehi dan kalangan Yahudi jika melibatkan orang-
orang awam, maka itu hanya memboroskan waktu dan hanya membuat lelah saja.

Islam akan kembali menjadi asing dan akan kembali menjadi asing seperti
pertama kali terbit. Dalam suasana keasingan Islam yang pertama, orang-orang
Muslim berhasil membangun suatu individu Muslim yang kukuh. Dan ketika
bangunan tersebut telah selesai, maka sempurnalah pembangunan
pemerintahan Islam. Kita tidak mendengar bahawa salah seorang di antara
mereka terlibat dalam perdebatan yang sengit yang tidak berhujung sekitar
keyakinan orang lain. Sesungguhnya memberi petunjuk kepada orang lain
sehingga orang tersebut mengetahui jalan menuju Allah SWT adalah perbuatan
yang indah, tetapi hidayah tersebut didahului dengan tekad seseorang untuk
memberikan petunjuk kepada dirinya sendiri. Seandainya orang-orang Islam
membimbing mereka menuju jalan Allah SWT nescaya Allah SWT memberi
petunjuk melalui mereka siapa saja yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya.

Al-Quran menetapkan dua mukjizat kepada Nabi Isa yang tidak disebutkan
dalam kitab Injil: pertama mukjizat yang berupa pembicaraannya saat ia masih
menyusui di buaian. Dan yang kedua mukjizat makanan yang turun dari langit
kepada kaum Hawariyin. Sebagaimana Al-Quran menetapkan kemuliaan yang
diperoleh oleh Nabi Isa saat ia diselamatkan dari tangan-tangan jahat
orang-orang Yahudi yang ingin menyeksanya atau membunuhnya sehingga Nabi
Isa terselamatkan dan dia diangkat ke langit. Rasulullah saw mewasiatkan
kepada sahabatnya agar mereka memperlakukan orang-orang Masehi dengan
penuh kebaikan, bahkan beliau menikahi Maria al-Qibthiya. Ibnu Jarir
meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahawa seseorang lelaki dari Bani Salim bin Auf
yang bernama al-Hasin mempunyai dua orang anak yang masih Kristen, lalu ia
masuk Islam dan bertanya kepada Rasulullah saw bagaimana seandainya ia
harus memaksa kedua anaknya untuk memeluk Islam sedangkan mereka berdua menolak agama lain selain agama Masehi? Kemudian Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi:

"Tidak ada paksaan dalam memeluk agama (Islam)." (QS. al-Baqarah: 256)

Ketika para utusan Najran dari kalangan kaum Masehi datang ke Madinah untuk
berunding dengan Nabi, maka beliau memberi mereka setengah dari masjidnya
agar mereka dapat melaksanakan solat dengan cara mereka di dalamnya. Pada
suatu hari Rasulullah saw berdiri untuk melakukan solat kepada seseorang
jenazah lalu dikatakan kepadanya bahawa ia adalah jenazah Yahudi. Kemudian
Rasulullah menjawab: "Bukankah ia adalah manusia." Dalam kesempatan lain
Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa yang mengganggu secara aniaya
seorang Yahudi atau seorang Nasrani, maka aku akan jadi musuhnya pada hari
kiamat." Terkadang kekuasaan akan langgeng meskipun disertai dengan
kekufuran tetapi ia tidak akan abadi ketika disertai dengan kelaliman.

Para ulama Islam berselisih pendapat berkaitan dengan keadaan Nabi Isa
setelah pengangkatannya. Mereka sepakat bahawa beliau tidak disalib tetapi
Allah SWT mengangkatnya di sisi-Nya. Tetapi ketika ia tidak disalib, maka
bagaimana keadaannya setelah itu: apakah ia masih hidup, ataukah ia mati
seperti matinya nabi yang lain? Majoriti mengatakan bahawa Allah SWT
mengangkat Isa dengan fiziknya dan rohnya di sisi- Nya. Mereka mengambil
zahir dari firman-Nya:

"Tetapi Allah mengangkatnya di sisi-Nya." (QS. an-Nisa': 158)

Juga sebahagian hadis yang mendukung hal tersebut. Sementara itu, kelompok
yang lain dari kalangan mufasirin, dan ini adalah kelompok yang minoriti,
mereka mengatakan bahawa Nabi Isa hidup sehingga Allah SWT mematikannya
sebagaimana Dia mematikan nabi-nabi-Nya lalu Dia mengangkat rohnya di
sisi-Nya sebagaimana roh para nabi diangkat, begitu juga roh para shidiqin
(orang-orang yang benar) dan syuhada. Mereka mengambil zahir firman-Nya:


"(Ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai ha, sesungguhnya Aku akan
menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku
serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir." (QS. Ali 'Imran: 55)

Kami sendiri lebih memilih pendapat yang pertama kerana ia sangat sesuai -
sebagai mukjizat yang luar biasa - dengan kelahiran Isa di mana kelahiran
tersebut dipenuhi dengan mukjizat yang luar biasa, juga sesuai dengan
kehidupannya dan kesuciannya. Jadi, kedua-duanya merupakan mukjizat yang
luar biasa.

NABI ISA a.s. DENGAN ORANG MABUK CINTA
Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahawa pada suatu
hari Nabi Isa a.s berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram
air dikebun. Bila pemuda yang sedang menyiram air itu melihat Nabi Isa a.s
berada di hadapannya maka dia pun berkata, "Wahai Nabi Isa a.s, kamu
mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi kepadaku seberat semut Jarrah
cintaku kepada-Nya." Berkata Nabi Isa a.s, "Wahai saudaraku, kamu tidak akan
terdaya untuk seberat Jarrah itu."

Berkata pemuda itu lagi, "Wahai Isa a.s, kalau aku tidak terdaya untuk satu
Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah." Oleh kerana
keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah, maka
Nabi Isa a.s pun berdoa, "Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah
cintanya kepada-Mu." Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari
situ. Selang beberapa lama Nabi Isa a.s datang lagi ke tempat pemuda yang
memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa a.s tidak dapat berjumpa dengan pemuda
itu. Maka Nabi Isa a.s pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat
tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada di situ bahawa
pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.

Setelah Nabi Isa a.s mendengat penjelasan orang-orang itu maka beliau pun
berdoa kepada Allah S.W.T, "Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang
pemuda itu." Selesai sahaja Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat
pemuda itu yang berada di antara gunung- ganang dan sedang duduk di atas
sebuah batu besar, matanya memandang ke langit.

Nabi Isa a.s pun menghampiri pemuda itu dengan memberi salam, tetapi
pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata, "Aku ini
Isa a.s."Kemudian Allah S.W.T menurunkan wahyu yang berbunyi, "Wahai Isa,
bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya
itu terdapat kadar setengah berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi
Keagungan dan Keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergaji
sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya."

Pengajaran

Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga
perkara yang lain maka dia adalah orang yang tertipu.

1. Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai
dunia.
2. Orang yang mengaku cinta ikhlas di dalam beramal, tetapi dia ingin
mendapat sanjungan dari manusia.
3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak
berani merendahkan dirinya.

Rasulullah S.A.W telah bersabda, "Akan datang waktunya umatku akan
mencintai lima dan lupa kepada yang lima :
1. Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.
2. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.
3. Mereka cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al- Khaliq.
4. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.
5. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada
kubur."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar