Matahari tampak akan
tenggelam, angin pun bertiup sepoi-sepoi di sekitar
pepohonan. Harum semerbak
mulai memenuhi mihrab Maryam. Bau itu
menembus jendela mihrab dan
mengepakkan sayapnya di sekeliling gadis
perawan yang khusyuk dalam
solat tanpa seorang pun mendengar suaranya.
Maryam merasa bahawa udara
dipenuhi dengan bau harum yang mengagumkan.
Ia kembali melakukan
solatnya dengan khusyuk dan mengungkapkan syukur
kepada Allah SWT.
Seekor burung hinggap di
jendela mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke atas dan
mengarahkan ke matahari
serta mengepakkan kedua sayapnya lalu ia terjun ke
air dan mandi di dalamnya.
Kemudian ia terbang ringan di sekitamya. Maryam
ingat bahawa beliau lupa
untuk menyirami pohon mawar yang tumbuh secara
tiba-tiba di tengah dua batu
yang tumbuh di luar masjid. Maryam
menyelesaikan solatnya lalu
ia keluar dari mihrab dan menuju pohon. Belum
selesai beliau siap-siap
untuk keluar sehingga para malaikat memanggilnya:
"Hai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu
dan melebihkan kamu atas
segala wanita di dunia (yang semasa dengan
kamu)." (QS. Ali
'Imran: 42)
Maryam berhenti dan tampak
wajahnya yang pucat dan semakin bertambah.
Mihrab itu dipenuhi dengan
kalimat-kalimat para malaikat yang memancarkan
cahaya. Maryam merasa bahawa
pada hari-hari terakhir terdapat perubahan
pada suasana rohaninya dan
fiziknya. Di tempat itu tidak terdapat cermin
sehingga ia tidak dapat
melihat perubahan itu. Tetapi ia merasa bahawa
darah, kekuatan dan masa
mudanya mulai meninggalkan tempatnya dan
digantikan dengan kesucian
dan kekuatan yang lebih banyak. Beliau menyedari
bahawa ia sedang gugup.
Beliau merasakan kelemahan manusiawi dan adanya
kekuatan yang luar biasa.
Setiap kali tubuhnya merasakan kelemahan, maka
bertambahlah kekuatan dalam
rohnya. Perasaan yang demikian ini justru
membangkitkan kerendahan
hatinya. Maryam mengetahui bahawa ia akan
memikul tanggung jawab
besar.
"Dan (ingatlah) ketika
malaikat (Jibril) berkata: 'Hai Maryam, sesungguhnya
Allah telah memilih kamu,
menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas
segala wanita di dunia (yong
semasa dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Dengan kalimat-kalimat yang
sederhana ini Maryam memahami bahawa Allah
SWT telah memilihnya dan
menyucikannya dan menjadikannya penghulu para
wanita dunia. Beliau adalah
wanita terbesar di dunia. Para malaikat
kembali
berkata kepada Maryam:
"Hai Maryam, taatlah
kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama
orang-orang yang ruku."
(QS. Ali 'Imran: 43)
Perintah tersebut ditetapkan
setelah adanya berita gembira agar beliau
meningkatkan kekhusyukannya,
sujudnya, dan rukuknya kepada Allah SWT.
Maryam lupa terhadap pohon
mawar dan beliau kembali solat. Maryam
merasakan bahawa sesuatu
yang besar akan terjadi padanya. Beliau merasakan
hal itu sejak beberapa hari,
tetapi perasaan itu semakin menguat saat ini.
Matahari meninggalkan tempat
tidurnya sementara malam telah bangkit
sedangkan bulan duduk di
atas singgahsananya di langit dan di sekelilingnya
terdapat awan-awan yang
indah dan putih. Kemudian datanglah pertengahan
malam dan Maryam masih sibuk
dalam solatnya. Beliau menyelesaikan solatnya
dan teringat pohon mawar itu
lalu beliau membawa air di suatu bejana dan
pergi untuk menyiramnya.
Pohon mawar itu tumbuh di
antara dua batu di tempat yang tidak jauh dari
masjid yang hanya ditempuh
beberapa langkah darinya. Tempat itu jauh dari
jangkauan manusia sehingga
tak seorang pun mendekatinya. Tempat itu sudah
dijadikan tempat yang khusus
bagi Maryam untuk melakukan solat di dalamnya
atau beribadah. Maryam
mendekati pohon mawar itu dan menyiramnya. lalu
beliau meletakkan bejana,
kemudian ia memikirkan pohon mawar itu di mana
tangkainya semakin panjang
pada dua malam yang dilaluinya.
Tiba-tiba, Maryam mendengar
suara derap kaki yang menggoncang bumi.
Beliau tidak mendengar suara
kaki yang berjalan, tetapi beliau mendengar
suara kaki yang menetap di
atas batu serta pasir. Maryam merasakan
ketakutan. Ia merasakan
bahawa ia tidak sendirian. Ia menoleh ke sebelahnya
namun ia tidak mendapati
sesuatu pun. Kemudian kedua matanya mulai
berputar-putar dan
memperhatikan suatu cahaya yang berdiri di sana. Maryam
gementar ketakutan dan
menundukkan kepalanya. Maryam berkata dalam
dirinya, siapa gerangan
orang yang berdiri di sana.
Maryam memandang kepada
wajah orang asing itu, dan
menyebabkan ia gelisah. Wajah orang itu sangat
aneh, di mana dahinya
bercahaya lebih daripada cahaya bulan. Meskipun
kedua matanya memancarkan
kemuliaan dan kebesaran tetapi wajah orang itu
justru menggambarkan
kerendahan hati yang mengagumkan.
Pandangan pertama yang di
lihat oleh Maryam kepada orang itu
mengisyaratkan, bahawa orang
itu memiliki kemuliaan yang diperoleh orang
yang menyembah Allah SWT
selama jutaan tahun. Maryam bertanya kepada
dirinya, siapa gerangan
orang ini? Kemudian seakan- akan orang asing itu
membaca fikiran Maryam dan
berkata: "Salam kepadamu wahai Maryam."
Maryam dibuat terkejut
mendengar adanya suara manusia di depannya.
Maryam berkata sebelum
menjawab salamnya:
"Sesungguhnya aku
berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah, jika kamu seorang
yang bertakwa." (QS. Maryam: 18)
Maryam berlindung di bawah
lindungan Allah SWT dan ia bertanya kepadanya,
"Apakah engkau manusia
yang mengenal Allah SWT dan bertakwa kepadanya?"
Kemudian orang itu tersenyum
dan berkata:
"Sesungguhnya aku ini
hanyalah seorang utusan Tuhanmu,
Untuk memberimu seorang anak
laki-laki yang suci." (QS. Maryam: 19)
Orang asing itu belum
selesai menyampaikan kalimatnya sehingga tempat itu
dipenuhi cahaya yang
menakjubkan yang tidak menyerupai cahaya matahari,
cahaya bulan, cahaya lampu,
cahaya lilin bahkan cahaya api. Di sana
terdapat
cahaya yang sangat jernih.
Kemudian terngianglah di kepala Maryam kalimat:
"Aku adalah seorang
utusan Tuhanmu." Kalau begitu, dia adalah penghulu
para malaikat, Ruhul Amin
(Jibril) yang telah berubah wujud menjadi manusia.
Maryam mengangkat kepalanya
dengan gementar menahan luapan cinta. Jibril
berdiri di depannya dalam
bentuk manusia. Maryam memperhatikan kejernihan
dahinya dan kesucian
wajahnya. Benar apa yang diduganya bahawa Jibril
memiliki kemuliaan yang
diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama
jutaan tahun. Kemudian
Maryam mengingat kembali kalimat-kalimat yang
diucapkan Jibril. Malaikat
itu telah mengatakan bahawa ia adalah utusan
Tuhannya, dan ia telah datang
untuk memberi Maryam seorang anak laki-laki
yang suci. Maryam ingat
bahawa dirinya adalah seorang perawan yang belum
tersentuh oleh seorang pun.
Ia belum menikah dan belum dilamar oleh
seseorang pun, maka
bagaimana ia melahirkan anak tanpa melalui pernikahan.
Fikiran- fikiran ini
berputar-berputar di kepala Maryam lalu ia berkata kepada
Jibril:
"Maryam berkata:
Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang
tidak pernah seorang manusia
pun menyentuhku dan aku bukan (pula)
seorang penzina!" (QS.
Maryam: 20)
Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu
berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar
dapat Kami menjadikannya
suatu tanda bagi manusia sebagai rahmat dari
Kami; dan hal itu adalah
suatu perkara yang sudah diputuskan."' (QS.
Maryam: 21)
Maryam menerima
kalimat-kalimat Jibril. Tidakkah Jibril berkata kepadanya
bahawa ini adalah perintah
Allah SWT dan segala sesuatu yang
diperintahkan-Nya pasti akan
terlaksana. Kemudian, mengapa ia harus (ketika)
melahirkan tanpa disentuh
oleh seorang manusia pun. Bukankah Allah SWT
menciptakan Nabi Adam tanpa
seorang ayah dan seorang ibu? Sebelum
diciptakannya Nabi Adam
tidak ada lelaki dan wanita. Hawa diciptakan dari
Nabi Adam dan ia pun
diciptakan dari laki-laki, tanpa perempuan.
Biasanya manusia diciptakan
melalui pasangan laki-laki dan perempuan;
biasanya ia memiliki ayah
dan ibu, tetapi mukjizat terjadi ketika Allah SWT
menginginkannya untuk
terjadi. Kemudian Jibril meneruskan pembicaraannya:
"Sesungguhnya Allah
menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang
putera yang diciptakan)
dengan kalimat (yang datang) dari- Nya, namanya
al-Masih Isa putera Maryam,
seorang yang terkemuka di dunia dan di akhirat
dan termasuk orang-orang
yang didekatkan (kepada Allah), dan dia
berbicara dengan manusia
dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia
termasuk di antara
orang-orang yang soleh." (QS. Ali 'Imran: 45-46)
Kehairanan Maryam semakin
bertambah. Betapa tidak, sebelum mengandung
anak itu di perutnya ia
telah mengetahui namanya. Bahkan ia mengetahui
bahawa anaknya itu akan
berbicara dengan manusia saat ia masih kecil.
Sebelum Maryam menggerakkan
lisannya untuk melontarkan pertanyaan lain,
Jibril mengangkat tangannya
dan mengerahkan udara ke arah Maryam.
Kemudian datanglah hembusan
udara yang bercahaya yang belum pernah di
lihat sebelumnya oleh
Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam dan
memenuhinya. Tak sempat
Maryam melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril
yang suci telah pergi tanpa
meninggalkan suara.
Udara yang dingin telah
bergerak dan Maryam pun tampak menggigil. Maryam
segera kembali ke mihrabnya.
Ia menutup pintu mihrab dan ia tenggelam
dalam solat yang khusyuk dan
ia pun menangis. Maryam merasakan
kegembiraan, kebingungan dan
kegoncangan serta kedamaian yang dalam.
Kini, Maryam tidak lagi
sendirian. Sejak Jibril meninggalkannya, ia merasakan
bahawa ia tidak lagi
sendirian. Ia menggerakkan tangannya yang dipenuhi
dengan cahaya, kemudian
cahaya ini berubah di dalam perutnya menjadi anak,
seorang anak yang akan
menjadi kalimat Allah SWT dan roh-Nya yang
diletakkan pada Maryam.
Ketika anak itu besar, ia akan menjadi seorang rasul
dan nabi yang ajarannya
dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.
Maryam di malam itu tidur
dengan nyenyak dan ia bangun di waktu Subuh.
Belum lama ia membuka kedua
matanya sehingga ia dibuat terkejut ketika
melihat mihrab dipenuhi
dengan buah-buahan yang sebenarnya tidak lagi
musim. Maryam heran melihat
hal itu. Ia mulai mengingat apa yang telah
terjadi padanya kelmarin,
yaitu bagaimana kejadian saat menyiram pohon
mawar, bagaimana
pertemuannya dengan malaikat Jibril, bagaimana Allah
SWT meniupkan kalimat-Nya
padanya, bagaimana ia kembali ke mihrab, dan
bagaimana tidurnya yang
nyenyak. Maryam berkata kepada dirinya sambil
melihat buah-buahan yang
banyak: Apakah aku akan memakan sendirian
buah-buahan ini. Kemudian
ada suara dalam dirinya yang berkata: "Engkau
tidak lagi sendirian wahai
Maryam. Kini, engkau bersama Isa. Engkau harus
makan dengan baik. Dan
Maryam mulai makan.
Lalu berlalulah hari demi
hari. Kandungan Maryam berbeza dengan kandungan
umumnya wanita. Ia tidak
merasakan sakit dan tidak merasa berat; ia tidak
merasakan sesuatu telah
bertambah padanya dan perutnya tidak membuncit
seperti umumnya wanita.
Alhasil, kehamilan yang dialaminya dipenuhi dengan
nikmat yang baik. Datanglah
bulan yang ke sembilan. Ada
sebahagian ulama
yang mengatakan bahawa
Maryam tidak mengandung Isa selama sembilan
bulan, tetapi ia
melahirkannya secara langsung sebagai mukjizat.
Pada suatu hari, Maryam
keluar ke suatu tempat yang jauh. Ia merasa bahawa
sesuatu akan terjadi hari
itu. Tetapi ia tidak mengetahui hakikat sesuatu itu.
Kakinya membimbingnya untuk
menuju tempat yang dipenuhi dengan pohon
kurma. Tempat itu tidak
biasa dikunjungi oleh seseorang pun kerana saking
jauhnya; tempat yang tidak diketahui
oleh seseorang pun kecuali Maryam.
Tak seorang pun yang
mengetahui Maryam bahawa sedang hamil dan ia akan
melahirkan. Mihrab yang
menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup.
Orang-orang mengetahui
bahawa Maryam sedang sibuk beribadah dan tidak ada
seorang pun yang
mendekatinya. Maryam duduk beristirahat di bawah pohon
kurma yang besar dan tinggi.
Maryam mulai merasakan sakit pada dirinya, dan
rasa sakit tersebut semakin
terasa. Akhirnya, Maryam melahirkan:
"Maka rasa sakit akan
melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal
pohon kurma, ia berkata:
'Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini,
dan aku menjadi sesuatu yang
tidak berarti, lagi dilupakan." (QS. Maryam: 23)
Rasa sakit saat melahirkan
anak yang dialami wanita suci ini menimbulkan
penderitaan-penderitaan lain
yang segera menantinya. Bagaimana manusia
akan menyambut anaknya ini?
Apa yang mereka katakan tentangnya? Bukankah
mereka mengetahui bahawa ia
adalah wanita yang masih perawan? Bagaimana
seorang gadis perawan bisa
melahirkan? Apakah manusia akan membenarkan
Maryam yang melahirkan anak
itu tanpa ada seseorang pun yang
menyentuhnya? Kemudian
pandangan-pandangan keraguan mulai
menyelimutinya. Maryam
berfikir bagaimana reaksi manusia kepadanya dan
bagaimana perkataan mereka
terhadapnya sehingga hatinya dipenuhi dengan
kesedihan. Belum lama Maryam
membayangkan dan meminta agar ia dimatikan
dan dilupakan, tiba-tiba
anak yang baru lahir itu memanggilnya:
"Janganlah kamu
bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan
anak sungai di bawahmu. Dan
goyanglah pangkal pohon kurma itu ke
arahmu, nescaya pohon itu
akan mengugurkan buah kurma yang masak
kepadamu makan, minum dan
bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat
seorang manusia, maka
katakanlah: 'Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan Yang
Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara
dengan seorang manusia pun
pada hari ini.'" (QS. Maryam: 24-26)
Maryam melihat al-Masih yang
tampan wajahnya. Wajahnya tidak
kemerah-merahan dan
rambutnya tidak keriting seperti anak-anak yang lahir di
saat itu, tetapi ia berkulit
lembut dan putih. Anak itu diselimuti dengan
kesucian dan kasih sayang;
anak itu berbicara kepada Maryam agar ia
menghilangkan kesedihannya
dan meminta padanya agar menggoyangkan
batang-batang pohon kurma
supaya jatuh darinya sebahagian buahnya yang
lazat dan Maryam dapat
memakan dan meminum darinya sehingga hatinya pun
penuh dengan kedamaian serta
kegembiraan dan tidak berfikir tentang sesuatu
pun. Jika Maryam melihat
atau menemui manusia, maka hendaklah ia berkata
kepada mereka bahawa ia
bernazar kepada Allah SWT untuk berpuasa dan
tidak berbicara kepada
seseorang pun.
Maryam melihat al-Masih
dengan penuh kecintaan. Anak itu baru dilahirkan
beberapa saat tetapi ia
langsung memikul tanggung jawab ibunya di atas
pundaknya. Selanjutnya, ia
akan memikul penderitaan orang-orang fakir.
Maryam melihat bahawa wajah
anak itu menyiratkan tanda yang sangat aneh.
Yaitu tanda yang
mengisyaratkan bahawa ia datang ke dunia bukan untuk
mengambil darinya sesuatu,
tetapi untuk memberinya segala sesuatu. Maryam
menghulurkan tangannya ke
pohon kurma yang besar. Belum lama ia
menyentuh batangnya hingga
jatuhlah darinya buah kurma yang masih muda
dan lazat. Maryam makan dan
minum dan kemudian ia memangku anaknya
dengan penuh kasih sayang.
Saat itu, Maryam merasakan
kegoncangan yang hebat. Silih-berganti
ketenangan dan kegelisahan
menghampirinya. Segala fikirannya tertuju pada
satu hal, yaitu Isa. Ia
bertanya-tanya dalam dirinya: Bagaimana orang-orang
Yahudi akan menyambutnya,
apa yang akan mereka katakan tentangnya, apa
yang akan mereka katakan
terhadap Maryam, apakah para pendeta dan para
pembesar Yahudi percaya
bahawa Maryam melahirkan seorang anak tanpa
disentuh oleh seseorang pun?
Bukankah mereka terbiasa hidup dengan suasana
pencurian dan penipuan?
Apakah seseorang di antara mereka akan percaya -
padahal ia jauh dari langit
- bahawa langit telah memberinya seseorang anak.
Akhirnya, masa pengasingan
Maryam telah berakhir dan Maryam harus kembali
ke kaumnya. Maryam kembali
dan waktu menunjukkan Ashar. Pasar besar yang
terletak di jalan yang
dilalui Maryam menuju masjid dipenuhi dengan manusia.
Mereka sibuk dengan
jual-beli. Mereka duduk berbincang-bincang sambil
minum anggur. Belum lama
Maryam melewati pasar itu sehingga manusia
melihatnya membawa seorang
anak kecil yang didakapnya. Salah seorang
bertanya: "Bukankah ini
Maryam yang masih perawan? Lalu, anak siapa yang
dibawanya itu?" Seorang
yang mabuk berkata: "Itu adalah anaknya." Mari kita
dengar cerita apa yang akan
disampaikannya. Akhirnya, orang-orang Yahudi
mulai "mengepung"
dengan berbagai macam pertanyaan: "Anak siapa ini wahai
Maryam, mengapa engkau tidak
mengembalikannya, apakah itu memang
anakmu, bagaimana engkau
datang dengan membawa seorang anak sedangkan
engkau adalah gadis yang
masih perawan?"
"Hai saudara perempuan
Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang
jahat dan ibumu sekali-kali
bukanlah seorang penzina." (QS. Maryam: 28)
Maryam dituduh melakukan
pelacuran. Mereka menyerang Maryam tanpa
terlebih dahulu mendengarkan
sanggahannya atau mengadakan penelitian atau
membuktikan bahawa perkataan
mereka memang benar. Maryam dicerca
sana-sini dan ia diingatkan,
bahawa bukankah ia seseorang yang tumbuh dari
rumah yang baik dan bukanlah
ibunya seorang pelacur? Lalu mengapa semua ini
terjadi padanya? Menghadapi
semua tuduhan itu, Maryam tampak tenang dan
tetap menunjukkan
kebaikannya. Wajahnya dipenuhi dengan cahaya
keyakinan. Ketika pertanyaan
semakin menjadi-jadi dan keadaan semakin
sulit, maka Maryam
menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia menunjuk ke
arah anaknya dengan
tangannya. Maryam menunjuk Isa.
Orang-orang yang ada di situ
tampak kebingungan. Mereka memahami bahawa
Maryam berpuasa dari
berbicara dan meminta kepada mereka agar bertanya
kepada anak itu. Para pembesar Yahudi bertanya: "Bagaimana mereka
akan
melontarkan pertanyaan
kepada seorang anak kecil yang baru lahir beberapa
hari? Apakah anak itu akan
berbicara di buaiannya" Mereka berkata kepada
Maryam:
"Bagaimana kami akan
berbicara dengan anak kecil yang masih dalam
ayunan?" (QS. Maryam:
29)
Berkata Isa:
"Sesungguhnya aku ini
hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (injil) dan Dia
menjadikan aku seorang nabi.
Dan Dia menjadikan aku seorang yang
diberkati di mana saja aku
berada, dan Dia memerintahkan kepadaku
(mendirikan) solat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti
kepada ibuku, dan Dia tidak
menjadikanku seorang yang sombong lagi
celaka. Dan kesejahteraan
semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku
dilahirkan, pada hari aku
meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali. " (QS. Maryam:
30-33)
Belum sampai Isa menuntaskan
pembicaraannya sehingga wajah-wajah para
pendeta dari kalangan Yahudi
dan para uskup tampak pucat. Mereka
menyaksikan mukjizat terjadi
di depan mereka secara langsung. Anak kecil itu
berbicara di buaiannya; anak
kecil yang datang tanpa seorang ayah; anak kecil
yang mengatakan bahawa Allah
SWT telah memberinya al-Kitab dan
menjadikannya seorang Nabi.
Ini berarti bahawa kekuasaan mereka sebentar
lagi akan hancur. Setiap
orang dari mereka akan menjadi tidak berarti ketika
anak kecil itu dewasa. Tak
seorang pun di antara mereka yang dapat "menjual
pengampunan" kepada
manusia atau menghakimi mereka melalui penyataan
bahawa ia adalah wakil dari
langit yang turun di bumi. Atau pernyataan,
bahawa hanya dia yang
mengetahui syariat.
Para pendeta Yahudi merasa akan terjadi suatu tragedi
keperibadian yang akan
datang kepada mereka dengan
kelahiran anak kecil ini. Kedatangan al-Masih
berarti mengembalikan
manusia kepada penyembahan semata-mata kepada
Allah SWT. Ini berarti
menghapus agama Yahudi yang sekarang mereka yakini.
Perbezaan antara ajaran-
ajaran Musa dan tindakan-tindakan orang-orang
Yahudi menyerupai perbezaan
antara bintang-bintang di langit dan
lumpur-lumpur di jalan. Para pendeta Yahudi menyembunyikan kisah kelahiran
Isa dan bagaimana ia
berbicara di masa buaian. Mereka justru menuduh
Maryam yang masih perawan
dengan kebohongan yang besar. Mereka menuduh
Maryam melakukan pelacuran,
padahal mereka menyaksikan sendiri mukjizat
pembicaraan anaknya di masa
buaian.
Mula-mula cerita tentang itu
mereka sembunyikan untuk beberapa saat.
Meskipun demikian, berita
tentang kelahiran Isa sampai ke Hakim Romawi,
yaitu Heradus. Ia memimpin
orang-orang Palestina dan orang- orang Yahudi
dengan kekuatan pedang. Ia
menakut-nakuti mereka dengan menumpahkan
darah serta banyaknya
mata-mata yang dimilikinya. Pada suatu hari, ia duduk
di istananya dan meminum
anggur. Lalu ia mendengar berita yang samar
tentang kelahiran seseorang
anak tanpa ayah; seorang anak yang dikatakan ia
mampu berbicara saat masih
di buaian, lalu ia menyampaikan pembicaraan
yang menjurus pada ancaman
terhadap kekuasaan Romawi. Kemudian
bergetarlah kursi yang ada
di bawah tubuh Heradus. Ia memerintahkan untuk
diadakan suatu pertemuan
mendadak yang dihadiri oleh para pengawalnya dan
para mata-matanya. Pertemuan
itu pun terlaksana. Heradus duduk dengan
wajahnya yang hitam
mengkilat, lalu ia memutarkan pandangannya ke arah
mata-matanya dan bertanya:
"Bagaimana berita anak kecil yang berbicara di
buaiannya?"
Salah seorang kepala
mata-mata berkata: "Tampak bahawa masalahnya tidak
benar. Kami telah mendengar
isu-isu sekitar anak kecil yang mereka katakan
bahawa ia membuat mukjizat
dengan berbicara saat ia masih belia. Lalu saya
mengutus anak buahku untuk
mencari kebenaran berita itu, tetapi mereka
tidak menemukannya. Jelas
bagi kami, bahawa berita itu dilebih-lebihkan."
Kemudian salah satu anggota
mata-mata raja berkata: "Aku telah mendapatkan
bukti yang terpercaya bahawa
tiga orang dari orang-orang Majusi datang di
balik suatu bintang yang
mereka lihat menyala di suatu langit dan bintang
tersebut mengisyaratkan
kelahiran anak kecil yang membawa mukjizat, yaitu
anak kecil yang akan
menyelamatkan kaumnya." Hakim berkata: "Bagaimana ia
dapat menyelamatkan kaumnya
dan kaum siapa yang diselamatkannya?" Salah
seorang mata-mata berkata:
"Anak buahku tidak mengetahuinya kerana
orang-orang pandai dari
Majusi itu pergi dan tak seorang pun menemukan
mereka."
Hakim berkata:
"Bagaimana mereka dapat pergi dan bersembunyi lalu
bagaimana cerita anak kecil
ini? Apakah di sana
ada persekongkolan untuk
menentang Romawi?"
Hakim melompat dari tempat duduknya ketika ia
menyebut Romawi, dan ia
mulai berbicara dengan keadaan emosi: "Aku
menginginkan kepala tiga
orang yang cerdik itu dan aku juga menginginkan
kepala anak kecil itu. Dan
aku menginginkan informasi yang lengkap. Sungguh
masalah ini semakin samar
hai orang-orang yang bodoh." Lalu kepala
mata-mata berkata:
"Barangkali ini hanya mimpi yang dibayangkan orang-orang
Yahudi bahawa mereka
melihatnya." Hakim berkata: "Sungguh kepala-kepala
kalian semua akan terbang
lebih cepat dari merpati jika kalian tidak
mendatangkan cerita secara
lengkap tentang anak ini. Kebingungan dan
kekacauan apa yang aku
rasakan! Pergilah kalian dari sini."
Anak buah Heradus dan para
mata-mata pergi, sedangkan ia masih duduk
memikirkan masalah tersebut.
Tampaknya masalah itu sangat
menggelisahkannya. Ia tidak
peduli dengan kedatangan agama baru kepada
manusia tetapi yang difikirkannya
adalah kekuasaan Romawi yang ia menjadi
simbolnya. Kemudian Heradus
menetapkan untuk memanggil pemuka orang
Yahudi dan bertanya
kepadanya tentang masalah ini. Para
pengawalnya yang
khusus memanggil orang
Yahudi itu. Tidak beberapa lama orang Yahudi itu ada
di depan hakim. Heradus
berkata: "Aku ingin berbicara kepadamu tentang
suatu masalah yang sangat
menggelisahkanku." Pendeta Yahudi itu berkata:
"Aku ingin mengabdi
kepadamu."
Heradus berkata: "Aku
mendengar berita-berita yang saling berlawanan
tentang anak kecil yang bisa
berbicara di masa buaiannya dan ia mengatakan
bahawa ia akan menyelamatkan
kaumnya. Maka bagaimana berita yang
sebenarnya tentang
itu?" Pendeta itu berkata - dan ia merasa bahawa
pertanyaan itu sepertinya
berupa jebakan yang tidak diketahuinya secara
pasti: "Apakah tuan
yang mulia peduli dengan agama Yahudi?" Heradus berkata
dalam keadaan emosi:
"Aku tidak peduli sedikit pun selain kekuasaan Romawi.
Jawablah pertanyaanku wahai
pendeta." Pendeta Yahudi itu telah melihat Isa
berbicara di buaiannya. Ia
memahami bahawa seandainya ia mengatakan itu,
maka ia akan mendapatkan
penderitaan pada dirinya, maka ia lebih memilih
sedikit berbohong. Ia
berkata kepada Heradus bahawa ia mendengar cerita itu
tetapi ia meragukannya.
Heradus berkata:
"Apakah benar agama kalian berbicara tentang kedatangan
seorang penyelamat bagi
rakyat kalian?" Pendeta berkata: "Ini benar wahai
tuan yang mulai."
Heradus berkata: "Apakah kalian mengetahui ini adalah
persekongkolan menentang
keamanan kerajaan Romawi? Apakah kalian
menyedari ini adalah bentuk
pengkhianatan?" Pendeta berkata: "Aku harap
tuan membiarkan aku
meluruskan suatu pemikiran yang sederhana. Berita
tentang hal itu adalah
berita yang kuno. Berita ini diyakini ketika rakyat
menjadi tawanan di Bebel sejak
ratusan tahun."
Heradus berkata:
"Apakah memang di sana
ada yang membenarkan berita ini?
Sekarang, apakah kamu secara
peribadi membenarkannya? Apakah engkau
melihat anak kecil itu yang
mereka katakan bahawa ia dilahirkan tanpa
seorang ayah?" Pendeta
itu berkata: "Apakah ada seorang yang percaya wahai
tuan yang mulia jika
dikatakan ada seorang anak yang lahir tanpa seorang
ayah. Ini adalah mimpi
rakyat biasa."
Heradus berkata: "Tidak
ada sesuatu yang mengusir tidur dari mata seorang
penguasa selain mimpi-mimpi
rakyat. Pergilah wahai pendeta dan jika engkau
mendengar berita-berita,
maka sampaikanlah kepadaku sebelum engkau
sampaikan kepada
isterimu." Belum lama pendeta itu pergi sehingga Heradus
berfikir, bagaimana
seandainya pendeta itu berbohong. Ia menangkap benang
kebohongan pada kedua
matanya. Ia mengetahui kebohongan ini kerana ia
sendiri sangat pandai
berbohong. Kemudian bagaimana cerita tiga orang cerdik
yang mereka mengikuti
bintang? Apakah di sana
terdapat persekongkolan
menentang Romawi yang tidak
diketahuinya?
Heradus berteriak di
tengah-tengah pengawalnya dan memerintahkan mereka
untuk menangkap semua orang
yang mendengar cerita ini atau ia akan melihat
akibatnya. Mula-mula dia
memerintahkan untuk mencari gadis perawan yang
melahirkan anak itu dan
membunuh setiap anak yang lahir di saat itu.
Sementara itu, Maryam keluar
dari Palestina menuju ke Mesir. Sebelumnya,
pada suatu malam, datanglah
kepadanya seseorang yang belum pernah
dilihatnya dan orang itu
menyampaikan salam kepadanya serta menyerukannya
dan sambil berkata:
"Bawalah anakmu wahai Maryam dan keluarlah menuju
Mesir." Dengan nada
ketakutan Maryam bertanya, "Mengapa? Bagaimana aku
keluar menuju ke Mesir; dan
bagaimana aku bisa mengenali jalan?" Orang asing
itu menjawab,
"Keluarlah engkau nescaya Allah SWT akan melindungimu.
Sesungguhnya Hakim Romawi
mencari anakmu dan ingin membunuhmu."
Maryam bertanya: "Kapan
aku keluar?" Orang asing itu menjawab: "Sekarang
juga. Janganlah engkau
khawatir sedikit pun kerana engkau keluar bersama
seorang Nabi yang mulia.
Semua nabi diusir oleh kaumnya dari negeri mereka
dan rumah mereka.
Demikianlah hukum kehidupan. Kejahatan selalu berusaha
untuk menyingkirkan kebaikan
tetapi pada akhirnya, kebaikan akan kembali
menduduki singgahsananya.
Keluarlah wahai Maryam." Akhirnya, Maryam pun
pergi menuju ke Mesir.
Maryam melalui gurun Saina' bersama suatu kafilah
yang menuju Mesir. Maryam
berjalan membawa Isa di jalan yang sama yang
pernah dilalui Nabi Musa di
mana ditampakkan kepada Nabi Musa api yang suci
dan beliau dipanggil dari
sisi thur al-Aiman. Setelah melalui perjalanan yang
jauh dan melelahkan, Maryam
sampai di Mesir. Mesir yang dipenuhi dengan
kebaikan, kemuliaan,
kebudayaan klasik serta cuacanya yang stabil mempakan
tempat yang terbaik untuk
pertumbuhan Isa as.
Al-Masih tumbuh dan
berkembang serta menjalani masa kecilnya di Mesir.
Kemudian datanglah kepada
Maryam orang asing yang telah memerintahkannya
untuk meninggalkan
Palestina. Kali ini, ia memerintahkannya untuk kembali ke
Palestina. Orang asing itu
berkata kepadanya: "Raja yang lalim telah mati,
maka kembalilah bersama
anakmu wahai Maryam. Telah datang kesempatan
emas bagi Isa untuk
menduduki singgahsananya. Isa akan menjadi penyayang
orang-orang fakir dan
orang-orang yang benar. Kembalilah wahai Maryam."
Maryam pun kembali. Dalam
perjalanan Maryam melalui banyak mata air di
sungai Jordania.
Isa pun tumbuh menjadi
dewasa dan mencapai masa mudanya. Isa keluar dari
rumahnya dan menuju tempat
penyembahan kaum Yahudi. Saat itu bertepatan
dengan hari Sabtu. Di sana tidak ada satu rumah
pun dari rumah kaum Yahudi
yang dapat menyalakan api
atau memadamkannya pada hari Sabtu, atau
mengambil buah di hari itu.
Dilarang bagi seorang wanita untuk membikin
adunan roti atau seseorang
anak kecil mencuci anjingnya. Nabi Musa telah
memerintahkan untuk
menghormati hari Sabtu dan hanya mengkhususkanya
untuk beribadah kepada Allah
SWT.
Terdapat hikmah di balik
penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu
menjadi hari yang sangat
disucikan di kalangan orang-orang Yahudi. Mereka
melaksanakannya dengan
berbagai macam tradisi dan mereka mencurahkan
segala konsentrasi mereka
untuk menjaga hari Sabtu dan tidak
meremehkannya. Sebab, mereka
meyakini bahawa hari Sabtu adalah hari yang
dijaga dari langit sebelum
Allah menciptakan manusia sebagaimana mereka
percaya bahawa Bani Israil
telah diberikan pilihan kepada satu jalur saja, yaitu
menjaga hari Sabtu. Mereka
bangga kerana mereka dapat menjaganya
meskipun hal itu menyebabkan
mereka kalah di kancah peperangan atau
mereka tertawan di tangan
musuh. Bahkan saking ketatnya mereka
mempertahankan kehormatan
hari Sabtu sampai- sampai mereka
menambah-nambahi berbagai
macam larangan di hari Sabtu. Majlis kaum
Yahudi menetapkan ratusan
larangan yang tidak boleh dilakukan di hari Sabtu,
seseorang dilarang untuk
memakai gigi palsu di hari Sabtu. Seorang yang sakit
dilarang untuk memakai
perban atau memakai minyak di tempat yang sakit
pada hari Sabtu atau
memanggil doktor. Dilarang pula di hari Sabtu untuk
menulis dua huruf abjad;
dilarang juga untuk mempertahankan diri pada hari
Sabtu; dilarang untuk panen
dan belajar di hari Sabtu. Kemudian, berpergian
di hari Sabtu diharuskan
untuk tidak lebih dari dua ribu ela. Dilarang juga di
hari Sabtu untuk membawa
sesuatu ke luar rumah.
Jadi, banyaknya syariat,
hukum serta larangan-larangan biasanya diikuti
dengan banyaknya keburukan
atau paling tidak membantu terciptanya
keburukan. Setiap timbul
suatu larangan, maka timbul bersamanya cara untuk
menghindar darinya.
Demikianlah, kehidupan kaum Yahudi dipenuhi dengan
kemunafikan yang luar biasa
di mana secara lahiriah mereka menampakkan
penghormatan terhadap hari
Sabtu, tetapi secara batiniah mereka berusaha
menodai kehormatan dengan
berbagai macam cara.
Meskipun kelompok Farisiun
bertanggungjawab terhadap tugas pelaksanaan
syariat dan mengawasinya
dengan banyak mendapatkan jaminan-jaminan,
maka kita akan melihat
bahawa mereka siap untuk menciptakan berbagai
rekayasa dan tipu daya yang
memungkinkan mereka untuk menghindar dari
hukum-hukum syariat di saat yang
tepat. Saat yang tepat adalah saat di mana
syariat-syariat tersebut
bertentangan dengan kepentingan peribadi mereka
atau dapat menjadi
penghalang bagi mereka untuk mendapatkan mata
pencarian yang haram yang
sudah siap masuk pada kantung mereka. Misalnya,
terdapat kaedah syariat yang
menetapkan perjalanan pada hari Sabtu tidak
boleh melebihi dua ribu ela.
Namun orang-orang Farisiun mengadakan walimah
di mana mereka mengundang
orang-orang untuk menghadiri acara tersebut
pada hari Sabtu, padahal
tempat diadakannya acara itu berjarak lebih dari dua
ribu ela dari rumah mereka.
Lalu, bagaimana mereka dapat melaksanakan hal
tersebut? Sangat mudah
sekali. Mereka meletakkan pada sore hari Sabtu
sebahagian makanan yang
berjarak dua ribu ela dari rumah mereka lalu setelah
itu mereka mendirikan suatu
tempat tinggal di mana mereka dapat berjalan
setelahnya dan menempuh dua
ribu ela yang lain. Dari sini mereka dapat
menambah jarak yang mereka
inginkan. Begitu juga agar mereka menghindar
dari larangan membawa
sesuatu ke luar rumah pada hari Sabtu, maka mereka
membuat tipu daya yang lain.
Yaitu mereka mendirikan gerbang-gerbang pintu
dan jendela di berbagai
jalan sehingga seluruh kota
seperti rumah besar yang
dimungkinkan bagi mereka
untuk membawa segala sesuatu dan bergerak di
dalamnya.
Contoh lain yang menunjukkan
bagaimana orang-orang Yahudi mempermainkan
syariat sedangkan mereka
mengklaim menjaganya adalah, bahawa syariat Musa
menetapkan agar seorang anak
menginfaki kedua orang tuanya saat mereka
menginjak usia tua dan
memerlukannya. Tetapi kaum Farisiun memberikan
kesempatan kepada anak-anak
untuk lari dan menghindar dari tanggung jawab
ini dengan suatu tipu daya
yang sederhana. Ketika seorang anak dituntut oleh
kedua orang tuanya untuk
memberi nafkah, maka ia pergi ke para pendeta dan
bersepakat kepada mereka
untuk mewakafkan semua hartanya dan
kekayaannya kepada haikal,
yaitu tempat sembahan kaum Yahudi. Saat itu
kedua orang tuanya tidak
mampu mengambil sesuatu pun darinya. Ketika
mereka berdua telah putus
asa dan tidak lagi menuntut padanya untuk
memberi nafkah, maka semua
harta kekayaannya akan dikembalikan
kepadanya oleh para pendeta,
dengan catatan hendaklah ia memberikan
bahagian tertentu dari
hartanya kepada para pendeta itu. Demikianlah yang
terdapat dalam Injil Mata.
Di tengah-tengah suasana
kebodohan pemikiran yang luar biasa ini, juga
terdapat sikap keras kepala
dan kejumudan berfikir yang mengelilingi kaum
Yahudi. Terdapat tujuh
tingkat kesucian dan dua puluh enam solat yang harus
mereka lakukan saat mereka
membasuh tangan sebelum memakan makanan,
namun mereka menganggap
bahawa meniadakan pembacaan solat-solat
sebagai bentuk pembunuhan
terhadap jiwa dengan cara bunuh diri dan
tercegah dari kehidupan
abadi. Demikianlah kekerasan sikap masyarakat
Yahudi yang menunjukkan
bahawa moral mereka telah rosak dan dipenuhi
dengan kemunafikan yang
tiada taranya.
Sementara itu, Isa berjalan
menuju tempat beribadah. Orang-orang berjalan di
sekelilingnya. Mereka tampak
membanggakan pakaian- pakaian yang berwarna
dan berharga sedangkan Isa
berjalan dengan memakai baju putih dan
menampakkan kezuhudannya.
Rambut Isa tampak lembut yang mencapai kedua
bahunya dan tampak ia basah
terkena air awan yang menurunkan gerimis.
Kemudian kedua kakinya
berjalan di atas tanah sehingga tanah itu dipenuhi
dengan bau harum yang tidak
diketahui sumbernya. Baju yang dipakai oleh Isa
terbuat dari bulu domba yang
sangat sederhana dan kasar. Meskipun hari itu
hari Sabtu, Isa memetik buah
di suatu kebun dan mengambil dua buah yang
beliau berikan kepada anak
kecil yang fakir dan lapar. Tindakan semacam ini
menurut kepercayaan Yahudi
dianggap sebagai tindakan yang menentang
agama Yahudi.
Isa mengetahui bahawa
menjalankan agama yang hakiki bukan terletak pada
ketaatan luaran sementara
hati jauh dari sikap rendah diri. Oleh kerana itu,
Isa mencabut buah dan
memberikan makan kepada manusia pada hari Sabtu.
Beliau menyalakan api untuk
wanita-wanita tua sehingga mereka tidak mati
kedinginan.
Isa sering mengunjungi
tempat sesembahan orang Yahudi. Isa berdiri di
dalamnya dan mengamati para
pendeta dan manusia yang hilir mudik di
sekitarnya. Sesampainya Isa
di tempat sembahan, ia berdiri di dalamnya. Isa
mengamat-amati apa yang ada
di dalamnya. Dinding-dinding tempat beribadah
itu terbuat dari kayu gaharu
yang memiliki bau yang harum. Di samping itu,
terdapat kelambu-kelambu
yang terbuat dari kain-kain yang mengagumkan
yang dicampur dengan emas.
Juga terdapat lampu-lampu yang terhulur dari
atap dan juga ada
lilin-lilin yang memenuhi ruangan dengan cahaya. Meskipun
demikian, kegelapan
menyelimuti hati orang- orang yang ada di situ.
Nabi Isa berdiri cukup lama
di tempat penyembahan itu. Setiap kali ia
memutarkan wajahnya, ia
mendapati para pendeta di sana.
Terdapat dua
puluh ribu pendeta.
Nama-nama mereka tercatat dalam haikal. Mereka adalah
kaum Waliyun yang memakai
saku-saku yang besar yang di dalamnya ada
kitab-kitab syariat.
Sedangkan kaum Farisiun, mereka memakai pakaian yang
lebar yang sisi-sisinya
tertenun dengan emas. Mereka adalah pembantu haikal
yang resmi dengan memakai
baju-baju mereka yang putih. Adapun kaum
Shaduqiyun adalah kelompok
para pendeta aristokrat yang bersekutu dengan
penguasa di mana mereka
memperoleh kekayaan melalui persekutuan ini. Nabi
Isa memperhatikan bahawa
jumlah pengunjung haikalita lebih sedikit daripada
jumlah para pendeta dan para
tokoh agama. Tempat penyembahan itu
dipenuhi dengan kambing dan
merpati yang dibeli oleh para pengunjung
tempat penyembahan itu.
Mereka menyerahkannya sebagai korban kepada
Allah. Yaitu korban yang disembelih
di dalam tempat persembahan di atas
tempat penyembelihan.
Alhasil setiap langkah yang diayunkan oleh para
pejalan di tempat
penyembahan itu akan menghasilkan wang.
Di tempat penyembahan Yahudi
itulah tersingkap hakikat kehidupan kaum
Yahudi. Nilai satu-satunya
yang disembah oleh manusia di zaman itu adalah
wang. Jadi, kemewahan materi
atau kekayaan adalah nilai satu-satunya yang
kerananya manusia akan
bergulat satu sama lain. Dalam hal itu, tidak ada
perbezaan antara tokoh-tokoh
pembawa ajaran syariat dengan
manusia-manusia biasa. Kaum
Shaduqiyun dan kaum Farisiun bekerja sama di
antara mereka di dalam
haikal itu seakan-akan mereka di dalam suatu pasar di
mana mereka memanfaatkannya
untuk diri mereka dengan terus mencari
korban-korban di dalamnya.
Sering kali kaum Shaduqiyun dan Farisiun
berseteru dalam persoalan
syariat dan hukum. Demikian juga, mereka
berseteru dalam menentukan
korban yang harus mereka raih di haikal itu.
Kaum Farisiun berpendapat
bahawa haiwan-haiwan korban itu harus dibeli dari
harta haikal sedangkan kaum
Shaduqiyun menganggap bahawa harta dari haikal
adalah hak mereka. Oleh
kerana itu, mereka menganggap bahawa haiwan
korban itu harus dibeli
dengan jumlah tersendiri. Begitu juga kaum Farisiun
mewajibkan untuk membakar
haiwan yang disembelih di atas tempat
penyembahan, sedangkan kaum
Shaduqiyun mereka mengambil haiwan
sembelihan ini untuk diri
mereka sendiri.
Di dalam Talmud disebutkan
bahawa kaum Shaduqiyun menjual merpati di
toko-toko mereka yang mereka
miliki. Mereka sengaja memperbanyak
kesempatan-kesempatan yang
diharuskan di dalamnya untuk mengorbankan
burung-burung merpati
sehingga harga seekor burung merpati saja mencapai
beberapa Dinar. Melihat hal
itu, salah satu tokoh Farisiun yaitu Sam'an bin
Amlail mengeluarkan fatwa yang
intinya mengurangi kesempatan-kesempatan
yang diharuskan di dalamnya
seseorang menyerahkan merpati sebagai korban.
Setelah itu, harga burung
cuma mencapai seperempat Dinar. Pergelutan antara
kedua kelompok itu
mendatangkan pukulan berat bagi pemilik toko yang
menyimpan burung merpati
terutama anak-anak dari kepala pendeta.
Nabi Isa memperhatikan apa
yang terjadi di sekelilingnya; Nabi Isa melihat
kaum fakir yang tidak mampu
membeli haiwan korban sehingga mereka tidak
mampu berkorban; Nabi Isa
melihat bagaimana para pendeta memperlakukan
mereka dan memangsa mereka
seperti serigala yang buas. Nabi Isa berfikir di
dalam dirinya, mengapa
binatang-binatang itu mereka bakar lalu dagingnya
menjadi asap di udara,
padahal di sana
terdapat ribuan kaum fakir yang mati
kelaparan? Mengapa mereka
mengira bahawa Allah SWT redha ketika tempat
penyembelihan dilumuri
dengan darah, lalu haiwan korban itu dibawa ke
rumah-rumah para pendeta dan
toko-toko mereka untuk dijual? Mengapa
orang-orang fakir banyak
berhutang dan mengeluarkan banyak wang untuk
membeli binatang-binatang
korban? Mengapa binatang-binatang korban itu
harus dimiliki dan hanya
dirawat oleh para pendeta lalu apa yang mereka
lakukan dengan wang-wang
ini? Lalu, di manakah tempat orang-orang fakir di
haikal itu? Bukankah hal
yang aneh ketika seseorang memasuki rumah dengan
keharusan membawa wang?
Nabi Isa pergi dari tempat
penyembahan itu dan ia meninggalkan kota
menuju
gunung. Dada Nabi Isa
dipenuhi dengan kecemburuan yang suci terhadap yang
Maha Benar. Wajahnya tampak
semakin pucat ketika melihat berbagai macam
kejahatan memenuhi dunia.
Nabi Isa berdiri di atas sebuah bukit dan beliau
mulai melakukan solat.
Titisan-titisan air mata mulai berlinang dari pipinya
dan jatuh ke bumi. Nabi Isa
mulai merenung dan menangis. Di sana
terdapat
bunga yang nyaris mati
kerana kehausan lalu ketika ia mendapatkan titisan air
mata al-Masih, maka bunga
itu mekar kembali dan mendapatkan kehidupan.
Titisan air mata al-Masih
menyelamatkannya, sebagaimana beliau akan
menyelamatkan manusia dengan
dakwahnya. Di malam yang penuh berkah ini
pula, dua orang Nabi yang
mulia meninggalkan bumi, yaitu Nabi Yahya dan
Nabi Zakaria. Kedua Nabi itu
dibunuh oleh penguasa. Sejak kepergian mereka
berdua, bumi kehilangan
banyak dari kebaikan. Pada malam itu juga, turunlah
wahyu kepada Isa bin Maryam.
Allah SWT memutuskan perintah- Nya agar ia
memulai dakwahnya.
Nabi Isa menutup lembaran
halus dari kehidupannya yaitu lembaran yang
penuh dengan tafakur dan
ibadah. Beliau memulai perjalanannya yang berat
dan penuh tantangan serta
penderitaan: beliau mulai berdakwah di jalan Allah
SWT; beliau mulai membangun
kerajaan yang tegak berdasarkan kerendahan
hati dan cinta. Kerajaan
yang penguasanya bertujuan untuk membebaskan dan
menyucikan roh. Kerajaan
yang memancarkan sikap rendah diri dan cinta. Nabi
Isa ingin menyelamatkan
rohani. Ajaran Nabi Isa berdasarkan keimanan
terhadap hari kiamat dan
kebangkitan. Nilai-nilai dan pemikiran tersebut tidak
ditemukan dalam kehidupan
orang-orang Yahudi.
Syariat Musa menetapkan
pemberlakuan hukum qisas: barang siapa yang
memukulmu di pipi sebelah
kananmu, maka pukullah pipi sebelah kanannya.
Lalu bagaimanakah
orang-orang Yahudi menerapkan hukum qisas tersebut? Jika
yang dipukul mampu untuk
menghancurkan rumah orang yang memukul, maka
ia tidak perlu merasa puas
hanya sekadar memukul pipi sebelah kanannya,
mamun jika ia tidak mampu,
maka hendaklah ia memukul pipi sebelah
kanannya. Namun boleh jadi
hatinya dipenuhi dengan dendam kerana ia tidak
dapat menghancurkan
rumahnya.
Jadi, kebencian adalah
pelabuhan tempat bersinggahnya syariat Musa.
Meskipun beliau adalah
seorang Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi yang
besar namun syariatnya kini
berada di bawah kekuasaan hati-hati yang mati,
yaitu hati-hati yang penuh
dengan dendam dan kebencian. Lalu, apa yang
dilakukan Nabi Isa terhadap
semua ini? Allah SWT telah mengutusnya dan
memperkuat Taurat yang
dibawa oleh Musa sebagaimana Allah SWT
menurunkannya kepada Musa.
Jadi, seorang nabi tidak menghancurkan tugas
nabi sebelumnya. Para nabi
bagaikan satu mata rantai yang tujuannya adalah
satu, yaitu menciptakan
kesucian dan mempertahankan kebenaran serta
mengesakan Allah SWT.
Kemudian apa yang dilakukan
Nabi Isa terhadap syariat qisas tersebut? Yang
jelas, tindakan yang
dilakukan oleh Nabi Isa murni dari ilham yang didapatinya
dari Allah SWT. Nabi Isa
mengembalikan kaum kepada tujuan asli dari syariat.
Nabi Isa mengembalikan
mereka kepada hikmah syariat yang asli. Nabi Isa
mengembalikan mereka kepada
cinta. Nabi Isa tidak mengatakan sesuatu pun
kepada orang yang memukul
pipi sebelah kanannya. Nabi Isa tidak berusaha
untuk memukul pipi sebelah
kanannya. Al-Masih justru akan membalikkan pipi
sebelah kirinya. Inilah
syariat Nabi Isa yang tidak berbeza sedikit pun dengan
syariat Nabi Musa. Ia
merupakan kedalaman yang mengagumkan dari
kedalaman syariat Nabi Musa.
Nabi Isa ingin menetapkan kepada kaum di
sekelilinginya tentang
sesuatu yang penting. Nabi Isa ingin memberitahu
mereka bahawa syariat bukan
mengajari kalian untuk meletakkan dendam
pada diri kalian lalu kalian
memukul lawan kalian. Syariat yang hakiki adalah,
hendaklah kalian menebar
kasih sayang, pemaaf, dan cinta.
Terdapat banyak
binatang-binatang buas di hutan. Binatang-binatang itu
mencintai diri mereka
sendiri. Mereka bermusuhan dan saling membunuh demi
makanan dan minuman. Mereka
memberikan makan kepada anak- anaknya.
Perbezaan antara manusia dan
binatang adalah perbezaan pada tingkat cinta.
Haiwan tidak akan mampu
melampaui darjat cintanya kepada makhluk yang
lain. Atau dengan kata lain,
haiwan tidak dapat membagi cintanya kepada
jenis yang lain. Sedangkan
manusia mampu melakukan hal itu. Di situlah
manusia mampu dapat mencapai
kemuliaannya dan kemanusiaannya. Al-Masih
memberitahu kaumnya bahawa
manusia tidak akan menjadi manusia sempurna
kecuali setelah ia mencintai
orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
"Aku mendengar bahawa
dikatakan, hendaklah engkau mencintai orang yang
dekat denganmu dan membenci
musuhmu, sedangkan aku berkata kepada
kalian, cintailah musuh
kalian dan doakanlah orang yang melaknati kalian.
Berbuat baiklah kepada
pembenci kalian dan solatlah untuk orang-orang
berbuat buruk kepada
kalian." (Injil Mata).
Dakwah Nabi Isa datang dan
menghapus syariat Nabi Musa dalam bentuk
luaran. Jika kita berusaha
membandingkan dua syariat tersebut dalam bentuk
yang sederhana, maka pada
hakikat-nya dakwah Nabi Isa bertujuan untuk
menghapus bidaah yang
dilakukan oleh kaum Farisiun dan Shaduqiun terhadap
syariat Nabi Musa dan
menunjukkan hakikat syariat ini dan tujuan-tujuannya
yang tinggi. Di
tengah-tengah masa materialisme yang sangat luar biasa dan
dunia dipenuhi dengan
penyembahan terhadap emas dan tersebarnya berbagai
macam kejahatan, muncullah
dakwah al-Masih sebagai reaksi ideal yang
menunjukkan ketinggian dan
kesucian. Al-Masih mengetahui bahawa ia
mengajak manusia untuk
menciptakan perilaku ideal dalam kehidupan;
Al-Masih menyedari bahawa
dakwahnya penuh dengan idealisme tetapi
idealisme ini sendiri pada
saat yang sama merupakan solusi satu-satunya untuk
mengubati kehidupan dari
kesengsaraan dan penyakit-penyakit menular;
Al-Masih mengetahui bahawa
tidak semua manusia tidak mampu untuk
mencapai puncak yang
diisyaratkannya. Tetapi paling tidak, hendaklah setiap
orang berusaha sedikit
mendaki sehingga ia selamat.
Dakwah Nabi Isa terdiri dari
kesudian yang mengagumkan; dakwah Nabi Isa
bertujuan untuk
menyelamatkan roh atau dakwah yang dapat dianggap sebagai
pedoman perilaku individu,
bukan suatu sistem perincian-perincian tersebut
dan hanya memfokuskan kepada
sumber utama, yaitu roh. Isa ingin
menghidupkan rohani manusia
dan membimbingnya untuk mencapai cahaya
Sang Pencipta. Oleh kerana
itu, Isa datang dengan didukung oleh Ruhul kudus.
Ruhul kudus adalah Jibril.
Kita tidak mengetahui bagaimana Allah SWT
memperkuat Isa dengan Roh
Kudus: apakah Jibril menemaninya dan
menyertainya sepanjang
pengutusannya? Jibril turun kepada nabi untuk
menyampaikan risalah atau
membawa mukjizat atau justru mendatangkan
hukuman atas kaumnya, tetapi
ia tidak bersama mereka sepanjang waktu. Oleh
kerana itu, apakah memang
Jibril menemani Isa sehingga beliau diangkat ke
langit?
Hampir saja hati menjadi
tenang dengan tafsiran ini kerana dalam kehidupan
Nabi Isa terdapat sisi-sisi
malaikat di mana beliau mempunyai kemampuan yang
luar biasa yang berupa
mukjizat-mukjizat. Bahkan kemampuan beliau sampai
pada batas menghidupkan
orang-orang mati dengan izin Allah SWT. Begitu
juga, beliau memiliki
kemampuan yang luar biasa di mana beliau dengan hanya
meniupkan pada suatu tanah,
maka tanah itu terbentuk menjadi burung dan ia
terbang dengan izin Allah
SWT. Selain itu, Nabi Isa sama sekali tidak mendekati
wanita sepanjang hidupnya
sehingga beliau diangkat oleh Allah SWT. Beliau
tidak menikah. Ini juga
sifat malaikat di mana kita saksikan bahawa sebahagian
para nabi yang diutus oleh
Allah SWT dan memiliki beberapa wanita bahkan
kitab-kitab Yahudi
menyebutkan bahawa jumlah isteri- isteri nabi mereka
Sulaiman misalnya, mencapai
seribu wanita.
Isa hidup dalam keadaan
tenggelam dalam ibadah seperti anak dari bibinya,
yaitu Yahya. Jika Yahya
khusyuk beribadah dan tinggal di gunung dan gurun
bahkan dia menginap di gua,
maka hal itu adalah hal yang alami baginya,
sedangkan Isa hidup justru
di tengah-tengah masyarakat kota.
Persoalannya
adalah, bukan hanya Isa
tidak terkait hubungan dengan seorang wanita dan
bukan hanya
mukjizat-mukjizat yang diperolehnya yang luar biasa yang
berhubungan dengan roh,
tetapi yang lebih dari itu adalah, bahawa beliau
didukung oleh Ruhul kudus
sepanjang masa dakwahnya. Tentu itu adalah
nikmat yang tak seorang pun
dari para nabi sebelumnya diberi. Allah SWT
berfirman:
"(Ingatlah), ketika
Allah mengatakan: 'Hai Isa putera Maryam, ingatlah
nikmat-Ku kepadamu dan
kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu
dengan roh kudus. Kamu dapat
berbicara dengan manusia di waktu masih
dalam buaian dan sesudah
dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar
kamu menulis, hikmah,
Taurat, dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu
membentuk dari tanah (suatu
bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku,
kemudian kamu meniup
padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang
sebenarnya) dengan
seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan
orang yang buta sejak dalam
kandungan ibu dan orang yang berpenyakit
sopak dengan seizin-Ku, dan
(ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang
mati dari kubur (menjadi
hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu
Aku menghalangi Bani Israil
(dari keinginan mereka membunuh kamu) di
kala kamu mengemukakan
kepada mereka keterangan- keterangan yang
nyata, lalu orang-orang kafir
di antara mereka berkata: 'Ini tidak lain hanya
sihir yang nyata.' Dan
(ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa
yang setia: 'Berimanlah
kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab:
'Kami telah beriman dan
saksikanlah (wahai rasul) bahawa sesungguhnya
kami adalah orang- orang
yang patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah:
110-111)
Ayat-ayat tersebut
menyebutkan lima mukjizat Nabi Isa. Pertama, bahawa
beliau mampu berbicara
dengan manusia saat beliau masih di buaian. Kedua,
beliau diajari Taurat dan
Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa telah
tersembunyi dan telah
mengalami perubahan yang dilakukan oleh orang-orang
cerdik dari kaum Yahudi.
Ketiga, beliau membentuk tanah seperti burung
kemudian meniupkannya lalu
tanah itu menjadi burung. Keempat, beliau
mampu menghidupkan
orang-orang yang mati. Kelima, beliau mampu
menyembuhkan orang yang buta
dan orang yang belang. Terdapat mukjizat
yang keenam yang disebutkan
dalam Al-Quran al-Karim:
"(Ingatlah), ketika
pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putera Maryam,
bersediakah Tuhanmu
menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa
menjawab: 'Bertakwalah
kepada Allah jika betul- betul kamu orang yang
beriman.' Mereka berkata:
'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya
tenteram hati kami dan supaya
kami yakin bahawa kamu telah berkata
benar kepada kami, dan kami
menjadi orang-orang yang menyaksikan
hidangan itu.' Isa putera
Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah
kiranya kepada kami suatu
hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan
menjadi hari raya bagi kami
yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan
yang datang sesudah kami,
dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri
rezekilah kami dan Engkaulah
Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah
berfirman: 'Sesungguhnya Aku
akan menurunkan hidangan itu kepadamu,
barang siapa yang kafir di
antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka
sesungguhnya Aku akan
menyeksanya dengan seksaan yang tidak pernah
Aku timpakan kepada seorang
pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah:
112-115)
Mukjizat yang keenam itu
adalah turunnya makanan dari langit kerana
permintaan Hawariyin. Juga
terdapat mukjizat yang ke tujuh yang terdapat
surah Ali 'Imran yaitu
beliau diberi kemampuan melihat hal-hal yang ghaib
melalui panca inderanya
meskipun beliau tidak menyaksikannya secara
langsung. Oleh kerana itu,
beliau memberitahu kepada sahabat-sahabatnya
dan murid-muridnya apa yang
mereka makan dan apa yang mereka simpan di
rumah-rumah mereka:
"Dan aku khabarkan
kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu
simpan di rumahmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu
tanda (kebenaran
kerasulanku) bagimu, jika kamu benar-benar beriman. "
(QS. Ali 'Imran:: 49)
Inilah mukjizat Nabi Isa
yang ke tujuh yang didahului oleh mukjizat
kelahirannya yang sangat
mengagumkan. Beliau lahir tanpa seorang ayah, lalu
diikuti mukjizat berikutnya
di mana beliau diangkat dari bumi ke langit ketika
penguasa yang lalim berusaha
menyalibnya. Barangkali pembaca akan
bertanya-tanya: mengapa
mukjizat-mukjizat seperti ini diperoleh oleh Nabi
Isa? Kita mengetahui bahawa
mukjizat adalah hal yang luar biasa yang Allah
SWT berikan kepada nabi-Nya.
Tetapi pemberian itu menjadi sempurna jika
mukjizat itu disesuaikan
dengan keadaan zaman diutusnya nabi tersebut
sehingga mukjizat itu sangat
berpengaruh dalam jiwa kaum dan mampu
menggoncangkan hati mereka
dan menjadikan mereka beriman kepada pemilik
mukjizat ini. Jadi, mukjizat
menjadi suatu hal yang luar biasa. Oleh kerana itu,
Allah SWT berkehendak agar
mukjizat ini sesuai dengan zaman diutusnya nabi
tersebut.
Jadi, setiap mukjizat yang
dibawa oleh rasul selalu berlain-lainan. Nabi Saleh
diutus di tengah-tengah kaum
yang melihat bagaimana seekor unta yang
melahirkan dari gunung atau
mampu membelah batu-batuan gunung.
Sedangkan Nabi Musa diutus
di tengah-tengah kaum yang gemar memainkan
sihir sehingga sihir
mendapat tempat istimewa. Oleh kerana itu, mukjizat yang
dibawa oleh Nabi Musa bentuk
lahirnya seakan-akan menyerupai sihir, tetapi
pada hakikatnya ia justru
menjatuhkan sihir. Mukjizat itu berupa tongkat yang
menjadi ular dan kemudian
ular itu memakan tongkat-tongkat para tukang
sihir.
Lain halnya dengan Nabi Isa,
beliau diutus di tengah-tengah kaum materialis
yang mengingkari roh dan
hari kebangkitan. Mereka menduga bahawa manusia
hanya sekadar tubuh tanpa
roh. Mereka adalah kaum yang meyakini bahawa
darah makhluk adalah rohnya
atau jiwanya. Taurat yang ada di tangan Yahudi
menyebutkan bahawa tafsir
an-Nafst adalah darah. Disebutkan di dalamnya:
"Janganlah engkau
memakan darah dari tubuh manusia kerana jiwa setiap
tubuh adalah darahnya.
"
Nabi Isa diutus di
tengah-tengah kaum yang mereka disesatkan oleh falsafah
yang dasarnya mengatakan
bahawa penciptaan alam memiliki sumber pertama,
seperti sebab dari akibat.
Jadi, alam memiliki wujud yang mendahuluinya. Di
tengah-tengah masa yang
materialis ini, di mana roh diingkari, maka secara
logik mukjizat Nabi Isa
terkait dengan usaha menunjukkan alam rohani.
Demikianlah Isa dilahirkan
tanpa seorang ayah. Mukjizat ini cukup untuk
membungkam kaum yang
mengatakan bahawa alam memiliki sumber pertama.
Jelas bahawa alam tidak
memiliki wujud yang mendahuluinya. Kita berada di
hadapan Sang Pencipta yang
mengadakan sistem bagi segala sesuatu dan
menjadikan sebab bagi segala
sesuatu. Dia menjadikan proses kelahiran anak
berasal dari hubungan
laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini sendiri
menciptakan sebab-sebab dan
sebab-sebab itu tunduk kepadanya sedangkan
Dia tidak tunduk kepada
sebab-sebab itu. Dengan kehendak- Nya yang bebas,
Dia mampu memerintahkan
kelahiran anak tanpa melalui ayah sehingga anak
itu lahir. Dan, kelahiran
Isa pun terjadi tanpa seorang ayah. Cukup ditiupkan
roh kepadanya:
"Lalu Kami tiupkan ke
dalamnya (tubuhnya) roh dari Kami dan Kami jadikan
dia dan anaknya tanda
(kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. "
(QS. al-Anbiya': 91)
Kelahiran Isa membawa
mukjizat yang luar biasa yang menegaskan dua hal:
pertama, kebebasan kehendak
Ilahi dan ketidak terkaitannya dengan sebab
kerana Dia adalah Pencipta
sebab-sebab, kedua pentingnya roh dan
menjelaskan kedudukannya
serta nilainya di antara kaum yang hanya
mementingkan fizik sehingga
mereka mengingkari roh. Seandainya kita
mengamati sebahagian besar
mukjizat Nabi Isa, maka kita akan melihatnya dan
mendukung pandangan
tersebut. Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang mampu
membentuk tanah seperti
burung lalu beliau meniupkannya sehingga tanah itu
menjadi burung. Mukjizat ini
pun menguatkan adanya roh. Semula ia berupa
tanah yang bersifat fizik
yang tidak dapat disifati dengan kehidupan tetapi
ketika Nabi Isa meniupnya,
maka segenggam tanah itu menjadi burung yang
memiliki kehidupan, Sungguh
sesuatu yang bukan fizik masuk ke dalamnya.
Sesuatu itu adalah roh. Roh
itu masuk ke dalam tanah sehingga ia menjadi
burung. Jadi, roh adalah
nilai yang hakiki, bukan jasad atau fizik. Di samping
itu, juga ada mukjizat
menghidupkan orang-orang yang mati. Bukankah ini juga
menunjukkan adanya roh dan
adanya hari akhir atau hari kebangkitan. Orang
yang mati telah ditelan oleh
bumi di mana anggota tubuhnya telah hancur
berantakan sehingga ia
hampir menjadi tulang-belulang yang hancur lalu
al-Masih memanggilnya dan
tiba-tiba dia hidup kembali dan bangkit dari
kematiannya.
Seandainya orang yang mati
hanya berupa fizik sebagaimana dikatakan
orang-orang Yahudi, maka ia
tidak akan mampu bangkit dari kematiannya
kerana fiziknya telah hancur
tetapi mayat itu mampu bangkit dari kematian.
Jayanya kembali hidup dan ia
bangkit dari kuburannya serta berbicara. Jadi,
roh adalah nilai yang
hakiki. bukan fizik atau jasad. Kalau begitu, di sana
terdapat hari kebangkitan
dan hari kiamat. Hal ini bukanlah mustahil
sebagaimana yang dikatakan
orang-orang Yahudi, kerana setelah kematian
jasad menjadi tanah yang
berterbangan di udara. Itu bukan mustahil tetapi
mungkin-mungkin saja. Dalil
dari hal itu adalah, kebangkitan orang-orang yang
telah mati di hadapan mata
kepala mereka sendiri. Nabi Isa telah
menghidupkan mereka agar
kaumnya yakin bahawa kiamat fizik akan terjadi
dari kematian dan itu adalah
benar dan bahawa hari akhir adalah benar.
Juga terdapat mukjizat yang
lain, yaitu beliau mampu memberi tahu kaumnya
tentang apa yang mereka
simpan di rumah-rumah mereka, tanpa terlebih
dahulu beliau masuk ke rumah
mereka atau dapat bocoran dari seseorang.
Mukjizat ini menetapkan
bahawa panca indera bukanlah nilai yang hakiki. Nabi
Isa tidak melihat apa yang
ada di rumah mereka tetapi rohnya mampu untuk
melihat dan berbicara atau
memberitahu mereka. Jadi, rohani adalah nilai
yang hakiki, bukan fizik.
Demikianlah mukjizat-mukjizat Isa datang untuk
memberitahukan pentingnya
roh dan kebebasan kehendak Ilahi.
Mukjizat-mukjizat Nabi Isa -
sebagaimana dikatakan oleh guru kami Muhammad
Abu Zahra' - termasuk dari
jenis propagandanya dan sesuai dengan tujuan
risalahnya, yaitu dakwah
untuk mendidik rohani dan keimanan kepada hari
kebangkitan dan hari
kemudian, dan di sana ada kehidupan lain di mana
seseorang yang berbuat baik
akan dibalas kebaikannya dan orang yang berbuat
buruk akan dibalas
keburukannya.
Lalu, apakah mukjizat
menghidupkan orang-orang yang mati masih
memberikan celah kepada para
pengingkaran akhirat untuk terus
mengingkarinya atau
memberikan ruangan kepada penentang hari kebangkitan
untuk meneruskan
penentangannya? Kami telah mengatakan bahawa
orang-orang Yahudi telah
diracuni dengan fikiran ketidakpercayaan atau
penentangan pada hari
akhirat serta tidak beriman kepada hari akhir, maka
menghidupkan orang-orang
yang mati yang dibawa atau dikuasai oleh Isa
menjadi suatu pukulan telak
bagi mereka yang membuat mereka beriman,
tetapi mereka masih
menentang tanda-tanda kebesaran Allah.
Nabi Isa menutup lembaran
kehidupannya yang lembut dan ia mulai berdakwah
di jalan Allah. Beliau
didukung oleh Ruhul kudus dan mukjizat-mukjizat yang
luar biasa. Al-Quran
al-Karim menceritakan kepada kita bahawa esensi dakwah
al-Masih tidak banyak
berubah dari esensi dakwah para nabi sebelumnya, yaitu
menyuarakan Islam yang
intinya adalah menebarkan tauhid yang sempurna
hanya serta menyerahkan diri
kepada Allah: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan
Tuhan kalian."
Al-Quran memberitahu kita bahawa
yang mengatakan kalimat tersebut adalah
Isa. Kalimat tersebut adalah
kalimat yang sama yang pernah disampaikan
seluruh nabi, meskipun nama
mereka, sifat mereka, mukjizat mereka, baju
mereka, bahasa mereka, usia
mereka, bentuk mereka, dan warna kulit mereka
tidak sama. Mereka semua
bersepakat untuk menyuarakan Islam dan hanya
menyerahkan diri kepada
Allah SWT serta beriman bahawa Allah SWT adalah
Tuhan mereka dan Tuhan alam
semesta. Tiada sekutu bagi-Nya dan tiada yang
setara dengan-Nya. Dia Maha
Esa yang tidak beranak dan tidak diperanakkan
dan tiada sesuatu pun yang
menyerupai-Nya.
Isa tidak mengatakan
persoalan tauhid lebih banyak atau lebih sedikit dari apa
yang pernah disampaikan oleh
para nabi. Al-Quran datang kira- kira setelah
lima ratus tahun dari pengangkatan Nabi Isa. Allah SWT,
melalui ilmu-Nya yang
azali mengetahui apa yang
terjadi di tengah- tengah kaum Masehi di mana
mereka berselisih tentang
hakikat Isa. Oleh kerana itu, Al-Quran al-Karim
berusaha menyingkap dialog
mereka yang belum terjadi. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika
Allah berfirman: 'Hai Isa putera Maryam, adakah kamu
mengatakan kepada manusia:
'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan
selain Allah?' Isa menjawab:
'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku
mengatakan apa yang bukan
hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakannya, maka tentulah
Engkau telah mengetahuinya. Engkau
mengetahui apa yang ada pada
diriku dan aku tidak mengetahui apa yang
ada pada diri Engkau.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang
ghaib. Aku tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang
Engkau perintahkan kepadaku
(mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah,
Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan
aku menjadi saksi terhadap mereka selama
aku berada di antara mereka.
Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah
yang mengawasi mereka. Dan
Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala
sesuatu.'" (QS.
al-Maidah: 116-117)
Al-Quran secara tegas
mengatakan bahawa dakwah al-Masih adalah dakwah
tauhid. Al-Quran ingin
mengatakan bahawa al-Masih terlepas dari segala
tuduhan yang dialamatkan
kepadanya, yaitu tuduhan bahawa ia anak Tuhan
atau ia justru tuhan itu
sendiri. "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka
kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu:
'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan
Tuhanmu."
Nabi Isa pergi berdakwah di
jalan Allah SMT. Inti dakwahnya adalah, bahawa
tidak ada perantara antara
Pencipta dan makhluk; tidak ada perantara antara
seorang penyembah dan yang
disembah. Allah SWT menurunkan kitab Injil
kepada Nabi Isa. Ia adalah
kitab suci yang datang untuk membenarkan Taurat
dan berusaha menghidupkan
syariatnya yang pertama. Injil adalah cahaya,
petunjuk, dan peringatan
bagi orang-orang yang bertakwa. Nabi Isa ingin
meluruskan tafsiran
orang-orang Yahudi terhadap syariat di mana mereka
menyampaikan tafsir dari
syariat itu secara harfiah dan sesuai dengan
kepentingan mereka. Nabi Isa
menenangkan orang-orang yang menjaga syariat
bahawa ia tidak datang untuk
menghilangkan syariat, tetapi ia datang untuk
menyempurnakannya dan menyelesaikan
tugas para nabi. Namun Isa lebih
menekankan pada penafsiran
esensinya, bukan kepada bentuk lahiriahnya.
Nabi Isa memberi pengertian
kepada orang-orang Yahudi bahawa sepuluh
wasiat yang dibawa oleh Isa
mengandung makna-makna yang lebih dalam dari
apa yang mereka bayangkan.
Wasiat yang keenam bukan hanya melarang
pembunuhan materi,
sebagaimana yang mereka fahami tetapi juga
menyangkut penindasan dan
usaha mencelakakan orang lain. Sedangkan wasiat
yang ke tujuh bukan hanya
melarang zina (dalam pengertian terjadinya
hubungan antara laki-laki
dengan perempuan melalui cara-cara yang tidak
sah), tetapi zina berarti
segala bentuk perbuatan yang menjurus kepada dosa.
Misalnya, ketika mata
diarahkan kepada lawan jenis disertai syahwat dan
hasrat seksual, maka itu pun
berarti zina. Nabi Isa berkata: "Sesungguhnya
lebih baik bagi manusia
untuk menghindarkan matanya dari sesuatu yang dapat
menghancurkannya daripada ia
harus hancur dengan mata itu sendiri. Syariat
yang dibawa oleh Isa
melarang untuk melanggar sumpah dan janji Nabi Isa
memberi pengertian kepada
kaumnya bahawa hendaklah mereka tidak
melakukan sumpah palsu
kerana merupakan
"kesalahan besar jika
nama Allah dibuat main-main di atas mulut-mulut
manusia." (Injil Mata
21 sampai 48).
Dakwah Nabi Isa juga
berbenturan dengan arus materialisme yang sangat
mendominasi masyarakat saat
itu. Oleh kerana itu, beliau mengingatkan
manusia dari perbuatan
munafik, pamrih, tamak, dan gila pujian. Begitu juga
beliau mengingatkan mereka
dari sifat rakus terhadap kekayaan dunia; beliau
mengingatkan agar jangan
sampai mereka menimbun harta di dunia. Yakni,
hendak lah mereka tidak
memfokuskan perhatian mereka pada urusan-urusan
duniawi semata yang sifatnya
tidak abadi. Tetapi hendaklah mereka
memfokuskan perhatian mereka
pada hal-hal yang bersifat samawi (ukhrawi)
kerana itu bersifat abadi.
Nabi Isa memberitahu kepada
masyarakatnya agar mereka menjadi
orang-orang yang teliti saat
memilih gaya
hidup mereka kerana pada gilirannya
akal mereka akan menjadi
cermin darinya. Kecenderungan manusia itu terkait
kuat dengan hatinya. Jika
hati tertuju kepada cahaya langit, maka kehidupan
manusia akan tampak bersinar
tetapi jika hati tertuju pada kegelapan dunia,
maka kehidupannya pun tampak
gelap. Nabi Isa mengingatkan kaumnya dari
sikap pamrih dan cinta
dunia. Beliau mengajak mereka untuk teliti dalam
memilih majikan yang mereka
mengabdi kepadanya kerana manusia tidak
dapat mengabdi kepada dua
majikan dalam satu waktu. Boleh jadi ia akan
menjadikan harta sebagai
majikannya, atau boleh jadi ia akan menjadikan
Allah SWT sebagai tuannya.
Jika ia menyembah harta, maka berarti ia jauh
dari penyembahan terhadap
Tuhannya. Oleh kerana itu, hendaklah manusia
menjauhi dunia, seperti
makanan dan pakaian di mana mereka akan dikuasai
oleh kegelisahan dan
ketidaktenangan serta keraguan tentang penjagaan Allah
SWT kepada mereka. Allah SWT
telah berjanji untuk memenuhi kebutuhan
hamba-hamba-Nya dalam
kehidupan. Ketika timbul kegelisahan dan keraguan
pada diri mereka, maka itu
dikeranakan keraguan mereka terhadap penjagaan
Allah SWT dan
ketidakpercayaan mereka kepada janji-janjinya dan rahmat-Nya
serta bimbingan-Nya. Allah
SWT lah yang menciptakan mereka dan Dia pula
yang menjamin kehidupan
mereka dan melindungi mereka. Bahkan Dia juga
melindungi makhluk yang
paling kecil urusannya seperti burung di langit dan
kumbang-kumbang di kebun.
Nabi Isa memberitahu kaumnya
bahawa hanya memperhatikan dunia adalah hal
yang salah, yang tidak
pantas dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Itu
adalah sikap para penyembah
berhala kerana penyembah berhala tidak
mengetahui apa yang lebih
baik darinya, sedangkan orang- orang yang
beragama mengetahui bahawa
di sana
terdapat bimbingan Ilahi yang mengajak
mereka untuk percaya kepada
Allah SWT dan tidak begitu peduli dengan dunia.
Allah SWT mengetahui
kebutuhan-kebutuhan mereka lebih daripada apa yang
mereka ketahui; Allah SWT
akan melindungi mereka dan akan menjamin
kehidupan mereka. kerana
itu, yang layak bagi mereka adalah, hendaklah
mereka memohon agar diberi
kekuasaan Allah SWT dan kebaikan dari-Nya.
Yakni kehidupan rohani dan
apa yang dikandungnya dari kebahagiaan abadi.
Di samping itu, Nabi Isa
menasihati mereka agar jangan terlalu pusing dengan
kejadian-kejadian yang akan
datang dan persoalan-persoalan esok hari kerana
esok hari sudah berjalan
sebagaimana mestinya. Jika kebutuhan dan
penderitaan datang silih
berganti, maka bantuan dan perlindungan Ilahi pun
terus datang silih berganti.
Dakwah Nabi Isa juga berbenturan dengan dualisme
yang tumbuh di tengah-tengah
masyarakat. Kita saksikan sebagaimana mereka
suka mendapatkan kebaikan
yang ditujukan kepada diri mereka, maka mereka
pun biasa untuk melakukan
kejahatan kepada orang-orang lain. Demikianlah,
kehidupan orang-orang Yahudi
dicemari sikap dualisme ini. Nabi Isa
mewasiatkan kepada manusia
agar mereka memperlakukan sesama mereka
sesuai dengan akidah yang
mengatakan: "Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau memperlakukan
dirimu sendiri"
Nabi Isa terus melangsungkan
dakwahnya dan mengajak manusia untuk
menyembah Allah SWT serta
tidak menyekutukan-Nya, sebagaimana beliau
juga mengajak manusia untuk
membersihkan rohani serta hati dan berusaha
memasuki kerajaan langit.
Dakwah Nabi Isa itu sangat memukul kalangan para
pendeta Yahudi.
Kalimat-kalimat yang dilontarkan Nabi Isa bagaikan senjata
yang siap menerpa wajah
mereka dan menyatakan peperangan terhadap
mereka serta menyingkap
kedok kemunafikan mereka. Mula-mula
pemerintahan Romawi tidak
turut campur dalam masalah tersebut kerana
mereka melihat bahawa itu
hanya sekadar perselisihan dalaman antara
kelompok-kelompok Yahudi.
Bagi mereka, selama orang-orang Yahudi sibuk
dengan masalah mereka
sendiri dan tidak peduli dengan kekuasaan, mereka
pun tidak turut campur.
Kemudian para pendeta Yahudi
mulai merancang suatu persekongkolan untuk
menyingkirkan Isa. Mereka
ingin mengusir Isa dan membuktikan bahawa Isa
datang untuk menghancurkan
syariat Musa. Syariat Musa memutuskan untuk
merejam wanita yang berzina.
Para pendeta Yahudi menghadirkan wanita yang
salah yang berhak direjam.
Mereka berkumpul di sekeliling Isa dan bertanya
kepadanya: "Tidakkah
syariat menetapkan untuk merejam wanita yang
bersalah?" Isa
menjawab: "Benar," Mereka berkata: "Ini adalah wanita yang
bersalah." Isa
memandang wanita itu dan ia pun melihat para pendeta Yahudi.
Isa mengetahui bahawa para
pendeta Yahudi lebih banyak kesalahannya
daripada wanita tersebut.
Para pendeta itu menunggu jawapan Isa. Jika ia
mengatakan bahawa wanita itu
tidak berhak dibunuh, maka berarti ia
menentang syariat Musa, dan
jika ia mengatakan bahawa ia berhak dibunuh,
maka ia justru menghancurkan
dirinya sendiri yang membawa syariat cinta dan
toleransi. Nabi Isa memahami
bahawa ini adalah persekongkolan. Beliau
tersenyum dan wajahnya
tampak bercahaya. Kemudian beliau melihat para
pendeta Yahudi dan wanita
itu sambil berkata: "Barang siapa di antara kalian
yang tidak memiliki
kesalahan, maka hendaklah ia merejam wanita itu."
Suara beliau yang keras itu
memecahkan keheningan tempat penyembahan.
Beliau menetapkan peraturan
baru yang berhubungan dengan hukum yang
dijatuhkan kepada orang yang
berbuat salah. Hendaklah orang yang tidak
berbuat salah menghukum
orang yang salah dan tidak berhak seseorang pun
dari kalangan manusia untuk
menghukum orang yang bersalah jika ia sendiri
bersalah, tetapi yang
menghukumnya adalah Allah SWT yang Maha Suci dan
Maha Tinggi dan Allah SWT
adalah Maha Pengasih di antara yang mengasihi.
Nabi Isa keluar dari tempat
penyembahan itu. Tiba-tiba, wanita itu mengejar
dari belakangnya. Lalu
wanita itu mengeluarkan dari pakaiannya satu botol
dari minyak yang berharga.
Ia berdiri di depan Isa dan menjatuhkan dirinya di
atas kedua kaki Isa lalu
menciumnya dan membasuhnya dengan minyak wangi
dan air mata. Setelah itu,
ia mengeringkan kedua kakinya dengan rambutnya.
Bagi wanita itu, al- Masih
mempakan harapan terakhir yang dapat
menyelamatkannya. Lalu
keluarlah dari belakang Isa seorang tokoh pendeta
Yahudi. Ia berdiri
menyaksikan pemandangan tersebut dan ia merasa kagum
terhadap kasih sayang Isa.
Isa melihat kepadanya dan bertanya; "Seorang
kreditor yang memiliki dua
orang debitor, salah satunya berhutang lima ratus
dinar dan yang lain lima puluh dinar."
Pendeta itu berkata: "Ya." Isa berkata:
"Tak seorang pun dari
mereka berdua yang memiliki wang yang cukup untuk
melunasi wangnya. Lalu si
kreditor memaafkan mereka dan membebaskan
mereka dari hutang."
Pendeta berkata: "Ya." Kemudian Isa bertanya: "Siapa di
antara mereka yang paling
senang kepada kreditor itu?" Pendeta menjawab:
"Tentu yang berhutang
lebih besar.'' Isa berkata: "Benar apa yang engkau
ucapkan. Lihatlah wanita
ini. Aku telah masuk ke rumahmu tetapi engkau tidak
memberikan kepadaku air agar
aku dapat membasuh wajahku, tetapi wanita
itu membasuh kedua kakiku
dengan air mata lalu ia mengusapnya dengan
rambut kepalanya. Begitu
juga engkau tidak memberikan ciuman kepadaku
tetapi wanita ini tidak
merasa puas dengan hanya mencium kedua kakiku. Jadi,
hatimu sungguh sangat keras
tetapi hati wanita itu dipenuhi dengan rasa cinta.
Maka barang siapa yang
banyak mencintai nescaya kesalahan-kesalahannya
akan diampun." Kemudian
Isa menoleh ke wanita itu dan memerintahkannya
untuk bangkit dari tanah
sambil berkata: "Ya Allah, ampunilah wanita ini dan
hilangkanlah
kesalahan-kesalahannya."
Nabi Isa berusaha
menyedarkan para pendeta Yahudi bahawa para dai yang
menyeru di jalan Allah SWT
bukanlah algojo yang bengis yang menerapkan
hukum syariat tanpa melihat
keadaan masyarakat yang bersalah, tetapi mereka
datang dan membawa ajaran
Allah SWT yang merupakan ajaran yang penuh
dengan rahmat kepada
manusia. Jadi, rahmat adalah tujuan semua dakwah
Ilahi ini. Bahkan diutusnya
para nabi itu sendiri mengandung rahmat Allah SWT
terhadap kaum mereka.
Isa terus berdoa kepada
Allah SWT agar merahmati kaumnya. Beliau menyuruh
kaumnya agar menyayangi diri
mereka sendiri dan beriman kepada Allah SWT.
Kehidupan Nabi Isa
menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam ibadah.
Mu'tamar bin Sulaiman
berkata, sebagaimana diriwayatkan Ibnu 'Asakir: "Nabi
Isa menemui kaumnya dengan
memakai pakaian dari wol. Beliau keluar dalam
keadaan tidak beralas kaki
sambil menangis serta wajahnya tampak pucat
kerana kelaparan dan bibimya
tampak kering kerana kehausan. Nabi Isa
berkata, "salam kepada
kalian wahai Bani Israil. Aku adalah seseorang yang
meletakkan dunia di tempatnya
sesuai dengan izin Allah SWT, tanpa
bermaksud membanggakan diri.
Apakah kalian mengetahui di mana rumahku?"
Mereka menjawab: "Di
mana rumahmu wahai Ruhullah?"
Nabi Isa menjawab:
"Rumahku adalah masjid, wewangianku adalah air
makananku adalah rasa lapar,
pelitaku adalah bulan di waktu malam dan
solatku di waktu musim
dingin di saat matahari terletak di timur, bungaku
adalah tanaman-tanaman bumi,
pakaianku terbuat dari wol, syiarku adalah
takut kepada Tuhan Yang Maha
Mulia, teman-temanku adalah orang-orang yang
fakir, orang-orang yang
sakit, dan orang-orang yang miskin. Aku memasuki
waktu pagi dan aku tidak
mendapati sesuatu pun di rumahku begitu juga aku
memasuki waktu sore dan aku
tidak menemukan sesuatu pun di rumahku. Aku
adalah seseorang yang jiwanya
bersih dan tidak tercemar. Maka siapakah yang
lebih kaya daripada
aku?"
Isa terus melakukan
dakwahnya. Ia didukung oleh mukjizat dari Allah SWT.
Nabi Isa mampu membuat
bentuk burung dari tanah kemudian ia meniupnya,
maka tanah itu menjadi
burung dengan izin Allah SWT. Selain itu, hujung
bajunya yang sederhana jika
tersentuh orang yang sakit, maka orang itu akan
sembuh. Bahkan jika Isa
meletakkan tangannya di atas mata orang yang buta
atau orang yang terkena
sakit belang nescaya ia akan sembuh. Jadi, Nabi Isa
didukung oleh mukjizat yang
luar biasa. Bahkan beliau mampu menghidupkan
orang-orang yang mati dari
kuburan mereka sehingga mereka keluar dalam
keadaan hidup dengan izin
Allah SWT.
Para ahli tafsir mengatakan
bahawa Nabi Isa menghidupkan empat orang.
Pertama, al-Azir yaitu
temannya. Kemudian dua orang anak laki-laki dari
seorang tua, dan seorang
anak perempuan satu-satunya dari seorang ibu.
Mereka adalah tiga orang
yang mati di zaman Nabi Isa. Ketika orang- orang
Yahudi melihat hal tersebut,
mereka berkata: "Engkau menghidupkan
orang-orang yang mati dan
kematian mereka tidak lama .Barangkali mereka
tidak mati tapi mereka
sekadar mengalami keadaan tidak sedarkan diri atau
mati suri. Lalu mereka
meminta kepada Nabi Isa untuk membangkitkan Sam bin
Nuh dari kematiannya.
Para ahli tafsir mengatakan bahawa Nabi Isa bertanya
kepada mereka, "Di
manakah kaum kuburan Sam bin
Nuh?" Mereka keluar bersama Isa sehingga
mereka mencapai kuburan.
Lalu Nabi Isa berdoa kepada Allah SWT agar
menghidupkan orang yang mati
di situ. Sam bin Nuh keluar dari kuburannya,
dan rambut dikepala-nya
tampak beruban. Isa berkata kepadanya: "Bagaimana
rambut di kepalamu bisa
beruban, sementara di zamanmu kau tidak. ada
uban," Sam berkata:
"Ya Ruhullah, aku mendengar engkau berdoa untukku lalu
aku mendengar suara yang
mengatakan, aku akan mengabulkan wahai
Ruhullah. Aku mengira bahawa
kiamat telah tiba. kerana takutnya kepada hal
itu sehingga rambut di
kepalaku beruban."
Apa pun yang dikatakan
berkaitan dengan cerita itu yang menyebutkan tentang
bagaimana Nabi Isa
menghidupkan orang-orang yang mati, namun kita tidak
mengetahui konteks Al-Qu'ran
serta perincian-perincian yang menjelaskan hal
tersebut. Allah SWT hanya
menyebutkan bahawa Isa menghidupkan
orang-orang yang mati dengan
izin-Nya. Kita percaya bahawa Nabi Isa mampu
menghidupkan mereka tetapi
kita tidak mengetahui apakah mereka mati
kembali setelah dihidupkan
atau mereka sempat menjalani kehidupan selama
beberapa saat. Nabi Isa
terus berjalan di jalan Allah SWT. Beliau membuat bagi
mereka apa yang disebut
dengan hukum roh. Beliau menaiki gunung dan para
sahabat- sahabatnya berdiri
di sekitarnya. Nabi Isa melihat orang-orang yang
beriman kepadanya yang
terdiri dari orang-orang yang fakir, orang-orang yang
menderita, dan orang- orang yang
sedih. Jumlah mereka sedikit sebagaimana
lazimnya jumlah para
pengikut nabi.
Gunung diliputi dengan awan
tipis dan turunlah hujan gerimis. Isa mulai
berbicara: "Sungguh
beruntung bagi orang-orang miskin kerana mereka
memiliki kerajaan langit.
Beruntunglah orang-orang yang sedih kerana mereka
akan menjadi orang-orang
yang mulia. Beruntunglah yang diserahi amanat
kerana mereka akan mewarisi
bumi. Beruntunglah orang- orang yang lapar dan
haus kerana mereka akan
dikenyangkan. Beruntunglah orang-orang yang
menyayangi kerana mereka
akan disayangi. Beruntunglah orang-orang yang
bersih hatinya kerana mereka
akan melihat Allah SWT. Beruntunglah
orang-orang yang tertindas
demi mempertahankan kebenaran kerana mereka
akan mendapatkan kerajaan
langit. Kalian adalah garam bumi jika garam telah
rosak, maka siapa gerangan
yang dapat mengembalikannya menjadi garam
kembali." Renungkanlah
kedalaman ungkapan dari Nabi Isa, "kalian adalah
garam bumi."
Garam adalah sesuatu yang
memberikan rasa yang khusus dan tanpa garam
makanan akan menjadi hambar.
Yakni, tanpa orang-orang mukmin, maka cita
rasa kehidupan terasa tidak
bermakna; tanpa kehadiran orang-orang Muslim
dan perbuatan mereka yang
ikhlas terhadap Allah SWT akan tampak kehidupan
sangat berat dan tidak
berarti. Di samping itu, kehadiran manusia sebagai
khalifah Allah SWT di muka
bumi pun sia-sia, dan keagungan manusia sebagai
hamba Allah SWT pun tidak
bermakna, dan pada gilirannya kehidupan akan
dipenuhi dengan kejahatan
dan keburukan.
Allah SWT teiah mewahyukan
kepada "garam bumi" agar mereka beriman
kepada Nabi Isa. Allah SWT
berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika
Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa yang
setia: 'Berimanlah kamu
kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka
menjawab: 'Kami telah
beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahawa
sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).'"
(QS. al-Maidah: 111)
Al-Hawariyin mengakui
kebenaran ajaran Nabi Isa dan mereka menyatakan
keislaman kepadanya,
sebagaimana ratu Saba' mengakui kebenaran
ajaran Nabi Sulaiman dan menyatakan keislaman padanya, dan sebagaimana semua
para nabi menyatakan keislaman. Hakikat ajaran para nabi terbatas kepada
pernyataan keislaman dan
semua nabi menyeru kepada jalan tauhid dan jalan
Islam. Islam dalam pandangan
kami memiliki makna yang lebih dalam daripada
tauhid. Pengakuan seseorang
terhadap Allah SWT dan keimanan akan
keesaan-Nya dalam
menciptakan makhluk tidak mencegah orang itu untuk
berbuat dosa, sedangkan
keislaman atau penyerahan hati dan anggota badan
serta pemikiran kepada Allah
SWT merupakan suatu tingkatan sedikit lebih
tinggi. Ini adalah tingkat
kepatuhan orang-orang yang patuh dan puncak
ketauhidan orang-orang yang
bertauhid. Itu adalah keserasian antara tindakan
dengan fikiran, yaitu usaha
manusia untuk menghindari kesalahan dan
memurnikan amal hanya untuk
Allah SWT. Al-Quran al- Karim memberitahu
kita bahawa Allah SWT
menyampaikan wahyu kepada al-Hawariyin agar mereka
beriman kepadanya dan kepada
Rasul-Nya Isa.
Marilah kita renungkanlah
sejenak tentang wahyu Allah SWT terhadap
Hawariyin. Kita mengetahui
bahawa Allah SWT mewahyukan kepada manusia
dan kepada makhluk-makhluk
lainnya. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah..." (QS. an-Nahl:68)
Yang dimaksud dengan wahyu
di sini adalah memberikan ilham kepada makhluk
agar mereka menuju ke jalan
fitrahnya yang telah Allah SWT gariskan di
atasnya sehingga mereka
mencapai jalan kesempurnaan. Tidakkah Anda ingat
tentang jawapan Nabi Musa
terhadap pertanyaan Fira'un:
"Fir'aun berkata: 'Siapakah
Tuhan kamu berdua wahai Musa. " (QS. Thaha:49)
"Musa berkata: 'Tuhan
kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada
tiap-tiap sesuatu bentuk
kejadiannya kemudian memberinya petunjuk. "
(QS. Thaha: 50)
Makna di sana dan di sini sama. Makna yang sama
tersebut diterapkan kepada
kaum Hawariyin di mana wahyu
Allah SWT terhadap mereka berupa pemberian
ilham kepada mereka demi
kebaikan mereka dan kebahagiaan mereka, dan
wahyu ini tidak bertentangan
dengan ikhtiar mereka dan usaha mereka serta
keinginan mereka, bahkan
tidak bertentangan dengan kebebasan mereka. Allah
SWT telah melihat hati
mereka yang dipenuhi dengan kebaikan. Dia melihat
mereka sebagai garam bumi,
maka Allah SWT mewahyukan kepada mereka
agar beriman kepadanya dan
rasul-Nya sehingga mereka pun beriman dan
mereka pun bersaksi bahawa
mereka orang-orang yang berserah diri atau
Muslim.
Tampaknya kaum Hawariyin
menyembunyikan keimanan mereka sehingga Isa
merasakan kekufuran kaumnya
semakin menjadi-jadi lalu Isa memanggil
mereka: "Siapakah di antara
kalian yang menolong aku menuju jalan Allah
SWT?" Allah SWT
berfirman:
"Maka tatkala Isa
mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkatalah
dia: 'Siapakah yang akan
menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan
(agama) Allah?' Para
Hawariyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: 'Kamilah
penolong-penolong (agama)
Allah. Kami beriman kepada Allah; dan
saksikanlah bahawa
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
menyerahkan diri. Ya Tuhan
kami, kami telah beriman kepada apa yang
telah Engkau turunkan dan
telah kami ikuti rasul, kerana itu masukkanlah
kami ke dalam golongan
orang- orang yang menjadi saksi.'" (QS. Ali 'Imran:
52-53)
Nas Al-Quran menunjukkan
bahawa Nabi Isa mengajak mereka untuk mengikuti
Islam sehingga mereka pun
berserah diri; nas Al-Quran menegaskan bahawa
Nabi Isa menyampaikan khabar
gembira dengan kedatangan seorang rasul yang
datang setelahnya yang
bernama Ahmad. Dikatakan dalam Al-Quran:
"Dan (ingatlah) ketika
Isa putera Maryam berkata: 'Hai Bani Israil,
sesungguhnya aku adalah utusan
Allah kepadamu, membenarkan kitab yang
turun sebelumku, yaitu
Taurat dan memberi khabar gembira dengan
(datangnya) seorang rasul
yang akan datang sesudahku, yang namanya
Ahmad (Muhammad).' Maka
tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan
membawa bukti-bukti yang
nyata, mereka berkata: 'Ini adalah sihir yang
nyata.'" (QS. Shaff: 6)
Kita tidak mengetahui secara
pasti kapan Nabi Isa menyampaikan khabar berita
tentang kedatangan seorang
rasul ini yang datang setelah masanya, yaitu
Ahmad saw. Apakah khabar
berita itu beliau sampaikan dipermulaan
pengutusannya kepada
manusia, atau apakah beliau menyampaikan khabar itu
pada akhir masa dakwahnya
dan sebelum beliau diangkat ke langit? Tetapi
melihat konteks Al-Quran
tampaknya khabar berita tersebut itu disampaikan di
permulaan dakwahnya,
sebagaimana firman-Nya: "Maka tatkala rasul itu datang
kepada mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'lni
adalah sihir yang
nyata.'"
Kata ganti (dhamir) dalam
ayat tersebut kembali kepada Nabi Isa. Ayat
tersebut menunjukkan bahawa
Nabi Isa menyampaikan khabar gembira dengan
datangnya Muhammad atau
Ahmad ketika Allah SWT mengutus kepada
kaumnya. Kemudian terjadilah
di hadapan Nabi Isa berbagai macam mukjizat
yang luar biasa seperti
penghidupan orang yang mati, peniupan tanah, dan
sebagainya. Ketika Nabi Isa
datang membawa bukti- bukti yang jelas ini, maka
mereka menuduhnya bahawa ia
membawa sihir. Nabi Isa mengetahui bahawa
tuduhan semacam ini telah
dialamatkan kepada sebahagian besar para nabi
sebelumnya. Beliau juga
mengetahui bahawa nabi yang terakhir pun akan
mendapatkan tuduhan yang
sama. Oleh kerana itu, nabi yang mulia itu tetap
berdakwah di jalan Allah SWT
dan tidak peduli dengan tuduhan kaumnya yang
mengatakan bahawa beliau
membawa sihir.
Kemudian pertentangan antara
Nabi Isa dan Bani Israil semakin meningkat.
Mereka adalah orang-orang
yang hatinya keras, yang membeku di hadapan
kebenaran. Isa datang kepada
mereka dan menghancurkan segala pemikiran
mereka dan kehidupan mereka
serta sistem mereka. Sesungguhnya dakwah
Nabi Isa terfokus kepada
kebenaran, kedamaian dan keadilan dan pada saat
yang sama mengumumkan
peperangan terhadap kehidupan orang-orang yang
lalim yang telah menjauhi
kebenaran. keadilan, dan kedamaian. Injil Mata
menyebutkan melalui lisan
Isa: "Janganlah kalian mengira bahawa aku
membawa kedamaian ke muka
bumi. Aku tidak datang hanya membawa
kedamaian tetapi aku datang
membawa pedang."
Kalimat tersebut menyiratkan
hakikat yang penting dari hakikat dakwah para
nabi. Para
nabi adalah pejuang sejati di mana senjata yang mereka gunakan di
medan peperangan beraneka ragam. tetapi mereka pada
hakikatnya adalah
pejuang. Mereka memulai
peperangan mereka dengan satu pemikiran yaitu
suatu tekad mengatakan
bahawa tiada Tuhan selain Allah SWT. Pemikiran itu
tentu berbenturan dengan
kepercayaan akan tuhan-tuhan yang diyakini oleh
manusia, baik tuhan-tuhan
yang terbuat dari emas atau batu. Pemikiran itu
sangat mengganggu ketenangan
orang-orang yang lalim atau penguasa yang
bengis serta sangat melawan kepentingan
mereka, sehingga para raja dan para
penguasa seperti biasanya
bergerak menentang nabi kecuali orang yang
mendapatkan petunjuk dari
Allah SWT. Para pembesar dari kalangan kaum
nabi
menentang nabi. Al-Mala'
adalah para pembesar sebagaimana telah kami
jelaskan dalam kisah Nabi
Nuh dan sesudahnya. Kemudian Nabi terus
melangsungkan peperangan
mewujudkan tekadnya: Nabi meletakkan dasar
peperangannya dengan
menyampaikan ketuhanan Allah SWT.
Setelah meneguhkan dasar
yang kuat ini, Nabi menetapkan keadilan. Tak
seorang pun berhak untuk
menghinakan seseorang atau menjadikannya sebagai
budak kerana penghambaan
hanya pantas ditujukan kepada Allah SWT. Manusia adalah sama di antara mereka
sehingga tidak berhak seseorang untuk
memanfaatkan kekuatan
manusia untuk membangun kejayaan peribadinya
atau untuk memperkaya
dirinya dengan merugikan orang lain, atau
menghancurkan hak-hak mereka
atau berbuat buruk terhadap mereka dalam
berbagai bentuknya. Jadi,
inti dakwah para nabi berarti mengganti dan
mengubah sistem yang rosak
yang didirikan oleh para pembesar kaumnya.
Kalau begitu, ia adalah
dakwah yang menyatakan peperangan dan kerana itu
seseorang nabi harus membawa
senjata. Setelah meneguhkan pemikiran
tersebut, dimulailah
peperangan. Seorang nabi menggunakan pedang. Ia
berlindung di balik senjata
dan senjata yang dimiliki oleh setiap nabi
berbeza-beza.
Mula-mula seorang nabi tidak
menggunakan senjata apa pun dalam
peperangannya selain
berusaha untuk membangkitkan akal. Lalu peperangan
semakin meningkat sehingga
nabi terpaksa untuk menggunakan senjata. Para
musuh memaksanya untuk
menggunakan senjata sehingga para nabi pun
menggunakan senjata. Di sini
setiap nabi mempunyai senjata yang
berbeza-beza. Terkadang
senjata seorang nabi berupa mukjizat yang dapat
menghentikan langkah dan
menghancurkan mereka seperti taufan (kisah Nabi
Nuh) atau angin (kisah Nabi
Hud), dan terkadang senjata para nabi adalah
mukjizat yang membantunya
untuk mengalahkan musuh-musuhnya secara pasti
seperti ditundukkannya jin
dan burung baginya (kisah Nabi Sulaiman) dan
senjata nabi berupa mukjizat
yang menyelamatkannya dari tipu daya musuh
seperti berubahnya api
menjadi sesuatu yang dingin dan membawa
keselamatan (kisah Nabi
Ibrahim) dan terkadang senjata nabi yang luar biasa
yang memperkuat dakwahnya
seperti menghidupkan orang-orang yang mati
(kisah Nabi Isa) dan
terkadang senjata nabi berupa pedang yang dipegang di
tangannya saat ia
melangsungkan peperangan dan mempertahankan
dakwahnya (kisah Nabi
Muhammad saw).
Jadi, senjata para nabi
berbeza-beza, baik dalam bentuk kualiti mahupun
kapasitinya. Allah SWT
mengetahui kondisi mereka lebih dari apa yang kita
ketahui sehingga Allah SWT
sangat tepat ketika memilihkan senjata untuk
setiap nabi. Dan tak seorang
nabi pun yang tinggal di suatu tempat sementara
ia tidak berjuang dan tidak
bergerak dan tidak mengalami penderitaan dari
kaumnya. Oleh kerana itu,
sesuai dengan kadar kesabaran para nabi dan
perjuangan mereka dalam
menyampaikan dakwah di jalan Allah SWT, mereka
layak untuk mendapatkan
tempat yang istimewa di sisi Allah SWT.
Isa bin Maryam telah
menyampaikan bahawa beliau adalah seorang pejuang
yang membawa senjata.
Kata-katanya sendiri berusaha menghancurkan
masyarakat yang keras,
masyarakat yang bodoh. Masyarakat di zaman Nabi Isa
berdiri di atas kesalahan,
kesyirikan, kebohongan, kemunafikan, meterialisme,
pamrih, kelaliman dan tidak
ada kebebasan. Maka melalui kalimat-kalimatnya,
Nabi Isa menghancurkan semua
ini. Nabi Isa memberitahu kaumnya bahawa
dakwahnya di jalan Allah SWT
bukan terfokus pada dakwah kedamaian tetapi
dalam hal-hal tertentu
dakwahnya pun berisi pernyataan perang. Sesuatu
menjadi tidak bernilai
ketika tidak berusaha dipertahankan oleh yang
bersangkutan sampai titis
darah penghabisan. Timbulnya pemikiran- pemikiran,
nilai-nilai dan
prinsip-prinsip tidak hanya bersandar kepada idealismenya
tetapi nilainya justru
bersandar kepada usaha keras yang dikerahkan oleh para
pembawanya dalam rangka
mempertahankannya. Tanpa peperangan dan
mengangkat senjata dakwah
para nabi akan menjadi pemikiran-pemikiran yang
sekadar idealisme yang tidak
akan menghentikan seseorang pun dan tidak akan
membangkitkan seseorang pun.
Kita mengetahui bahawa
sebahagian besar nabi berhadapan dengan kelompok
besar dari masyarakat yang
menentangnya dan berusaha memeranginya.
Mula-mula mereka mengejeknya
dan pada akhirnya mereka berusaha untuk
membunuhnya. Kita mengetahui
bahawa para nabi berusaha mati-matian
untuk memperjuangkan
kebenaran yang dibawanya. Melalui kisah para nabi,
kita mengetahui bahawa
bagaimana serangan masyarakat, para pembesar, dan
para penguasa terhadap para
nabi tetapi pada saat yang sama kita seakan-akan
tidak melihat bagaimana
serangan para nabi terhadap mereka. Penjelasan dari
hal itu sangat mudah.
Peperangan yang dibangkitkan oleh kebatilan atas para
nabi didukung oleh alat-alat
yang canggih dan sangat kuat di mana mereka
memiliki berbagai macam
sarana untuk menjatuhkan para nabi, sedangkan
para nabi hanya menyandarkan
kekuatan dari yang Maha Benar, yaitu Allah
SWT; kekuatan yang tidak
berdasarkan pada sebab- sebab tertentu atau tidak
peduli dengan
tuduhan-tuduhan atau kegaduhan.
Para nabi hanya terus melangsungkan dakwahnya yang
berdasarkan kepada usaha membangkitkan akal dan hati serta menyucikan roh.
Keteguhan sikappara nabi ini bagi musuh-musuh mereka merupakan masalah yang
besar.
Dakwah nabi juga menjamah
suatu keluarga di mana seorang ayah dapat
beriman sementara seorang
anak dapat menentang atau seorang anak dapat
beriman sementara si ayah
dapat menentang atau seorang isteri beriman atau
seorang suami kafir atau
seorang suami beriman sementara si isteri kafir.
Perbezaan anak laki-laki
dengan ayahnya dan seorang isteri dengan suaminya
menimbulkan permusuhan di
dalam rumah-rumah. Dengan terjadinya hal ini,
masyarakat bergerak untuk
menentang nabi dan semakin meningkatkan
tekanan-tekanan mereka
kepadanya sehingga permusuhan dan kebencian
mereka kepada nabi semakin
meruncing. Mereka pun berusaha untuk melawan
nabi itu yang bagi mereka
telah memisahkan antara ayah dan anaknya atau ia
datang untuk memisahkan
seorang anak perempuan dari ibunya.
Kemudian seorang nabi
meletakkan suatu undang-undang bagi orang yang
mengikutinya, yaitu
undang-undang pokok yang membatalkan undang- undang
yang tidak sesuai dengannya.
Undang-undang ini tampak dalam kalimat nabi:
"pertama-tama cinta
kepada Allah dan kemudian cinta kepada nabi dan setelah
itu cinta kepada sesama
manusia." Makna-makna yang demikian ini tercermin
secara jelas dari
kalimat-kalimat Isa yang disampaikan oleh Injil Mata pada
pasal ke-10.
Al-Masih berkata:
"Janganlah engkau mengira bahawa aku datang membawa
kedamaian di bumi, aku
datang bukan hanya membawa kedamaian tetapi
pedang. Aku datang untuk
menjadikan seorang anak berbeza dengan ayahnya
dan seorang anak perempuan
berbeza dengan ibunya sehingga musuh
seseorang justru terdapat
pada keluarganya. Maka barang siapa yang mencintai
ibunya dan ayahnya lebih
dari kecintaannya kepadaku, maka ia tidak berhak
mencintaiku, dan barang
siapa yang mencintai anak laki-lakinya dan
perempuannya lebih dariku, maka
ia tidak berhak mengikutiku. Meskipun
kehidupannya tampak
beruntung sebenarnya ia telah rugi, dan barang siapa
yang kehidupannya merugi
kerana aku, maka sebenarnya ia telah beruntung."
Penjelas Injil mengatakan:
"Pemikiran orang-orang Yahudi tentang al- Masih
adalah, ketika al-Masih
datang, maka semua pengikutnya akan merampas
kekayaan dan kejayaan di
dunia ini lalu ia hanya memberi mereka ketenangan
dan kedamaian. Ketika
al-Masih datang, ia menjelaskan kepada para muridnya
bahawa hal tersebut tidak benar,
kerana jika ia datang untuk memberikan
kedamaian kepada para
pengikutnya, maka mereka akan terancam kelaliman
dan mereka akan mati kerana
tajamnya pedang. Maka hendaklah mereka tidak
mengharapkan kedamaian
tetapi peperangan; hendaklah mereka tidak
mengharapkan keserasian
tetapi perpecahan." Demikianlah masyarakat Yahudi
terbagi menjadi dua
kelompok: kelompok orang-orang yang fakir, orang-orang
yang lemah dan orang-orang
yang bersih hatinya bersama Isa, sedangkan
kelompok majoriti menentang
Isa. Bahkan kelompok majoriti kafir itu sering
menyakiti Isa.
Injil Mata menceritakan
penderitaan al-Masih pada pasal ke-11. Ia
menceritakan bagaimana
kemarahan al-Masih terhadap orang-orang yang tidak
mengabdi kepada Yuhana
(Yahya) dengan baik atau mengabdi kepadanya
secara peribadi dengan baik.
Injil Mata mengutip pernyataan Isa sebagai
berikut: "Dengan apa
aku menyerupakan generasi ini, Sesungguhnya mereka
menyerupai anak-anak kecil
yang duduk di pasar yang berteriak-teriak
memanggil teman-teman mereka
sambil berkata: "Kami telah meniup seruling
tetapi kalian tidak menari.
Kami mengasihi kalian tetapi kalian tidak
menangis." Yuhana telah
datang dan tidak makan dan minum tetapi mereka
mengatakan, sesungguhnya ia
terkena syaitan. lalu datanglah seorang anak
manusia yang makan dan minum
lalu mereka mengatakan, ia adalah seorang
yang ahli makan dan ahli
minum khamer."
Dokumen itu menunjukkan
penderitaan al-Masih dan menyingkap peperangan
yang akan dihadapinya.
Penderitaan yang dialami oleh hati suci al-Masih
adalah sebagai tindakan
generasi tersebut di mana beliau diutus di dalamnya
sebagai orang yang memberi
petunjuk dan menyampaikan berita gembira
tentang kerajaan langit.
Beliau menyerupakan generasi Yahudi itu dengan
anak-anak kecil yang duduk-
duduk di pasar sambil berteriak-teriak memanggil
teman-teman mereka sambil
berkata: "kami telah meniup seruling tetapi
kalian tidak menari. Kami
berbelas kasih kepada kalian tetapi kalian tidak
menangis." Al-Masih
mengisyaratkan dengan pernyataan itu tentang apa yang
diperbuat anak- anak kecil
saat mereka bermain-main, di mana biasanya
mereka meniru orang-orang
yang besar saat mereka bergembira dengan
menari-nari dan saat mereka
sedih mereka menangis. Demikianlah mereka
sangat cepat berubah antara
bergembira dan sedih tanpa melalui
pertimbangan dan kesedaran.
Demikianlah keadaan orang-orang Yahudi saat
mereka mengabdi kepada
Yahya, kemudian saat mereka mengabdi kepada al-
Masih. Yahya telah datang
kepada mereka dalam keadaan menangis, tidak
makan dan tidak minum dari
apa yang mereka makan dan yang mereka minum.
Ia tidak bergaul dengan
sembarangan manusia. Telah datang kepada mereka
seorang nabi yang ahli
ibadah tetapi kebanyakan mereka menolaknya dan
mereka mengatakan bahawa ia
terkena syaitan. Kemudian datang kepada
mereka al-Masih di mana ia
makan dan minum bersama pada acara walimah
dan hari raya lalu mereka
pun menolaknya dan mengatakan bahawa ia suka
makan dan minum khamer
padahal beliau adalah cermin terbesar dalam
menghilangkan syahwat dan
kesucian yang sempurna.
Alhasil, generasi itu adalah
generasi yang main-main Iayaknya anak kecil. Tidak
ada sesuatu pun yang dapat
mempengaruhi mereka dan mereka tidak mau
bertaubat. Meskipun
demikian, di sana
terdapat kelompok kecil dari manusia
yang terpengaruh dan
bertaubat. Dokumen tersebut menunjukkan betapa
beratnya penderitaan Isa di
tengah-tengah generasi yang sezaman dengannya.
Isa mengalami banyak
penderitaan dalam menyampaikan dakwahnya. Isa
banyak menderita di
tengah-tengah kaum yang fikiran mereka belum matang.
Mereka tak ubahnya seperti
anak- anak kecil yang suka bermain-main. Kaum
yang tak tergugah oleh
kalimat-kalimat yang baik dan mereka tidak bergerak
atau tersentuh ketika
menyaksikan mukjizat-mukjizat yang luar biasa.
Allah SWT kembali memperkuat
Isa dengan mukjizat-mukjizat yang
mengagumkan. Mukjizat di
sini adalah senjata yang diberikan Allah SWT
kepada nabi-Nya agar nabi
tersebut menjadi tenteram dan agar menambah
keyakinan orang-orang yang
beriman kepadanya, sedangkan bagi orang-orang
kafir mukjizat tersebut
justru menambah kekufuran mereka sehingga Allah
SWT memberikan pembalasan
yang setimpal kepada kedua kelompok tersebut.
Mukjizat yang Allah SWT
berikan kepada Isa bin Maryam yang lain adalah, Allah
SWT mengabulkan doa
Hawariyin dengan menurunkan makanan dari langit.
Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika
pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putera Maryam,
bersediakah Tuhanmu
menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa
menjawab: 'Bertakwalah
kepada Allah jika betul- betul kamu orang yang
beriman.' Mereka berkata:
'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya
tenteram hati kami dan
supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata
benar kepada kami, dan kami
menjadi orang-orang yang menyaksikan
hidangan itu.' Isa putera
Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah
kiranya kepada kami suatu
hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan
menjadi hari raya bagi kami
yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan
yang datang sesudah kami,
dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri
rezekilah kami dan Engkaulah
Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah
berfirman: 'Sesungguhnya Aku
akan menurunkan hidangan itu kepadamu,
barang siapa yang kafir di
antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka
sesungguhnya Aku akan
menyeksanya dengan seksaan yang tidak pernah
Aku timpakan kepada seorang
pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah:
112-115)
Barangkali kita
terhairan-hairan ketika memperhatikan perkataan Hawariyin,
"wahai Isa bin Maryam,
apakah Tuhanmu mampu?" Mungkin pertama-tama yang
terlintas dalam fikiran kita
berkenaan dalam ayat tersebut adalah, keraguan
Hawariyin terhadap kekuatan
atau kekuasaan Allah SWT. Bagaimana hal itu
mampu mereka laku-kan
sedangkan mereka adalah murid-murid Isa yang
beriman dan berserah diri
kepada Allah SWT? Berkaitan dengan tafsir ayat
tersebut, para ulama berbeza
pendapat. Sebahagian ulama mengatakan,
bahawa pertanyaan mereka
'apakah Tuhanmu mampu?' Yakni, berarti apakah
Tuhanmu bisa? Kemudian
mereka mencarikan alasan yang membenarkan
perkataan Hawariyin itu
dengan mengatakan bahawa pertanyaan itu
dilontarkan saat mereka baru
saja mengikuti Isa, sebelum mereka banyak
mengetahui Allah SWT. Oleh
kerana itu, Isa berkata dalam jawapannya
terhadap pertanyaan mereka,
bertakwalah kepada Allah SWT jika kamu
benar-benar orang mukmin.
Yakni, janganlah kalian meragukan kekuasaan atau
kekuatan Allah SWT.
Qurthubi menampik tafsir
ini. Hawariyin adalah para penolong Allah SWT,
sesuai dengan nas Al-Quran
dan tentu tidak boleh bagi penolong Allah SWT
untuk tidak mengetahui
kekuatan-Nya, apalagi meragukan kekuasaan-Nya.
Sebahagian ulama mengatakan
bahawa perkataan tersebut dikeluarkan
orang-orang yang bersama
Hawariyin yang berasal dari Bani Israil dan tidak
seorang pun dari Hawariyin
yang mengatakan demikian kecuali mereka hanya
sekadar menukil perkataan
tersebut. Ada pendapat lain lagi yang mengatakan
bahawa ayat tersebut tidak
dibaca 'hal yastathi' rabbuka' tetapi dibaca 'hal
tastathi' rabbaka'
sebagaimana bacaan Aisyah dan sebagaimana dibaca oleh
Nabi. Maknanya, "apakah
engkau mampu menghadirkan kekuatan Tuhanmu
terhadap apa yang engkau
minta." Ada pendapat yang lain mengatakan ia
dibaca 'hal tastathi'
rabbaka', yakni "apakah engkau mampu untuk berdoa
kepada Tuhanmu atau
meminta-Nya."
Sebahagian kaum sufi
berpendapat bahawa kaum Hawariyin bukan tidak
mengetahui kekuasaan Allah
SWT tetapi pertanyaan itu justru bersumber dari
cinta kepada Allah SWT dan
keinginan menyaksikan kekuasaan Allah SWT. Sikap
mereka ini menyerupai dengan
perbezaan tingkatan sikap Nabi Ibrahim as
ketika beliau mengatakan:
"Ya Tuhanku,
perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan
orang-orang mati?' Allah
berfirman: 'Apakah kamu belum percaya?' Ibrahim
menjawab: 'Saya telah
percaya, tetapi agar bertambah mantap hatiku.'" (QS.
al-Baqarah: 260)
Oleh kerana itu, kaum
Hawariyin berkata: "Dan hati kami menjadi mantap,"
sebagaimana Nabi Ibrahim
berkata: "Agar bertambah mantap hatiku." Inilah
tafsir yang membuat kita
puas dan membuat hati kita tenang. Nabi Isa
menjawab pertanyaan mereka:
'Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul
kamu orang yang beriman.'
Yakni, hati-hatilah kalian dengan banyak bertanya
dan menguji Allah SWT kerana
kalian tidak mengetahui apa yang boleh kalian
minta untuk didatangkan
bukti- bukti kekuasaan Allah SWT. Perkataan Nabi
Isa, jika kalian benar-benar
beriman terfokus kepada apa yang dibawanya yang
berupa mukjizat- mukjizat
atau tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Nabi Isa
bermaksud untuk mengatakan,
sesungguhnya apa yang telah aku bawa dari
mukjizat- mukjizat bagi
kalian seharusnya sudah cukup membuat hati kalian
mantap. "Mereka
berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya
tenteram hati kami dan
supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar
kepada kami, dan kami
menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.'"
Kaum Hawariyin menjelaskan
kepada Isa sebab pertanyaan mereka ketika
beliau melarangnya. Jika
Nabi Isa keluar, maka beliau diikuti lima
ribu orang
atau lebih. Sebahagian
mereka dari kalangan Hawariyin dan sebahagian yang
lain campuran di antara
pengikutnya dan musuhnya. Dikatakan bahawa mereka
berpuasa dan mereka tidak
mempunyai makanan, lalu para pengikut berkata
kepada kaum Hawariyin,
"Tanyalah kepada Isa apakah ia mampu berdoa
kepada Tuhannya sehingga
diturunkan kepada kita makanan dari langit."
Kemudian kaum Hawariyin
pergi dengan membawa surat kaum itu kepada Isa.
Ketika Isa meminta mereka
untuk merasa cukup dengan mukjizat-mukjizat
sebelumnya, mereka kembali
melontarkan kebenaran permintaan mereka:
'Kami ingin memakan hidangan
itu. Mereka adalah orang-orang yang lapar
sementara mereka tidak
mempunyai makanan. Dan supaya tenteram hati kami.
Hati kaum Hawariyin menjadi
tenang seperti tenangnya hati Ibrahim. Dan para
pengikut pun merasa hatinya
tenang dan mengakui bahawa Isa adalah Nabi
yang diutus untuk mereka.
Dan hati musuh juga menjadi tenang kerana mereka
menyaksikan kebatilan mereka
sehingga pilihan mereka untuk tidak mengikuti
Isa berakibat pada suatu
saat mereka akan diminta pertanggungjawaban.
"Dan supaya kami yakin
bahawa kamu telah berkata benar kepada kami. Yakni
kami mengetahui bahawa
engkau utusan Allah. Dan kami menjadi orang-orang
yang menyaksikan hidangan
itu. Yakni, kami menyaksikan keesaan Allah dan
risalah dan kenabianmu. Dan
bagi orang lain yang tidak menyaksikannya, maka
kami akan menceritakan
kepada mereka peristiwa yang terjadi."
Isa putera Maryam berdoa:
'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami
suatu hidangan dari langit
(yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi
kami yaitu bagi orang-orang
yang bersama kami dan yang datang sesudah kami,
dan menjadi tanda bagi
kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah
Pemberi rezeki Yang Paling
Utama.'
Ketika kaum Hawariyin
bertanya kepada Isa bin M aram
agar diturunkan
makanan dari langit, maka
Nabi Isa berdiri dan meletakkan pakaian dari kulit
wol kemudian beliau
melangkahkan kakinya dan meletakkan tangan kanannya
di atas tangan kirinya, lalu
beliau menundukkan kepalanya dalam keadaan
khusyuk dan tunduk kepada
Ala SWT. Kemudian beliau membuka matanya dan
menangis sehingga air
matanya membasahi janggutnya bahkan mencapai
dadanya dan berkata: 'Ya
Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu
hidangan dari langit...
Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan
hidangan itu kepadamu.
Lalu turunlah makanan besar
dari celah dua awan: satu awan di atasnya satu
awan di bawahnya. Saat itu
manusia melihatnya. Nabi Isa berkata, "Ya Allah
jadikanlah makanan ini
sebagai rahmat dan jangan menjadi fitnah." Lalu
turunlah di depan Nabi Isa
sapu tangan yang menutupinya kemudian Nabi Isa
tersungkur dalam keadaan
sujud yang diikuti oleh kaum Hawariyin. Mereka
mendapati suatu bau yang
harum yang belum pernah mereka temukan
sebelumnya.
Nabi Isa berkata,
"Siapakah di antara kalian yang paling ikhlas dan paling
percaya kepada Allah SWT
agar ia membuka makanan itu sehingga kita bisa
makan darinya serta berzikir
kepada Allah SWT atasnya serta bersyukur
kepadanya." Kaum
Hawariyin berkata: "Wahai Ruhullah sesungguhnya engkau
lebih berhak daripada kami
dalam hal itu.", maka Nabi Isa berdiri lalu beliau
mengambil wuduk dan solat.
Kemudian beliau banyak berdoa sambil duduk di
sisi makanan itu dan
membukanya. Tiba- tiba di atas makanan itu terdapat
ikan yang lazat yang tidak
ada durinya. Nabi Isa ditanya: "Wahai Ruhullah,
apakah ini makanan dari
dunia atau dari syurga?" Nabi Isa menjawab:
"Bukankah Tuhan kalian
melarang kalian untuk bertanya pertanyaan semacam
ini. Ia turun dari langit
dan tidak ada makanan sepertinya di dunia dan ia
bukan berasal dari syurga
tetapi ia adalah sesuatu yang Allah SWT ciptakan
dengan kekuasaan yang luar
biasa di mana Dia cukup mengatakan "jadilah,
maka jadilah."
Para mufasir berbeza
pendapat sekitar bentuk makanan yang diturunkan
kepada Isa, apakah itu ikan
atau daging? Apakah roti atau buah-buahan? Kami
memandang bahawa
pembahasan-pembahasan ini kurang penting. Sesuatu
yang paling penting yang
perlu kita perhatikan adalah apa yang dikatakan oleh
Nabi Isa, Sesungguhnya ia
diciptakan oleh Allah SWT dengan kekuasaan yang
mengagumkan di mana Dia
cukup mengatakan "Jadilah, maka jadilah ia."
Inilah hakikat makanan
tersebut. Ia merupakan tanda-tanda kebesaran Allah
SWT yaitu suatu tanda yang
Allah SWT mengancam bagi siapa yang
menentangnya Dia akan
menyeksanya dengan azab yang belum pernah
diterima oleh seseorang pun
di dunia. Para ulama berbeza pendapat apakah
makanan tersebut memang
diturunkan atau tidak, tetapi menurut pendapat
majoriti dan ini yang benar
makanan tersebut memang diturunkan, sesuai
dengan firman Allah SWT:
"Aku akan menurunkan hidangan itu bagimu. "
Dikatakan bahawa ribuan
pengikut Nabi Isa memakannya dan makanan
tersebut tidak habis. Setiap
orang yang buta ia sembuh dari butanya dan setiap
orang yang belang ia sembuh
dari belangnya akibat memakan hidangan itu.
Alhasil, setelah menyantap
makanan itu, orang yang sakit sembuh dari
penyakitnya. Maka hari
turunnya makan itu dijadikan hari raya dari hari
raya-hari raya kaum
Hawariyin dan para pengikut Nabi Isa. Kemudian berita
dan peristiwa turunnya
makanan itu mulai hilang dan mulai dilupakan sehingga
kita tidak menemukan
beritanya hari ini di Injil- Injil yang mereka akui.
Setelah peristiwa makanan
yang Allah SWT ceritakan dalam surah al-Maidah,
Allah SWT menunjukkan kepada
kita sikap lain dari Nabi Isa bin Maryam. Allah
SWT berkata setelah
menceritakan kepada kita tentang turunnya mukjizat
makanan dari langit:
"Dan (ingatlah) ketika
Allah berfirman: 'Hai Isa putera Maryam, adakah kamu
mengatakan kepada manusia:
'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan
selain Allah!' Isa menjawab:
'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku
mengatakan apa yang bukan
hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakannya, maka tentulah
Engkau telah mengetahuinya. Engkau
mengetahui apa yang ada pada
diriku dan aku tidak mengetahui apa yang
ada pada diri Engkau.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang
ghaib. Aku tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang
Engkau beri padaku
(mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan
Tuhanmu,' dan aku menjadi
saksi terhadap mereka, selama aku berada di
antara mereka. Maka setelah
Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang
mengawasi mereka. Dan Engkau
adalah Maha Menyaksikan atas segala
sesuatu. Jika Engkau
menyeksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah
hamba-hamba-Mu, dan jika
Engkau mengampuni mereka, maka
sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.' Allah
berfirman: 'lni adalah suatu
hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang
benar kebenaran mereka. Bagi
mereka syurga yang di bawahnya mengalir
sungai- sungai; mereka kekal
di dalamnya selama-selamanya; Allah redha
terhadap mereka dan mereka
pun redha terhadap-Nya. Itulah
keberuntungan yang paling
besar.' Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan
bumi dan apa yang ada di
dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. " (QS.
al-Maidah: 116-120)
Dengan ayat-ayat tersebut,
Al-Quran menutup surah al-Maidah. Demikianlah
konteks Al-Quran berpindah
secara mengejutkan dari turunnya makanan
kepada sikap atau dialog
antara Allah SWT dan Isa bin Maryam pada hari
kiamat. Allah SWT bertanya
pada hari kiamat: 'Hai Isa putera Maryam, adakah
kamu mengatakan kepada
manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan
selain Allah?'
Para ahli ilmu sepakat bahawa pertanyaan tersebut bukan
bersifat pertanyaan
murni meskipun tampak dalam
bentuk pertanyaan kerana Allah SWT
mengetahui apa yang
dikatakan oleh Isa. Tentu yang dimaksud dengan
pertanyaan itu adalah
sesuatu yang lain. Ada
yang mengatakan bahawa Allah
SWT bermaksud memberitahu
Isa bahawa kaumnya telah mengubah ajarannya
sepeninggalannya. Dan mereka
telah mendapatkan fitnah. Ada lagi yang
mengatakan bahawa Allah SWT
bermaksud dari pertanyaan itu untuk mencela
orang-orang yang mengubah
akidah Nabi Isa setelah beliau tidak ada. Kami kira
pertanyaan tersebut memuat
dua makna dan mencakup makna yang lain.
Allah SWT ingin menyingkap
dan memberitahu manusia dalam Kitab-Nya yang
terakhir bahawa Nabi Isa
terlepas dari berbagai macam tuduhan, dan apa saja
yang dilakukan kaumnya
sepeninggalannya. Konteks Al- Quran menunjukkan
tentang peristiwa ghaib yang
belum terjadi meskipun akan terjadi pada hari
kiamat. Oleh kerana itu,
Al-Quran menyampaikannya dalam bentuk fi'il madhi
(kata kerja bentuk lampau).
Al-Quran menyampaikan berita ghaib ini kepada
penduduk dunia agar mereka
mengetahui hakikat Isa bin Maryam.
Allah SWT bertanya kepadanya
dan Isa bin Maryam menjawab. Sebagai nabi
besar, Isa tidak menjawab
kecuali setelah ia mengatakan: 'Maha Suci Engkau ya
Allah.' Sebelum menjawab,
Isa memulai dengan tasbih dan menyucikan Allah
SWT. Nabi Isa menampakkan
kepatuhan dan ketundukan kepada kemuliaan
Allah SWT dan rasa takut
terhadap azab- Nya. Qurthubi menyampaikan dalam
tafsirnya:
"Ketika Allah SWT
berkata kepada Isa, apakah engkau berkata kepada manusia
jadikanlah aku dan ibuku
tuhan selain Allah, maka Isa tampak gementar
terhadap perkataan itu
sehingga ia mendengar rintihan dari tulang-tulangnya
di dalam jasadnya lalu ia
berkata: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku
mengatakan apa yang bukan
hakku (mengatakannya). Tidak mungkin aku
memutuskan sesuatu yang
tidak aku miliki, yang diriku tidak dapat
melakukannya. Aku hanya
seorang hamba, bukan seorang yang disembah: Jika
aku pernah mengatakannya
maha tentulah Engkau telah mengetahuinya.
Demikianlah Nabi Isa
menyampaikan jawapannya kepada Allah SWT dan ia
mengembalikan sesuatu kepada
Allah SWT. Dan Allah SWT Maha Mengetahui
terhadap apa yang
dikatakannya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku
dan aku tidak mengetahui apa
yang ada pada diri Engkau. Yakni, Engkau
mengetahui apa yang aku
sembunyikan sedangkan aku tidak mengetahui apa
yang engkau sembunyikan.
Engkau mengetahui rahsiaku dan apa yang terlintas
dalam hatiku dan aku tidak
mengetahui apa yang Engkau sembunyikan dari
ilmu ghaib-Mu. Sesungguhnya
Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib.
Hanya Engkau yang tahu
terhadap hal-hal yang ghaib. Hanya Engkau yang tahu
terhadap apa yang terjadi di
tengah-tengah mereka setelah Engkau angkat aku
dari bumi: 'Aku tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang
Engkau kepadaku
(mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan
Tuhanmu.'
Demikianlah kalimat-kalimat
yang disampaikan oleh Isa bin Maryam. Dia hanya
mengajak manusia untuk hanya
menyembah Allah SWT dan tidak
menyekutukan-Nya: Dan aku
menjadi saksi terhadap mereka, selama aku
berada di antara mereka.
Sesungguhnya Engkau
mengawasi mereka saat aku tinggal di tengah- tengah
mereka dan mengajak mereka
ke jalan yang benar. Maka setelah Engkau
wafatkan aku, Engkaulah yang
mengawasi mereka. Al-Wafat dalam Kitab Allah
mempunyai tiga bentuk:
Pertama, wafat dalam
pengertian kematian,
sebagaimana firman Allah
SWT:
"Allah memegang jiwa
(orang) ketika matinya." (QS. az-Zumar: 42)
Yakni ketika tercabutnya ajal.
Kedua, bahawa wafat adalah tidur,
sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan Dialah yang
menidurkan kamu di malam hari. " (QS. al-An'am: 60)
Yakni yang menidurkan kalian.
Ketiga, wafat berarti pengangkatan,
sebagaimana firman Allah SWT:
"Hai Isa, sesungguhnya
Aku yang menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu
dan mengangkat kamu
kepada-Ku. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Demikianlah Isa terbebas
dari apa yang mereka katakan dan apa yang mereka
nisbatkan kepadanya. Isa
mengumumkan bahawa dakwahnya tidak lebih dari
sekadar ajakan untuk
bertauhid dan tidak keluar dari kerangka Islam yang
diakui oleh pengikutnya.
Kemudian Isa kembali menyampaikan pembicaraannya
dan meminta belas kasihan
kepada Allah SWT: Jika Engkau menyeksa mereka,
maka sesungguhnya mereka
adalah hamba-hamba-Mu. Tidak seorang pun dari
makhluk yang mempunyai
kekuasaan di atas-Mu dan tidak ada Pencipta
selain-Mu. Maha Suci Engkau
dan tiada sekutu bagi-Mu dalam kerajaan dan
kekuasaan. Pada akhirnya,
mereka adalah hamba-Mu dan seorang hamba tidak
memiliki apa-apa di hadapan
tuannya kecuali kepatuhan: Dan jika Engkau
mengampuni mereka, maka
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.'
Isa tidak mengatakan jika
Engkau mengampuni mereka, maka Engkau Maha
Pengampun dan Maha Pengasih.
Jadi, jawapan Isa terfokus pada penyerahan
diri dan kepatuhan serta
tunduk kepada kemuliaan Allah SWT dan
kebesaran-Nya. Para pengikut
Nabi Isa adalah hamba-hamba Allah SWT yang
patuh. Jika Allah SWT berkehendak,
maka Dia akan menyeksa mereka sesuai
dengan seksaan yang layak
mereka terima, dan jika Dia berkehendak, maka Dia
akan mengampuni mereka
kerana Dia mengetahui kerana mereka memang
layak untuk mendapatkan
ampunan. Dengan penyerahan yang mutlak ini, Isa
menyampaikan jawapan atas
pertanyaan Allah SWT dan beliau berlepas diri
dari apa yang dikatakan oleh
kaumnya sepeninggalannya. Isa menyampaikan -
pada awal pembicaraannya -
bahawa hanya Allah SWT yang patut disembah,
dan pada akhir
pembicaraannya Isa menyampaikan penyerahan dirinya kepada
Allah SWT. Allah berfirman:
'Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi
orang-orang yang benar
kebenaran mereka.
Allah SWT memuji ketulusan
Isa, dan kerana dialog tersebut terjadi pada hari
kiamat, Allah SWT berfirman:
"Hari ini adalah hari kiamat di mana orang-orang
yang benar akan dapat
mengambil manfaat dari kebenaran mereka di dunia.
Kebenaran mereka di sana akan mereka temukan
balasannya yang berupa
rahmat di sini. "Bagi
mereka syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai;
mereka kekal di dalamnya
selama- selamanya; Allah redha terhadap mereka
dan mereka pun redha
terhadap-Nya. "
Demikianlah balasan
orang-orang yang benar, syurga. Dan ada balasan yang
lebih baik dari syurga,
yaitu kepuasan (redha) seorang hamba terhadap Allah
SWT dan keredhaan Allah SWT
terhadap hamba. Pengertian kepuasan seorang
hamba adalah kegembiraannya
terhadap penyembahan kepada Allah SWT
sedangkan pengertian
keredhaan Allah SWT terhadap hamba-Nya adalah
rahmat yang diberikan-Nya
kepada mereka: Itulah keberuntungan yang paling
besar.' Setelah itu Allah
SWT, memberitahukan hakikat Isa dan seluruh
nabi-Nya: "Kepunyaan
Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
dalamnya; dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu." Allah SWT adalah
Penguasa satu-satunya dan
Dia Pencipta satu-satunya. Selain-Nya adalah
hamba.
Isa terus melangsungkan
dakwahnya sehingga kejahatan dan keburukan
mengetahui bahawa singgasana
mereka terancam hancur. Lalu pasukan
keburukan bergerak untuk
menangkapnya. Orang-orang Yahudi menyakitinya
dan menuduhnya dengan
berbagai macam tuduhan. Isa dikatakan sebagai
penyihir dan sebagai orang
yang mengubah syariat dan mereka menisbatkan
kekuatannya yang luar biasa
kepada kekuatan syaitan. Ketika mereka tidak lagi
memiliki tipu daya yang
dapat melumpuhkan Nabi Isa dan mereka melihat
orang-orang yang lemah dan
orang-orang fakir berkumpul di sekitarnya, maka
mereka mulai membikin suatu,
makar. Mereka mempengaruhi orang-orang
Romawi.
Mula-mula pemerintahan
Romawi tidak turut campur kerana menganggap
bahawa
perselisihan-perselisihan antara orang-orang Yahudi adalah
perselisihan yang terjadi
demi memperebutkan kepentingan sesama mereka.
Lalu diadakanlah majlis
Sanhadurim (yaitu majlis undang-undang tertinggi dari
kalangan Yahudi). Mereka
berkumpul untuk membuat persekongkolan demi
menyingkirkan Isa.
Persekongkolan itu mengambil bentuk yang baru.
Ketika orang-orang Yahudi
tidak mampu memerangi Nabi Isa, mereka berfikir
untuk membunuhnya. Mulailah
para ketua pendeta Yahudi bermusyawarah
untuk membuat suatu
kesimpulan tentang cara yang mereka lakukan untuk
menangkap Nabi Isa yang
tidak menimbulkan kegaduhan di tengah-tengah
masyarakat.
Ketika para kepala Yahudi
bermusyawarah, maka salah seorang dari murid
al-Masih yang dua belas
pergi kepada mereka, yaitu Yahuda al- Iskhriyutha. Ia
berkata kepada mereka,
"Apa yang kalian berikan jika aku berhasil
menyerahkannya kepada
kalian."
"Meja pengkhianatan
telah digelar di antara mereka dan dimulailah
perundingan. Orang-orang
Yahudi berusaha mencari titik temu dan mereka
sepakat untuk memberinya
tiga puluh lempeng dari perak. Ini adalah harga
yang biasa mereka lakukan
untuk membeli seorang budak sesuai dengan syariat
Yahudi." (penjelasan
Injil Mata)
Selesailah konspirasi yang
menetapkan untuk menangkap al-Masih dan
kemudian membunuhnya.
Dikatakan bahawa kepala pendeta Yahudi
merobek-robek bajunya secara
dramatis di suatu pertemuan agama dan ia
berteriak, "sungguh Isa
telah kafir." Pero bukan baju dalam tradisi orang-orang
Yahudi dilakukan ketika mereka
mendengar atau melihat sesuatu yang
mengandung penghinaan
terhadap Allah. Para pendeta Yahudi tidak
memiliki
kekuasaan untuk menetapkan
hukum bunuh pada saat itu. Semua itu dilakukan
oleh kekuasaan penguasa
Romawi. Tetapi tampaknya mereka berhasil
meyakinkan kekuasaan Romawi
bahawa Isa telah membuat rencana untuk
melengserkan kekuasaan
Romawi atau mereka berhasil meyakinkan penguasa
Romawi bahawa masalah yang
mereka hadapi murni berkaitan dengan tradisi
mereka dan keyakinan mereka.
Kemudian mereka menyarankan agar penguasa
tidak turut campur atas apa
yang mereka tetapkan. Demikianlah konspirasi itu
telah ditetapkan dan telah
diputuskan bahawa Isa harus ditangkap dan
kemudian disalib.
Empat Injil yang diakui oleh
kalangan Masehi saat ini membicarakan tentang
proses pembunuhan Isa di
mana beliau disalib kemudian beliau bangkit dari
kematiannya dan naik ke
langit. Semua Injil ini sepakat tentang proses
penyaliban Isa dan
kematiannya, sebagaimana mereka sepakat tentang tabiat
Isa yang mengandung
ketuhanan yang bercampur dengan tabiatnya sebagai
manusia. Kami akan
menyampaikan keyakinan orang-orang Masehi berkaitan
dengan Isa sebagaimana
diyakini oleh majoriti kaum Nasrani saat ini, kemudian
kami akan mengemukakan
keyakinan Islam tentang Isa sebagaimana
diceritakan oleh Al-Quran
al- Karim dan disampaikan oleh para ulama dan
disebutkan dalam hadis.
Setelah itu, kita akan membicarakan hal-hal yang
perlu dibicarakan berkaitan
hubungan antara kaum Muslim dan kaum Masehi
serta kaitannya dengan
akidah mereka.
Injil Mata mengatakan,
"Isa ditangkap dan majlis Sanhadirum memutuskan
bahawa ia harus dibunuh.
Kemudian para anggota majlis itu dari kepala-kepala
para pendeta dan para tokoh
mereka menghinanya dan mengejeknya serta
berbuat aniaya terhadapnya
bahkan mereka meludahi wajahnya dan
menempelengnya. Sambil
mengejek mereka berkata, "beritahukanlah wahai
al-Masih siapa yang
memukulmu." Setelah itu al-Masih ditangkap dan ia
ditetapkan untuk dibunuh.
Adalah sudah menjadi tradisi
di kalangan orang-orang Romawi untuk
mencambuk orang yang
ditetapkan untuk dibunuh sebelum pelaksanaan hukum
tersebut. Oleh kerana itu,
para penguasa Romawi menetapkan agar al-Masih
dicambuk terlebih dahulu.
Sedangkan syariat Musa menetapkan agar cambukan
itu tidak melebihi empat
puluh kali, namun orang-orang Romawi tidak berhenti
pada batasan ini bahkan
mereka terus mencambuk korban dengan cambukan
yang kejam dan terus-
menerus sehingga punggung yang bersangkutan hampir
saja patah dan nafasnya
nyaris tinggal sedikit. Setelah itu, mereka mulai
melaksanakan hukum bunuh
kepadanya. Demikianlah yang dilakukan oleh
tentera terhadap penyelamat
kita. (Injil Mata 26)
Selesailah proses
pecambukan, lalu penguasa Romawi menyerahkan Isa kepada
tentera agar mereka
menyalibnya. Kemudian para tentera membuat sesuatu
hal yang bermaksud untuk
menghibur. Mereka mencabut pakaian Isa yang
dilumuri dengan darah yang
ada luka di tubuhnya setelah proses pencabukan,
lalu mereka memakaikan
pakaian merah dengan maksud untuk mengejeknya.
Para raja biasanya memakai pakaian merah. Mereka terus
menghinanya.
Mereka memakaikannya mahkota
dari duri dan meletakkannya di atas
kepalanya. (Injil Mata 26)
Akhirnya, mereka sampai pada
suatu tempat yang bernama Jaljatsah, yaitu
suatu tempat di luar pagar
Ursyilim. Tradisi Yahudi menetapkan untuk
memberi satu gelas khamer
yang bercampur dengan minyak wangi bagi orang
yang ditetapkan untuk
dihukum mati sebelum pelaksanaan hukum. Ini
dimaksudkan sebagai alat
pembius untuk meringankan penderitaannya. Tetapi
para tentera menentang
tradisi ini dan mereka memberi al-Masih satu gelas
dari cuka yang bercampur
dengan sesuatu yang pahit." (Injil Mata 26)
Teks Injil mata mengatakan
(cetakan tahun 1972) pada pasal kedua puluh
tujuh: "Sehingga mereka
sampai ke suatu tempat yang bernama Jaljatsah lalu
mereka memberinya minuman
keras yang bercampur dengan empedu agar ia
meminumnya. Ketika ia
merasakannya, ia enggan untuk meminumnya.
Kemudian mereka menyalibnya.
Kemudian mereka duduk di sana
menjaganya
dan meletakkan di atas
kepalanya suatu tuduhan yang tertulis: Ini adalah
Yasu', penguasa Yahudi.
Mereka benar-benar menyalibnya bersama Yasim.
Salah seorang dari keduanya
di sebelah kanannya dan yang lain di sebelah
kirinya. Lalu orang-orang
yang lewat di tempat itu mencelanya dan berkata,
"wahai yang menghancurkan
tempat sembahan dan yang membangunnya pada
tiga hari, selamatkanlah
dirimu dan jika engkau adalah anak Allah, maka
turunlah dari tempat
penyaliban itu."
Demikianlah sebahagian
riwayat kaum Masehi tentang proses penyaliban serta
penafsiran mereka berkaitan
dengannya. Kami telah menukilnya tanpa
memperhatikan tentang
catatan yang terdapat dalam Injil Mata yang terbaru,
yaitu ia merupakan catatan
yang paling baik dalam bentuknya yang terkumpul
dari ulama-ulama mereka dan
tokoh-tokoh agama Masehi sehingga ia lebih
mudah untuk difahami dan
lebih sederhana. Kami telah mengemukakan
sebahagiannya kepada Anda
dalam halaman-halaman ini.
Sementara itu, dalam akidah
Islam disebutkan suatu riwayat yang berbeza
dengan riwayat yang ada
dalam Injil-Injil yang terdapat sekarang, baik yang
berhubungan dengan kehidupan
akhir yang dialami oleh Isa mahupun tabiat Isa
yang merupakan sumber
perselisihan setelah pengangkatannya. Al-Quran
al-Karim menceritakan bahawa
Allah SWT tidak menghendaki Bani Israil untuk
membunuh Isa atau
menyalibnya tetapi Allah SWT menyelamatkannya dari
kekufuran mereka lalu
mengangkatnya di sisi-Nya. Mereka tidak berhasil
membunuhnya dan tidak
berhasil menyalibnya tetapi ia diserupakan seperti
orang-orang di antara
mereka. Allah SWT berfirman:
"Dan kerana ucapan
mereka: 'Sesungguhnya kami telah membunuh al- Masih,
Isa putera Maryam, Rasul
Allah,' padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak
pula menyalibnya, tetapi
yang mereka bunuh ialah orang yang diserupakan
dengan Isa bagi mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham
tentang (pembunuhan) Isa,
benar- benar dalam keraguan tentang yang dibunuh
itu. Mereka tidak mempunyai
keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu,
kecuali mengikuti
persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahawa yang
mereka bunuh itu adalah Isa.
Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah
mengangkat Isa
kepadanya." (QS. an-Nisa': 157-158)
Dan Allah SWT juga
berfirman:
"(Ingatlah), ketika
Allah berfirman: 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan
menyampaikan kamu pada akhir
ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku
serta membersihkan kamu dari
orang-orang yang kafir. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Para ulama-ulama Islam sepakat atas hal itu dan mereka
berselisih pendapat
tentang cara beragumentasi
terhadap apa yang mereka yakini sebagai
kebenaran. Sebahagian mereka
meyakini nas-nas Al-Quran saja yang menyebut
tentang Isa al-Masih dan
mereka tidak mendukungnya atau memperkuatnya
dengan kitab-kitab lain
selain Al-Quran. Kedua metode tersebut memiliki titik
kekuatan tersendiri. Orang
yang berpegangan dengan pendapat yang pertama
mengatakan bahawa Nabi
melarang untuk membahas kitab-kitab pegangan
kaum Yahudi dan kaum
Nasrani. Bagi kaum itu agama mereka dan bagi kita
agama kita dan hanya Allah
SWT yang akan memutuskan segala perselisihan di
antara kita pada hari
kiamat.
Sedangkan orang-orang yang
berpegangan dengan cara yang kedua mengatakan bahawa larangan Nabi tersebut
terjadi pada permulaan masa Islam di mana kaum Muslim sangat dekat dengan masa
jahiliah. Nabi memerintahkan mereka agar tidak disibukkan dengan kitab-kitab
lain selain kitab mereka, yakni
Al-Quran. Yang demikian ini
dimaksudkan agar mereka memiliki akidah yang
kuat dan keyakinan mereka
benar- benar tertanam dalam diri mereka, Tetapi
ilmu dan pandangan ilmiah
menetapkan bahawa seorang yang alim harus
banyak menggali kitab- kitab
kuno dalam rangka mengetahui kebenaran dan
jika ia mendapati sesuatu
yang sesuai dengan apa yang didapatinya dengan
kebenaran, maka hatinya akan
lebih merasa tenang dan damai. Berkaitan
dengan kelompok yang pertama
yang merasa cukup dengan Al-Quran, kita
tidak menemukan
perincian-perincian yang mendalam berkenaan dengan usaha
penangkapan Isa, bagaimana
proses pengangkatannya ke langit, di mana Isa
diserupakan dengan salah
seorang di antara mereka, bagaimana dia
diserupakan dengan salah
seorang di antara mereka. Allah SWT telah
menyerupakannya dengan salah
seorang di antara mereka sedangkan Nabi Isa
diangkat ke langit.
Demikianlah penjelasan singkat mereka, tidak ada
penambahan lagi. Sedangkan
kelompok yang kedua, mereka melontarkan kisah
secara lengkap. Mereka
mengatakan bahawa Allah SWT menyerupakan Isa
dengan Yahuda. Yahuda ini
adalah Yahuda al- Askhariyutha yang menurut Injil
ia menjualnya kepada
musuh-musuhnya dan menunjukkan kepada mereka
tentang keberadaannya. Ia
adalah seorang muridnya yang terpilih. Demikian ini
sesuai dengan Injil Barnabas
di mana disebutkan di dalamnya: "Ketika para
tentera mendekat bersama
Yahuda di tempat yang di situ terdapat Yasu', maka
Yasu' mendengar kedatangan
segerombolan orang yang menuju tempatnya.
Oleh kerana itu, ia segera
pergi ke rumah dalam keadaan takut. Di dalam
rumah itu terdapat sebelas
orang yang tidur. Ketika Allah melihat bahaya akan
mengancam hamba-Nya, maka
Dia memerintahkan Jibril, Mikail, dan Rafail
(Israfil), serta Idril
(Izrail) yang mereka semua adalah para utusan- Nya untuk
mengambil Yasu' dari dunia.
Lalu datanglah malaikat-malaikat yang suci di
mana mereka mengambil Yasu'
dari pintu yang dekat dengan arah selatan.
Mereka membawanya dan
meletakkannya di langit yang ketiga dengan disertai
para malaikat yang selalu
bertasbih kepada Allah selama-lamanya. Yahuda
masuk secara paksa ke kamar
yang di situlah Yasu' diangkat ke langit. Saat itu
murid-murid sedang tidur
semuanya, lalu Allah mendatangkan keajaiban yang
luar biasa di mana Yahuda
berubah cara berbicaranya dan juga wajahnya. Ia
sangat mirip sekali dengan
Yasu' sehingga kami mengiranya Yasu'. Adapun ia
(Yahuda) setelah
membangunkan kami, ia mencari-cari di mana si guru berada.
Oleh kerana itu, kami merasa
heran dan kami menjawab, "bukankah engkau
wahai tuanku guru kami,
apakah sekarang engkau telah melupakan kami?"
Demikianlah kisah yang
terdapat dalam Injil Barnabas. Allah SWT berfirman:
"Al-Masih putera Maryam
itu hanyalah seorang rasul yang Sesungguhnya
telah berlalu sebelumnya
beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat
benar, kedua-duanya biasa
memakan makanan." (QS. al-Maidah: 75)
Para ulama berkata, "Al-Masih dinamakan al-Masih
kerana ia mengusap bumi
dan membersihkannya serta
usahanya untuk menyelamatkan agama dari fitnah
di zaman itu kerana saking
hebatnya kebohongan orang-orang Yahudi
kepadanya dan bagaimana
usaha mereka untuk menciptakan dusta padanya
dan kepada ibunya as."
Banyak ulama yang meriwayatkan tentang kesucian
spirituil dari Nabi Isa. Abu
Hurairah meriwayatkan dari Nabi bahawa beliau
menceritakan tentang
al-Masih sebagai berikut: "Isa melihat seorang lelaki
yang mencuri lalu ia
berkata: "Wahai si fulan apakah engkau mencuri?" Orang
itu berkata: "Tidak,
demi Allah aku tidak mencuri," Isa berkata: "Aku beriman
kepada Allah SWT dan
penglihatanku telah berbohong." Ini menunjukkan
kesucian rohani Isa di mana
ia lebih memilih sumpah orang itu atas apa yang
disaksikannya. Ia
membayangkan bahawa orang tersebut tidak akan bersumpah
dan membawa nama Allah SWT
yang Maha Besar lalu ia berdusta sehingga ia
menerima penyataannya dan ia
kembali kepada dirinya sendiri sambil berkata:
"Aku beriman kepada
Allah SWT, yakni aku mempercayaimu dan mataku telah
berbohong kerana engkau
telah bersumpah." Ada
riwayat lagi yang mengatakan
bahawa suatu hari Nabi Isa
berjalan bersama sahabatnya dan mereka melewati
bangkai anjing yang busuk
baunya, lalu sahabat-sahabat Isa sangat terpukul
dan sangat menderita dengan
bau anjing itu. Melihat sikap mereka, Isa
berkata: "Lihatlah
betapa putih giginya."
Isa ingin mengajari manusia
bagaimana mereka menghadapi keburukan di mana
Nabi Isa menekankan agar
mereka lebih melihat kepada keindahan dan
kebaikan. Dakwah Nabi Isa
merupakan puncak dari ketinggian rohani dan
idealisme yang mengagumkan
di mana Beliau lebih menekankan kebaikan
daripada keburukan.
Rasulullah berkata: "Semua para nabi adalah saudara,
agama mereka satu sedangkan
mereka dilahirkan dari berbagai macam ibu dan
aku adalah manusia yang
utama begitu juga Isa bin Maryam di mana tidak ada
nabi setelahku dan
sesudahnya." Dalam berbagai riwayat disebutkan bahawa
Nabi Isa akan turun pada
akhir zaman. Islam sangat memberikan penghormatan
kepada Isa yang sesuai
dengan kedudukannya sebagai salah satu nabi ulul azmi
yang besar. Islam
menamakannya Rasulullah dan Kalimatullah yang telah
diberikan kepada Maryam.
Allah SWT berfirman:
"Wahai ahli Kitab,
janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan
janganlah kamu mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya al-Masih Isa
putera Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang
terjadi dengan) kalimat-Nya
yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan
(dengan tiupan) roh
dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya dan
janganlah kamu mengatakan: '(Tuhan itu) tiga.'
Berhentilah dari ucapan itu.
(Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah
Tuhan Yang Maha Esa, Maha
Suci dari mempunyai anak, segala yang di langit
dan di bumi adalah
kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah untuk menjadi
Pemelihara. Al-Masih
sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan
tidak (pula enggan) malaikat
malaikat yang terdekat (kepada Alah). Barang
siapa yang enggan dari
menyembah-Nya dan menyombongkan diri, nanti
Allah akan mengumpulkan
mereka semua kepadanya. Adapun orang-orang
yang beriman dan berbuat amal
soleh, maka Allah akan menyempurnakan
pahala mereka dan menambah
untuk mereka sebahagian dari kurnia- Nya.
Adapun orang-orang yang
enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan
menyeksa mereka dengan
seksaan yang pedih, dan mereka tidak akan
memperoleh bagi diri mereka,
pelindung dan penolong selain dari Allah. "
(QS. an-Nisa': 171- 173)
Ibnu Katsir berkata dalam
Qhisasul Anbiya': Para pengikut Nabi Isa
berselisih
pendapat setelah Nabi Isa
diangkat ke langit. Sebahagian mereka mengatakan,
di tengah-tengah kita ada
hamba Allah SWT dan rasul-Nya (Ariyus). Sebahagian
lagi mengatakan, dia adalah
Allah. Yang lain lagi mengatakan, dia adalah anak
Allah. Mereka berselisih
pendapat tentang Injil yang menyebutkan berbagai
kebohongan di mana terdapat
di dalamnya penambahan, pengurangan, dan
pergantian. Al-Quran al-
Karim telah membahas persoalan ketuhanan. Ia
menjelaskan bahawa Allah SWT
Maha Suci dari segala sekutu dan anak dan
segala hal yang
menyerupai-Nya serta segala bentuk ingkarnasi, kejauhan,
kedekatan dan pencapaian
pandangan mata. Allah SWT berfirman:
"Katakanlah:
"Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.'Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepadanya segala
sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada
seorang pun yang setara dengan Dia. " (QS.
al-Ikhlash: 1-4)
Dan tentang Isa as Allah
berfirman: "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di
sisi Allah, adalah seperti
(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari
tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya: 'Jadilah' (seorang manusia),
maka jadilah ia." (QS.
Ali 'Imran: 59)
"Mereka (orang-orang
kafir) berkata: Allah mempunyai anak.' Maha Suci
Allah, bahkan apa yang ada
di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah;
semua tunduk kepadanya.
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia
berkehendak (untuk
menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia
mengatakan kepadanya:
'Jadilah', lalu jadilah ia." (QS. al-Baqarah: 116-117)
"Orang-orang Yahudi
berkata: 'Uzair itu putera Allah' dan orang-orang
Nasrani berkata: Al-Masih
itu putera Allah.' Demikian itulah ucapan mereka
dengan mulut mereka, mereka
meniru perkataan orang-orang kafir
terdahulu. Mereka di laknat
oleh Allah; bagaimana mereka sampai
berpaling?" (QS.
Al-Aubah: 30)
Nas tersebut mengisyaratkan
akidah orang-orang Mesir dan orang-orang seperti
mereka dari umat-umat yang
terdahulu di mana akidah mereka terfokus pada
keyakinan penyaliban Isa,
tentang tebusan dan kebangkitan Tuhan yang
disembelih serta
penentangannya terhadap para pengikutnya setelah
kematiannya.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya telah
kafilah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya Allah
itu ialah al-Masih putera
Maryam.' Katakanlah: 'Maka siapakah (gerangan)
yang dapat
menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak
membinasakan al-Masih putera
Maryam itu berserta ibunya dan seluruh
orang-orang yang berada di
bumi semuanya?' Kepunyaan Allahlah kerajaan
langit dan bumi dan apa yang
ada di antara keduanya; Dia menciptakan apa
yang dihehendaki-Nya. Dan
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS.
al-Maidah: 17)
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang
yang mengatakan: Allah salah seorang
dari yang tiga,' padahal
sekali-kali tidak ada selain dari Tuhan Yang Esa."
(QS. al-Maidah: 73)
Demikianlah Al-Quran
al-Karim menyebutkan sikap berbagai aliran yang saling
berlawanan yang tumbuh
setelah pengangkatan al-Masih. Al-Quran
menjelaskan bahawa al-Masih
adalah hamba Allah SWT dan seorang rasul yang
diutus kepada Bani Israil.
Kata hamba dan rasul adalah kata yang sangat jelas
ertinya, adapun yang
dimaksud dengan al-Kalimah dan ar- Roh, maka kedua
kata tersebut perlu
dijelaskan. Kaum Muslim memahami bahawa al-Kalimah
adalah petunjuk Allah SWT
yang diberikan-Nya kepada Maryam sedangkan
ar-Roh adalah menunjukkan
atau mengisyaratkan kepada Roh Kudus, yaitu
Jibril as. Allah SWT telah
menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa dengan roh
yakni Jibril:
"Dan (ingatlah) ketika
Aku dukung kamu dengan Ruhul Kudus." (QS.
al-Maidah: 110)
Setelah mengemukakan
keyakinan kaum Masehi tentang karakter Nabi Isa dan
akhir dari kehidupannya dan
setelah menjelaskan kebenaran yang Allah SWT
ceritakan kepada kita
tentang karakter tersebut dan akhir dari kehidupan yang
dialami oleh Nabi Isa, kita
ingin mengetahui apa yang harus dilakukan oleh
kaum Muslim dalam hubungan
mereka dengan orang-orang Masehi serta
keyakinan mereka. Islam
menetapkan atau menyampaikan nas-nas yang jelas
yang mengkhususkan agama
Masehi - di antara agama-agama yang lain -
dengan kecintaan. Al-Qu'ran
mengingkari ketuhanan al-Masih; ia juga
mengingkari penyaliban dan
tebusan dosa yang dilakukannya. Namun Al-Quran
menegaskan dalam nasnya
bahawa agama Nasrani merupakan agama yang lebih
dekat kecintaannya kepada
Islam. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya kamu
dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya
terhadap orang-orang yang
beriman ialah orang- orang Yahudi dan
orang-orang musyrik. Dan
sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan
orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang
berkata: 'Sesungguhnya kami
ini orang Nasrani.' Yang demikian itu
disebabkan kerana di antara
mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat
pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, (juga) kerana sesungguhnya mereka tidak
menyombongkan diri."
(QS. al-Maidah: 82)
Allah SWT memuji para
pengikut al-Masih yang berjalan di atas petunjuknya.
Allah SWT berfirman:
"Dan Kami jadikan dalam
hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun
dan kasih sayang. Dan mereka
mengada-adakan rahbaniyah (keadaan tidak
menikah dan mengurung diri
di biara) padahal kami tidak mewajibkannya
kepada mereka tetapi mereka
sendirilah yang mengada-adakannya untuk
mencari keredhaan
Allah." (QS. al-Hadid: 27)
Tidak terdapat kontradiksi
dari dua sikap tersebut. Pengingkaran Al- Quran
terhadap ketuhanan al-Masih
dan pengakuannya terhadap kecintaan kaum
Nasrani serta pujiannya
terhadap orang-orang yang mengikuti Nabi Isa
mengandung makna lebih dari
satu: Pertama, bahawa Masehi berdasarkan pada
agama Tauhid dan sangat
sulit bagi para pengikutnya untuk meninggalkan
tauhid, dan hanya Allah SWT
yang mengakui hakikat apa yang terpendam
dalam hati; kedua, dalam
kalangan orang-orang Nasrani terdapat para pendeta
dan para rahib yang tidak
bersikap congkak di hadapan Allah SWT tetapi
mereka sangat patuh dan
tunduk kepadanya; ketiga, sebahagian pengikut Nabi
Isa memiliki hati yang
dipenuhi dengan kasih sayang dan rahmat. Tentu rahmat
dan kasih sayang tersebut
tidak tumbuh kecuali dari keimanan terhadap hari
akhir. Allah SWT telah
menetapkan perintah-Nya kepada kaum Muslim agar
mereka memperlakukan ahlul
kitab dengan perlakuan yang mulia dan baik,
sebagaimana Islam menjamin kebebasan
untuk menentukan keyakinan pada
setiap manusia. Allah SWT
berfirman:
"Dan jikalau Tuhanmu
menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di
muka bumi seluruhnya. Maka
apakah kamu (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya?" (QS. Yunus:
99)
"Tidak ada paksaan
untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar
daripada jalan yang salah." (QS. al- Baqarah: 256)
"Katakanlah: 'Hai ahli
kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahawa
tidak kita sembah kecuali
Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan
sesuatu pun dan tidak (pula)
sebahagian kita menjadikan sebahagian yang
lain sebagai tuhan selain
Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah
kepada mereka: 'Saksikanlah,
bahawa kami adalah orang-orang yang
menyerahkan diri (kepada
Allah).'" (QS. Ali 'Imran: 64)
Kita perhatikan bahawa
ayat-ayat tersebut berbicara tentang cara
memperlakukan kaum Masehi
sebagai individu sebagaimana ia berbicara
tentang bagaimana kita
memperlakukan keyakinan mereka. Sehubungan
dengan kaum Masehi sebagai
individu, kita menyaksikan ayat-ayat tersebut
memerintahkan untuk membalas
kecintaan yang mereka perlihatkan di mana
nas tersebut dengan tegas
mengatakan bahawa mereka lebih dekat
kecintaannya kepada
orang-orang yang beriman. Jika Allah SWT yang
menegaskan hal tersebut,
maka orang-orang Muslim harus membalas kebaikan
dan kecintaan yang
ditunjukkan oleh kaum Nasrani. Adapun sehubungan
dengan keyakinan mereka, di
dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang
melarang untuk memaksa
manusia dalam bentuk apa pun. Allah SWT
berfirman:
"Dan katakanlah:
'Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Maka barang siapa
yang ingin beriman hendaklah
ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir
biarlah ia kafir." (QS.
al-Kahfi: 29)
Yang demikian itu, kerana
keimanan yang didahului dengan paksaan adalah
bukan keimanan kerana ia
berarti mencabut ikhtiar atau kebebasan manusia,
padahal itu adalah syarat
dari keimanan. Dan barangkali inilah yang
menunjukkan kesempurnaan
Islam di lihat dari sikapnya yang demikian indah.
Kami kira tanpa kita harus
memaksakan tafsiran kita kepada ayat-ayat tersebut
dan memohon kepada Allah SWT
dari kesalahan dan kebodohan bahawa Islam
dengan sikapnya itu ingin
menjauhkan para pengikutnya dari kalangan awam
dari perdebatan yang panjang
dan melelahkan seputar keyakinan orang lain.
Tentu perdebatan tersebut
tidak akan berhujung dan akan menjadi seperti
debat kusir saja. Namun
tugas tersebut hanya di emban oleh para ulama, di
mana mereka membahas
sebagaimana mereka kehendaki berbagai
keyakinan-keyakinan
keberagamaan, sedangkan orang-orang awam tidak diberi
tanggung jawab dalam hal
itu. Lagi pula, perselisihan antara keyakinan dan
aliran- aliran di kalangan
Masehi dan kalangan Yahudi jika melibatkan orang-
orang awam, maka itu hanya
memboroskan waktu dan hanya membuat lelah saja.
Islam akan kembali menjadi
asing dan akan kembali menjadi asing seperti
pertama kali terbit. Dalam
suasana keasingan Islam yang pertama, orang-orang
Muslim berhasil membangun
suatu individu Muslim yang kukuh. Dan ketika
bangunan tersebut telah
selesai, maka sempurnalah pembangunan
pemerintahan Islam. Kita
tidak mendengar bahawa salah seorang di antara
mereka terlibat dalam perdebatan
yang sengit yang tidak berhujung sekitar
keyakinan orang lain.
Sesungguhnya memberi petunjuk kepada orang lain
sehingga orang tersebut
mengetahui jalan menuju Allah SWT adalah perbuatan
yang indah, tetapi hidayah
tersebut didahului dengan tekad seseorang untuk
memberikan petunjuk kepada
dirinya sendiri. Seandainya orang-orang Islam
membimbing mereka menuju
jalan Allah SWT nescaya Allah SWT memberi
petunjuk melalui mereka
siapa saja yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya.
Al-Quran menetapkan dua
mukjizat kepada Nabi Isa yang tidak disebutkan
dalam kitab Injil: pertama
mukjizat yang berupa pembicaraannya saat ia masih
menyusui di buaian. Dan yang
kedua mukjizat makanan yang turun dari langit
kepada kaum Hawariyin.
Sebagaimana Al-Quran menetapkan kemuliaan yang
diperoleh oleh Nabi Isa saat
ia diselamatkan dari tangan-tangan jahat
orang-orang Yahudi yang
ingin menyeksanya atau membunuhnya sehingga Nabi
Isa terselamatkan dan dia
diangkat ke langit. Rasulullah saw mewasiatkan
kepada sahabatnya agar
mereka memperlakukan orang-orang Masehi dengan
penuh kebaikan, bahkan
beliau menikahi Maria al-Qibthiya. Ibnu Jarir
meriwayatkan dari Ibnu Abbas
bahawa seseorang lelaki dari Bani Salim bin Auf
yang bernama al-Hasin
mempunyai dua orang anak yang masih Kristen, lalu ia
masuk Islam dan bertanya
kepada Rasulullah saw bagaimana seandainya ia
harus memaksa kedua anaknya
untuk memeluk Islam sedangkan mereka berdua menolak agama lain selain agama
Masehi? Kemudian Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi:
"Tidak ada paksaan dalam
memeluk agama (Islam)." (QS. al-Baqarah: 256)
Ketika para utusan Najran
dari kalangan kaum Masehi datang ke Madinah untuk
berunding dengan Nabi, maka
beliau memberi mereka setengah dari masjidnya
agar mereka dapat
melaksanakan solat dengan cara mereka di dalamnya. Pada
suatu hari Rasulullah saw
berdiri untuk melakukan solat kepada seseorang
jenazah lalu dikatakan
kepadanya bahawa ia adalah jenazah Yahudi. Kemudian
Rasulullah menjawab:
"Bukankah ia adalah manusia." Dalam kesempatan lain
Rasulullah saw bersabda:
"Barang siapa yang mengganggu secara aniaya
seorang Yahudi atau seorang
Nasrani, maka aku akan jadi musuhnya pada hari
kiamat." Terkadang
kekuasaan akan langgeng meskipun disertai dengan
kekufuran tetapi ia tidak
akan abadi ketika disertai dengan kelaliman.
Para ulama Islam berselisih pendapat berkaitan dengan
keadaan Nabi Isa
setelah pengangkatannya.
Mereka sepakat bahawa beliau tidak disalib tetapi
Allah SWT mengangkatnya di
sisi-Nya. Tetapi ketika ia tidak disalib, maka
bagaimana keadaannya setelah
itu: apakah ia masih hidup, ataukah ia mati
seperti matinya nabi yang
lain? Majoriti mengatakan bahawa Allah SWT
mengangkat Isa dengan
fiziknya dan rohnya di sisi- Nya. Mereka mengambil
zahir dari firman-Nya:
"Tetapi Allah
mengangkatnya di sisi-Nya." (QS. an-Nisa': 158)
Juga sebahagian hadis yang
mendukung hal tersebut. Sementara itu, kelompok
yang lain dari kalangan
mufasirin, dan ini adalah kelompok yang minoriti,
mereka mengatakan bahawa
Nabi Isa hidup sehingga Allah SWT mematikannya
sebagaimana Dia mematikan
nabi-nabi-Nya lalu Dia mengangkat rohnya di
sisi-Nya sebagaimana roh
para nabi diangkat, begitu juga roh para shidiqin
(orang-orang yang benar) dan
syuhada. Mereka mengambil zahir firman-Nya:
"(Ingatlah) ketika
Allah berfirman: 'Hai ha, sesungguhnya Aku akan
menyampaikan kamu kepada
akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku
serta membersihkan kamu dari
orang-orang yang kafir." (QS. Ali 'Imran: 55)
Kami sendiri lebih memilih
pendapat yang pertama kerana ia sangat sesuai -
sebagai mukjizat yang luar
biasa - dengan kelahiran Isa di mana kelahiran
tersebut dipenuhi dengan
mukjizat yang luar biasa, juga sesuai dengan
kehidupannya dan
kesuciannya. Jadi, kedua-duanya merupakan mukjizat yang
luar biasa.
NABI ISA a.s. DENGAN
ORANG MABUK CINTA
Dikisahkan dalam sebuah
kitab karangan Imam Al-Ghazali bahawa pada suatu
hari Nabi Isa a.s berjalan
di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram
air dikebun. Bila pemuda
yang sedang menyiram air itu melihat Nabi Isa a.s
berada di hadapannya maka
dia pun berkata, "Wahai Nabi Isa a.s, kamu
mintalah dari Tuhanmu agar
Dia memberi kepadaku seberat semut Jarrah
cintaku kepada-Nya."
Berkata Nabi Isa a.s, "Wahai saudaraku, kamu tidak akan
terdaya untuk seberat Jarrah
itu."
Berkata pemuda itu lagi,
"Wahai Isa a.s, kalau aku tidak terdaya untuk satu
Jarrah, maka kamu mintalah
untukku setengah berat Jarrah." Oleh kerana
keinginan pemuda itu untuk
mendapatkan kecintaannya kepada Allah, maka
Nabi Isa a.s pun berdoa,
"Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah
cintanya kepada-Mu."
Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari
situ. Selang beberapa lama
Nabi Isa a.s datang lagi ke tempat pemuda yang
memintanya berdoa, tetapi
Nabi Isa a.s tidak dapat berjumpa dengan pemuda
itu. Maka Nabi Isa a.s pun
bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat
tersebut, dan berkata kepada
salah seorang yang berada di situ bahawa
pemuda itu telah gila dan
kini berada di atas gunung.
Setelah Nabi Isa a.s
mendengat penjelasan orang-orang itu maka beliau pun
berdoa kepada Allah S.W.T,
"Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang
pemuda itu." Selesai
sahaja Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat
pemuda itu yang berada di
antara gunung- ganang dan sedang duduk di atas
sebuah batu besar, matanya
memandang ke langit.
Nabi Isa a.s pun menghampiri
pemuda itu dengan memberi salam, tetapi
pemuda itu tidak menjawab
salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata, "Aku ini
Isa a.s."Kemudian Allah
S.W.T menurunkan wahyu yang berbunyi, "Wahai Isa,
bagaimana dia dapat
mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya
itu terdapat kadar setengah
berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi
Keagungan dan Keluhuran-Ku,
kalau engkau memotongnya dengan gergaji
sekalipun tentu dia tidak
mengetahuinya."
Pengajaran
Barangsiapa yang mengakui
tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga
perkara yang lain maka dia
adalah orang yang tertipu.
1. Orang yang mengaku
kemanisan berzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai
dunia.
2. Orang yang mengaku cinta
ikhlas di dalam beramal, tetapi dia ingin
mendapat sanjungan dari
manusia.
3. Orang yang mengaku cinta
kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak
berani merendahkan dirinya.
Rasulullah S.A.W telah
bersabda, "Akan datang waktunya umatku akan
mencintai lima
dan lupa kepada yang lima
:
1. Mereka cinta kepada
dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.
2. Mereka cinta kepada harta
benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.
3. Mereka cinta kepada
makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al- Khaliq.
4. Mereka cinta kepada dosa.
Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.
5. Mereka cinta kepada
gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada
kubur."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar